06

248 33 0
                                    

     Xen mengambil kursi di tribun sebelah Yechan yang sedang menikmati latihan para atlet.
"Yaa. .sudah lama sekali, kau kemana saja" ujar Yechan yang tidak mengalihkan pandangan nya melihat lapangan.
"Wae?, Kau merindukanku?" Tawa Xen.
"Kau sedang memperhatikan siapa?" Timpalnya.
"Seseorang yang lucu" jawabnya yang memperhatikan Jaehan sedang melakukan pemanasan.
"Nugu??" Xen melihat sekeliling lapangan.
"Aku tidak akan memberitahu mu" senyum Yechan meninggalkan Xen begitu saja.
"Yaa. .kau mau kemana" teriak Xen mengikuti Yechan.

     Setiap hari nya setelah Jaehan pindah latihan ke stadion belakang perusahaan J Company, Yechan tidak pernah untuk tidak menggangu dan menggoda Jaehan, ia seperti anak kecil yang mendapatkan mainan. Jaehan kadang kali sangat kesal namun ia harus bersabar agar tidak membuat masalah yang akan menggangu karir nya sebagai atlet, meskipun terkadang ia ingin memukul wajah Yechan.

     Hari ini di adakan makan malam bersama memperingati bergabungnya agensi olahraga tersebut dengan J Company, Jaehan tidak berniat untuk datang namun Hyuk dan Sora memaksanya, disini lah Jaehan sekarang berada duduk di sebuah meja yang di depan nya sudah banyak hidangan yang tersedia. Di tengah-tengah acara Jaehan memilih untuk meninggalkan acara tersebut, dalam perjalanan menuju keluar dari tempat itu ia di kejutkan dengan suara seseorang.
"Sudah ingin pulang?" Ucap Yechan yang berdiri bersandar di dinding, dengan memakai jas yang terlihat mewah.
"Nee" angguk Jaehan.
"Kajja, aku akan mengantarmu" Yechan melangkahkan kaki nya mendahului Jaehan.
"Aku akan pulang sendiri" tolak Jaehan.
"Wae?" Yechan menoleh.
"Kenapa terus berpura-pura dekat" Ucap Jaehan dingin.
"Karena aku menyukai nya" Yechan berdiri di depan Jaehan.
"Aku tidak menyukai mu" Jaehan menatap Yechan.
"Gwenchana, aku lebih tertarik dengan orang yang tidak menyukai ku" bisik Yechan.

    Pembicaraan mereka terhenti saat Hyuk memanggil Jaehan, Jaehan memilih untuk pulang bersama Hyuk dan meninggalkan Yechan.
"Aku tidak tahu kalau kau dan Presdir saling kenal" Hyuk bingung saat melihat Jaehan bersama Yechan.
"Aku mengenal nya begitu saja" jawab Jaehan.

     Xen mendekati Yechan yang berdiri di depan mobil nya.
"Aku kira kau sudah pulang" Xen berdiri di samping Yechan.
"Tadi nya begitu, tapi seseorang menolak ku" Ucap nya.
"Seseorang yang kau sebut lucu" tawa Xen.
"Tidak pernah mendekati siapapun tapi malah ditolak untuk yang pertama, aku penasaran siapa seseorang itu" timpal Xen.

    Jaehan menjatuhkan tubuhnya di kasur,
Ia menatap langit-langit kamar dan menghela nafas panjang.
"Shin Yechan, dia terus membuatku gelisah"
     Beberapa hari setelah malam tersebut Jaehan tidak datang untuk latihan selama itu pula Yechan tidak melihat Jaehan berada di stadion. Karena hari ini Jaehan tidak juga terlihat, Yechan memutuskan untuk melihatnya ke cafe tempat Jaehan bekerja.
"Aku menemukan nya"
Senyum Yechan terukir di wajahnya melihat pria yang beberapa hari ini menghilang dari pandangan nya.

"Selamat datang" ucap Jaehan yang menatap layar komputer kasir.
"Sambutan yang baik hari ini" suara Yechan membuat Jaehan menoleh.
"Kau mengikuti ku?" Keluh Jaehan.
"Ani, aku hanya ingin membeli kopi" senyum Yechan.

     Setelah mengambil kopi pesanannya
Yechan mendapatkan sebuah panggilan di ponselnya. Ia terburu-buru mengangkat panggilan tersebut dan meninggalkan dompetnya di meja kasir. Jaehan yang melihat nya mencoba memanggil Yechan namun ia tak mendengarkan nya. Jaehan mengikuti Yechan yang keluar dari pintu, namun pemandangan yang tak seharusnya ia lihat membuatnya berhenti.

Plakkk. . .
Sebuah tamparan mendarat di pipi putih Yechan, seorang pria paruh baya berdiri tepat di depan Yechan sekarang.
"Anak tidak tau diri, beraninya kau membatalkan pertunangan mu begitu saja" ucap pria tersebut.
"Kau tak tau betapa malu nya aku" tambah nya yang masih berteriak.
"Appa, pernahkan appa menanyakan yang benar - benar aku ingin kan" jawabnya
"Mwo? , Aku memberikan mu yang terbaik jadi apa lagi"
"Appa selalu bersikap seperti ini dengan ku dan ibu"
"Seharusnya kau pergi bersama ibu mu itu" ucap seorang yang Yechan panggil ayah membuat mata nya berkaca-kaca.

     Jaehan memilih kembali ke meja kasir nya, ia memutuskan untuk mengembalikan dompet Yechan di perusahaan besok. Sedang kan Yechan mengemudi mobil nya menuju apartemen.
Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa, ingatan tentang ibu nya sekarang memenuhi kepala, perut nya mulai bereaksi ia dengan cepat beranjak menuju wastafel memuntahkan isi perutnya.

     Jaehan menatap gedung tinggi yang terlihat mewah itu sekarang, setelah dua hari ia tidak menemukan Yechan di perusahaan, dengan susah payah ia mendapatkan alamat ini.
"Apa ia benar tinggal disini?" gumam nya menuju lift.
"Kenapa aku bisa berada disini, apa dia baik-baik saja?" Jaehan berbicara dengan dirinya sendiri sebelum menekan bell tepat di depan pintu apartemen Yechan.
     Yechan melihat seseorang berada di depan pintu nya saat mendengar bell nya dibunyikan.
"Jaehanie?"
Yechan langsung membukakan pintu setelah melihat Jaehan di layar kecil di balik pintu nya.

"Jaehanie, ada apa?" Tanya nya saat membuka pintu.
"Aku. . .
"Masuk lah" Yechan memotong perkataan Jaehan.

     Jaehan melihat sekeliling apartemen yang rapi dan besar tersebut, terlihat sebuah jendela besar mengarah ke pusat kota dan tak sadar ia sudah berdiri di depan jendela tersebut.
"Mau minum sesuatu?"
"Terserah saja" jawab Jaehan tanpa menoleh sedikitpun
"Kau menyukai nya?, Sebaiknya melihat di malam hari itu lebih terlihat cantik" ucap Yechan membawa segelas jus.
"Aku ingin mengembalikan ini" Jaehan meletakkan sebuah dompet di atas meja dan duduk di sofa.
"Kau mendapatkan alamat ku dari mana?"

     Karena Yechan tidak juga datang ke kantor setelah kejadian hari itu, Jaehan meminta alamat Yechan dengan orang-orang di kantor namun tidak bisa di karenakan itu adalah privasi Yechan dan untuk menjaga keamanan nya, Jaehan mencari ide hingga ia mendapatkan alamat tersebut.

"Kau datang benar-benar untuk ini?" Tanya Yechan.
"Aku mengkhawatirkan mu" ucap Jaehan dalam hati.
"Nee" tapi hanya itu perkataan yang keluar dari bibir nya.
"Kau mengkhawatirkan ku?" Senyum Yechan.
"Anii" Jaehan menjawabnya dengan cepat.
"Lalu kenapa kau datang?" Tanyanya lagi.
"Karena kau tidak masuk kantor"
"Kau bilang tak mau berteman dengan ku, tapi ini hanya dilakukan oleh teman" protes Yechan.
"Kau sendiri memperlakukan ku seperti mainan"
"Benarkah? Aku?"
"Iya kau memainkan ku seperti mainan"
"Aku terus menggoda dan mengganggu mu itu karena kau terlihat menggemaskan" ucap Yechan.
" Terserah, kau mau apa, aku tak peduli" Jaehan pergi meninggalkan rumah Yechan.

      Yechan sudah terlihat kembali ke kantor hari ini, ia juga tidak melewatkan rutinitas nya melihat latihan Jaehan tidak ada yang bisa menghentikan nya untuk itu.

Next=>

Sunshine in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang