Part 23

20 8 0
                                    

Pagi ini suasana ruangan Erin masih terasa berbeda. Erin masih diam tanpa suara sejak tadi. Beberapa kali Bagas mengajak Erin untuk mengobrol namun perempuan itu hanya membalas dengan anggukan.

Sarah yang juga berada di sana merasa tidak enak. Setelah kemarin ia tanpa sadar menampar Erin.

"Gas." ucap Sarah memanggil anaknya.

"Iya Ma."

Sarah mengajak Bagas keluar ruangan. Ia ingin berbicara kepada anaknya ini.

"Sayang. Mama rasa ini tidak boleh berlarut. Kasihan Erin, ia sedang masa pemulihan jadi jangan sampai ia semakin stres karena keadaan ini."

"Iya Ma. Setelah ini Bagas akan coba menyelesaikan semuanya. Bagas sebenarnya capek Ma jika semua ini berlarut. Bagas juga tidak habis pikir pada Karin yang masih saja melakukan hal yang nekat."

"Iya. Nggak suka Mama sifat Karin sekarang. Gas, Mama juga minta maaf kemarin kelepasan nampar Erin. Mama terpancing emosi karena perkataan Erin."

"Iya Ma. Bagas ngerti kok. Ya udah Mama sarapan dulu biar Bagas yang coba bujuk Erin."

Sarah meninggalkan Bagas dan menuju kantin rumah sakit untuk membeli sarapan. Biarkan Bagas menyelesaikan semuanya ini.

                                    *****

Bagas kembali ke ruangan Erin. Terlihat di sana Erin sedang memandang bayi mereka yang masih berada di tabung inkubator. Bagas mencoba melangkah lebih dekat dengan Erin dan duduk disamping perempuan itu.

"Saya sedih saat pulang harus disuguhkan dengan keadaan seperti ini. Saya pikir saat sampai akan diberikan sebuah pelukan namun hal yang tidak mengenakkan. Kamu tau? Sepanjang perjalanan pulang pikiran saya hanya ada kamu. Saya khawatir akan keadaan dan keselamatan kamu. Perjalanan yang jauh menjadikan saya tidak bisa memberi kabar kepada kamu."

Bagas menghela nafasnya sejenak sebelum melanjutkan pembicaraannya. Sedangkan Erin hanya diam sembari menatap bayi ny.

"Saat berangkat saya sudah mengabari Mama jika saya akan pulang namun mama belum sempat memberitahu mu karena keadaan. Selain itu mama ingin memberi kejutan atas kepulangan saya. Namun semua sudah terjadi, saya pun tidak bisa menghindar dari emosi yang kamu keluarkan."

"Erina. Apa yang kamu pikirkan tentang saya atau Mama itu tidaklah benar. Saya sama sekali tidak pernah selingkuh. Saya berani bersumpah akan hal ini. Saya sedang ada pekerjaan yang sulit saya lalui. Saya..."

Tess

Ini pertama kalinya Bagas menangis. Menangis dipangkuan sang istri tercinta. Ia begitu takut kehilangan perempuan ini.

"Sayang. Saya tidak ingin kita seperti ini."

Erin yang melihat itu sontak tidak percaya. Mungkin Erinlah yang salah, ia terlalu berlebihan.

"Mas. Maafin Erin."

Erin memeluk tubuh Bagas yang berada di pangkuannya. Erin juga ikut menangis. Ia juga menyesali akan perkataannya kepada Sarah kemarin.

"Maafin Erin Mas."

Bagas menegakkan tubuhnya, dan memandang wajah Erin yang sudah basah karena air mata. Lama pandangan mereka bertemu. Bagas akhirnya memeluk Erin tubuh mungil istri tercinta.

"Iya tidak apa-apa. Lain kali jangan seperti ini, saya takut jika kamu emosi dan saya ikut emosi. Erin di hati saya hanya dan akan selamanya ada kamu. Sampai saya tiada."

Bagas mengarahkan telapak tangan Erin pada dadanya.

                                      *****
Setelah beberapa waktu Sarah akhirnya kembali ke ruangan Erin. Saat membuka ruangan itu, ia disuguhkan dengan pemandangan anak dan menantunya yang berpelukan. Ia merasa terharu bisa melihat hal ini.

"Ma." ucap Bagas

"Iyaa nak."

"Sini. Erin mau ngomong sama Mama." ucap Bagas sembari mengusap tangan Erin dengan lembut

"Ma. Maafin perkataan Erin kemarin. Mungkin Erin sudah membuat mama sakit hati. Maafin Erin ma."

Erin mencium tangan Sarah lalu memeluk dengan erat.

"Tidak apa-apa sayang. Justru Mama yang harusnya minta maaf."

"Enggak ma. Mama melakukan itu juga karena Erin."

"Iya sayang. Sekarang yang lalu biar berlalu aja ya."

"Hmm."

Saat sedang asik berbicara ketiganya menatap ke arah pintu yang dibuka dari luar.

"Ehh dokter Risa."

"Selamat siang Nyonya Sarah."

"Siang dok. Apa Erin harus diperiksa siang ini dok."

"Iya benar. Selain itu saya juga akan menyampaikan bahwa buk Erin sudah bisa pulang hari ini beserta babi ny."

"Alhamdulillah. Terima kasih dok."

Setelah pemeriksaan yang dilakukan pada Erin. Sarah mulai disibukkan dengan mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa pulang. Mereka akan pulang sore ini dijemput oleh Cristian.

"Sudah semua Ma?," ucap Bagas pada ibunya.

"Sepertinya tidak ada Gas."

"Ya sudah. Tian akan segera kesini."

"Tian suruh langsung ker ruangan ya. Biar bisa suruh bawa barang-barang ke mobil."

"Iya Ma."

Tak lama terdengar suara panggilan telpon dari Tian. Bagas segera menjawab panggilan tersebut.

"Halo."

"Boss. Gue nunggu di parkiran atau gimana?,"

"Ke ruangan. Bantu bawain barang-barang."

"Siap bos."

Setelah panggilan berakhir Bagas menghampiri Erin yang sedang berusaha menggendong putri mereka dan dibantu oleh ibu nya.

"Ihhh cantik banget putri ayah. Sekarang kita mau pulang ya." ucap Bagas sembari mengelus wajah putrinya.

"Udah nyaman rasanya?." Tanya Bagas

"Udah Mas."

Tak lama Tian sudah sampai di ruangan dan mereka perlahan meninggalkan ruangan tersebut. Tian membuka pintu belakang untuk Erin dan ibunya Bagas. Sedangkan Bagas duduk di kursi samping kemudi.









.
.
.
.

Aaaa mau ending. Kalian tim sad atau happy ini.??

CERITA TENTANG ERINA DALAM MASA PENERBITAN. SAMPAI JUMPA DI VERSI CETAK ✨

Tentang Erina [ END ]Where stories live. Discover now