30

217 25 6
                                    

-----------------------------------------------------------------------------------
Bertahanlah Kim Jaehan, kemana aku akan pergi setelah ini jika dirimu adalah rumah~ Shin Yechan
-----------------------------------------------------------------------------------

Beberapa hari setelah kemoterapi, Jaehan akan menjalani transplantasi sumsum tulang belakang, namun kembali di tunda karena ia terkena demam lagi karena efek kemoterapi tersebut. Sudah beberapa kali transplantasi itu di tunda karena memperhatikan kondisi Jaehan.

"Semakin hari kondisi pasien menurun, tetapi dia memiliki semangat hidup yang sangat besar, itu bisa menjadi harapan untuk dirinya sembuh" ucap dokter saat Yechan menemui nya untuk konsultasi.

"Pastikan dia selalu mendapatkan suport untuk sembuh, mendengarkan hal-hal positif  yang akan membantunya untuk sembuh dengan cepat" timpal dokter.

Yechan melihat Jaehan tertidur pulas mungkin karena pengaruh obat yang mengharuskan nya beristirahat, Yechan menatap wajah yg semakin hari bertambah pucat, tubuhnya pun mengurus pria itu kehilangan bobot tubuh nya, Yechan mengusap pipi Jaehan dengan lembut, kini sebuah oksigen juga terpasang di hidung Jaehan karena beberapa hari ia mengeluhkan sesak nafas.

"Kenapa setiap hari menatap ku seperti itu" ucap Jaehan serak mulai membuka matanya.

"Karena aku menyukaimu" jawab Yechan dengan lugas.

"Aku akan menunggu hari dimana kau akan menerimaku" senyum Yechan sambil mengusap bibir bawah Jaehan.

Jaehan menatap wajah yang sudah beberapa waktu ini bersamanya, wajah putih dengan tatapan terihat dingin, pria itu memiliki senyum yang cerah, tapi beberapa waktu ini jarang sekali terihat. Sekarang ingatan tentang bagaimana mereka bertemu dan apapun yang pernah mereka lakukan bersama, bagaimana Yechan yang selalu mengejarnya sampai sekarang berputar  di otak Jaehan saat menatap Yechan.

"Wae? Ada yang salah di wajah ku?" Tanya Yechan karena mata Jaehan tak berpindah darinya.
"Aniyo" geleng Jaehan.

"Yechan ah, jika aku memang sembuh ayo pergi melihat laut di musim dingin" senyum Jaehan.

"Kita akan pergi kemana pun yang kau ingin kan" angguk Yechan.

"Benarkah?" Senyum Jaehan memperlihatkan gingsul nya.

"Ya! Jangan tersenyum seperti itu" ujar Yechan.
"Wae, kau bilang tak apa jika hanya dengan mu" cemberut Jaehan.
"Sekarang itu berbahaya, aku bisa saja mencium mu" jelas Yechan.
"Ya! Kau ini benar-benar" Jaehan mendorong bahu Yechan.

Saat kondisinya sudah memungkinkan, Jaehan akhirnya di bawa ke ruangan operasi untuk transplantasi sumsum tulang belakang, Yechan tidak diperbolehkan untuk masuk keruangan tersebut, ia menunggu di luar dengan perasaan khawatir. Ini akan memakan waktu cukup lama.

Xen yang tadi datang karena juga ada urusan pekerjaan di rumah sakit tersebut sudah sangat pusing melihat pria itu berdiri dengan gelisah.

"Ya! Duduk lah kau membuat ku pusing" Xen menarik Yechan untuk duduk.
"Dia akan baik-baik saja bukan" ucapnya dengan tangan gemetar.
"Tenang lah, dokter disini sudah sangat profesional" xen menepuk pundak Yechan sesekali menghibur nya.

Beberapa jam dokter akhirnya keluar dari ruangan tersebut, transplantasi nya berhasil namun Jaehan belum sadarkan diri, sekarang dokter menunggu perkembangan nya, Jaehan masih harus di rawat inap dalam waktu yang belum di tentukan.

Ia di letakkan di sebuah ruangan yang penuh dengan berbagai macam alat yang menempel di tubuhnya, saat Yechan mengambil sebuah barang di ruang inap Jaehan ia tak sengaja menjatuhkan buku yang beberapa hari ini di baca Jaehan. Yechan mengambil buku tersebut namun ada sebuah lembaran yang mengalihkan fokus Yechan, lembaran tersebut memiliki tulisan tangan dengan tinta pena membuat air mata Yechan jatuh saat membacanya.

Sudah beberapa hari namun Jaehan tak kunjung sadar, setiap harinya juga Yechan berharap Jaehan akan bangun, tapi hanya bunyi alat yang selalu ia terdengar.

Pagi ini Yechan duduk menatap Jaehan sambil menggengam tangan nya, gelang pemberian nya masih melingkar di tangan Jaehan. Namun pria itu tidak juga membuka matanya.

Yechan sudah memperhatikan Jaehan sejak pertama kali mereka bertemu, wajah polos yang terlihat naif, mata kesepian yang selalu terlihat saat di tatap, gigi gingsul yang membuat senyum nya begitu manis meskipun ia terlalu pelit untuk memperlihatkan nya. Pria yang selalu bersikap tak acuh dengan Yechan namun seperti magnet yang menariknya untuk selalu menempel.

"Jaehan ah, bangun lah kau sudah tidur cukup lama" Yechan memohon.

Namun sebuah benda seperti komputer yang berada di sana berbunyi membisingkan telinga, garis yang tadinya naik turun kini berubah lurus, dokter langsung datang melakukan beberapa pemeriksaan dan mulai menghidupkan alat kejut jantung. Yechan masih sangat terkejut melihat hal tersebut, Hyuk yang datang menjenguk Jaehan mencoba menenangkan Yechan yang tubuhnya mulai gemetar.

Hingga Joule tertinggi di hidupkan namun tidak ada tanda-tanda Jaehan akan sadar, Dokter dengan beberapa perawat berhenti menggunakan alat tersebut  dan melakukan pengecekan terakhir.

"Waktu kematian 09:23" ucap dokter tertunduk.

"Tidak, itu tidak mungkin" teriak Yechan mendekati Jaehan sambil menggoncang sedikit tangannya.

"Yechan ah" Hyuk memegang pundak Yechan air matanya sudah tak terbendung lagi tidak mungkin satu-satunya keluarga pergi meninggalkan nya.

"Hyuk ah, kajja, kita bawa Jaehan ke rumah sakit lain" ucapnya dengan mata memerah, Yechan sepertinya sudah kehilangan akal nya. Ia mulai menangis sejadi-jadinya.

"Yechan sii. . .

"Dia masih disini, dokter cepat hidupkan kembali alat mu" Yechan tidak mau mendengarkan siapapun sekarang. Lutut nya seperti tidak bertulang, ia terjatuh di lantai sambil memegang tangan Jaehan.

"Jaehan ah. .bangun lah" mohon nya. Namun tidak ada jawaban dari pria tersebut.

__________________________________________________________

Yechan ah.
Aku berharap kita punya kesempatan lain, aku berharap kita mempunyai waktu lain, karena disini aku tidak bisa mencintaimu seperti yang kau lakukan kepadaku ~ tulisan Jaehan di sebuah buku yang di temukan Yechan.
__________________________________________________________

Tiga Tahun Kemudian

Yechan di sibukkan dengan pekerjaan kantornya, terlebih dengan rumah sakit yang baru saja di resmikan, rumah sakit tersebut di khusus kan untuk penderita kanker, dokter disana juga tidak sembarangan Yechan hanya memilih dokter propersional.

Beberapa waktu ini ia juga di sibuk kan menghadiri beberapa acara pertandingan olah raga dari nasional dan internasional karena banyak dari para atlet nya yang ikut serta. Ia juga saat ini sering di undang dalam acara televisi yang membicar kan tentang bisnis.

Yechan mengakhiri hari nya dengan makan di sebuah warung pinggir jalan, sekarang ia selalu membawa uang cash agar bisa menikmati makanan di pinggir jalan.

Setibanya di apartemen Yechan membersihkan tubuhnya lalu menatap lama foto kecil yang sudah beberapa tahun ini berada di meja kecil tersebut.
Yechan menjatuhkan tubuhnya di kasur sambil mengecek jadwal nya di ponsel.

"Bandara Incheon jam tujuh pagi" gumam nya lalu memejamkan mata.

Next=>
Typo tandai dengan komen ya.

Sunshine in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang