10

221 28 0
                                    

     Dalam perjalanan menuju Hotel Jaehan tertidur di mobil karena sudah lelah, Yechan hanya fokus melihat jalan hingga sampai di depan Hotel yang akan mereka tempati malam ini. Melihat Jaehan tertidur pulas Yechan rasa nya tidak ingin membangun kan nya, ia menatap wajah Jaehan.
"Bisa-bisanya tidur padahal aku yang lelah menyetir" gumam Yechan mengelus rambut Jaehan yang menutupi matanya.
"Hmm. .sudah sampai?" Jaehan terbangun dari tidurnya.
"Nee, kajja" Yechan membuka pintu mobil.

     Jaehan menunggu Yechan memesan kamar di sofa yang sudah di sediakan dekat resepsionis Hotel, tak lama Yechan mendekati nya.
"Sayang sekali hanya tinggal satu kamar dengan double bed"
"Mwo??" Jaehan tidak bisa mempercayai ini, tidak mungkin dia tidur bersama Yechan.
"Jadi kau tidur bersama ku" Yechan tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.
"Ya. .kau gila" Jaehan berdiri dari duduknya, Yechan hanya bisa tertawa melihat tingkah Jaehan yang mulai gugup.
"Ani. .aku sudah memesan dua kamar tapi jika ingin bersama ku, aku tidak akan keberatan" bisik Yechan.
"Aishh. . jinjaa"

     Mereka berpisah di depan pintu kamar, Yechan mengambil kamar yang bersebelahan dengan Jaehan. Mereka menjatuhkan tubuh masing-masing setelah membersihkan diri. Yechan mengambil ponsel nya dan membuka galeri ia diam-diam mengambil foto Jaehan yang berdiri di depan lukisan.
"Di ruangan yang penuh dengan seni, aku masih saja menatapmu" Yechan bergumam dalam hatinya.
     Jaehan bangun dan bersiap untuk pulang, namun sebelum mandi ia baru ingat tidak membawa pakaian lain, Ia mengira akan pulang setelah pameran.

Tok tok ! ! !
Jaehan menoleh ke arah pintu, saat ia membuka nya ternyata Yechan, pria itu memberikan nya sebuah tote bag besar yang berisi pakaian. Jaehan akhirnya mandi dan mengganti pakaian nya dengan yang di berikan oleh Yechan.
     Setelah sarapan mereka menuju keluar hotel menunggu mobil di ambil oleh supir yang bekerja di Hotel tersebut. Sebelum Yechan membuka pintu mobil Jaehan menahannya.
"Biar aku yang menyetir, kau sudah menyetir seharian kemarin" tawar Jaehan, mendengar nya Yechan mengangguk dan memberikan kunci mobil kepada Jaehan.

"Kau memiliki sim?" Tanya Yechan saat memasang sabuk pengaman.
"Nee, aku dulu pernah menjadi tukang antar barang dengan mobil" Jaehan mulai menginjak gas.
"Kau hidup dengan bekerja keras" Yechan melihat ke jalanan.
"Kau membawa semua ini?" Jaehan menunjuk bajunya.
"Ani, aku membelinya" Yechan masih menatap ke luar jendela.
"Kau membeli sendiri?, Semuanya??" Semua yang di maksud Jaehan termasuk pakaian dalam nya yang ia dapatkan di tote bag tersebut.
"Aku memesannya lewat online termasuk itu" sekarang Yechan menoleh ke arah Jaehan.

     Setelah percakapan tersebut mereka hanya diam, namun Yechan teringat akan sesuatu.
"Kau tidak berlatih hari ini?"
"Seharusnya iya, mungkin saja aku akan kena teguran karena tidak datang" Jawab Jaehan.
"A..mian, aku tidak bilang kalau kita akan menginap" ujar Yechan.
"Aku akan menemanimu pelatih mu nanti" timpalnya.
"Tidak perlu, aku bisa mengurus nya sendiri" Jaehan teringat bagaimana pelatihnya menyinggung soal kedekatan mereka berdua.

     Mereka berhenti di sebuah Drive thru untuk membeli minuman dan beberapa makanan, lalu melanjutkan perjalanan lagi.
"Yechan ah, bisa bantu mengambil minuman ku" ucap Jaehan.
"Mwo?, Kau bilang apa" tanya Yechan.
"Ambil minuman" Jaehan menoleh melihat Yechan yang terheran.
"Ani, sebelum nya?" Geleng Yechan.
"Mwo?, Yechan ah??" Jaehan tidak mengerti.
"Ya. . akhirnya kau menyebut namaku" senyum sumringah Yechan, sangat jarang sekali Jaehan memanggil namanya bahkan mungkin tidak pernah, Jaehan yang melihat Yechan tersenyum seperti itu juga ikut tersenyum.
"Bisa kau ulang sekali lagi" goda Yechan.
"Ya. . Saeki" Jaehan menatap nya sinis.

     Saat berhenti di lampu merah, Jaehan mengambil kentang goreng yang berada di sampingnya, Yechan tak sengaja melihat kalung yang biasa di pakai Jaehan.
"Kau sangat menyukai kalung itu" Yechan menatap benda yang bergantung di leher Yechan.
"Ini satu-satunya peninggalan ibuku" Jaehan memasukkan kentang ke mulutnya.
"Kau hidup sendiri?" Yechan penasaran.
"Nee, aku besar di panti asuhan bersama Hyuk" senyum Jaehan, menyebut hal tersebut ia teringat masa kecilnya di sana.
"Mian, aku tidak bermaksud" Yechan merasa bersalah mengungkit hal tersebut.
"Gwenchana"

     Setelah beberapa jam berkendara mereka berdua akhirnya sampai di Seoul kembali, Yechan menurun kan Jaehan di depan rumahnya. Saat akan keluar dari lift Jaehan bertemu Hyuk yang sebelumnya mencari Jaehan ke rumah.
"Jaehan ah, aku mencari mu dan juga ponselmu tidak aktif, kau dari mana saja?"  Ucap Hyuk.
"A. .aku dari busan" jawabnya menggaruk tengkuknya.
"Busan?? Tiba-tiba??" Selidik Hyuk.
"Aa. .ani, aku. .
"Cerita nya nanti saja, pelatih mungkin sangat marah dengan mu menghilang tanpa kabar" Hyuk merangkul pundak Jaehan.

     Jaehan sudah mendapatkan firasat tentang itu, setelah bekerja pagi ini ia langsung datang ke stadion untuk berlatih, karena sebelum nya ia mendapat kabar jika ia akan bertanding akhir bulan ini dalam rangka pertandingan persahabatan.
"Akhirnya datang juga" ucap pelatih dengan Jaehan.
"Mian. .tidak memberi kabar" Jaehan hanya tertunduk.
"Yaa. .apa kau masih ingin bertanding?, Banyak junior mu yang bisa menggantikan dirimu" teriak pelatih.

     Yechan yang tidak absen melihat latihan Jaehan mendengar makian dari pelatih Jaehan tersebut, ia juga merasa bersalah karena dirinya yang membawa Jaehan kemarin. Yechan memanggil pelatih tersebut dan meminta nya untuk tidak begitu keras dengan Jaehan.
     Namun pelatih tersebut merasa Jaehan telah mengadunya dengan presdir tersebut, para atlet junior yang mendengar pelatih di tegur oleh Presdir karena Jaehan, mereka jadi membicarakan Jaehan di belakang beberapa hari ini.
     Jaehan yang tidak mengetahui hal tersebut membuat nya merasakan hal aneh tidak ada yang mau berbicara dengannya kecuali Sora dan Hyuk, namun kedua orang tersebut tidak memberi tahu Jaehan apa yang terjadi karena mereka tidak ingin mengganggu pikiran Jaehan.
     Xen mendekati Yechan yang duduk sambil menikmati kopi nya.
"Bagaimana pameran Busan?" Xen mengetuk meja Yechan.
"Sangat seru" senyum Yechan.
"Tentu saja, jika pergi bersama orang yang kau suka" goda Xen.
"Mwo?" Yechan menaikkan alisnya.
"Kim Jaehan, kau pergi bersama atlet itu bukan" Xen menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Kau tau dari mana?" Tanya Yechan.
"Sangat mudah, lalu kau menyukai nya?" Senyum Xen.
"Kim Jaehan? Bukan kah sudah ku bilang, dia atlet yang menghasilkan uang banyak untuk perusahaan" jawab Yechan.

     Jaehan yang tadi nya mencari Yechan karena ia sudah mengetahui tentang masalah teguran pelatih dari Hyuk dan Sora yang tidak tahan untuk memberi tahu nya, namun Jaehan tidak menemukan Yechan di ruangannya, ia mencoba mencari di cafe perusahaan, benar saja ia melihat Yechan di sana, namun langkahnya terhenti melihat Xen yang lebih dahulu mendekati Yechan.

Next=>

Sunshine in the RainWhere stories live. Discover now