17

201 29 3
                                    

Jaehan hanya menggelengkan kepalanya sambil membolak-balikkan daging sekarang.

"Benarkah?, kau tidak penasaran?" Tanya Yechan karena tak ada jawaban dari Jaehan.
"Apa kau cemburu" timpalnya.

"Ya. .tidak mungkin" jawab Jaehan melirik Yechan yang sedang menatap nya.

"Jangan khawatir aku sudah membatalkan pertunangan tersebut beberapa hari setelah di jodohkan" Yechan mengambil daging yang sudah matang.

Entah kenapa mendengar hal tersebut membuat hati Jaehan lega, namun ia lihai sekali menyembunyikan ekspresi wajahnya.

"Ada lagi yang membuat mu penasaran?" Goda Yechan.
"Aniyo" jawab Jaehan singkat.

Waktu pertandingan sudah semakin dekat Jaehan sangat sibuk untuk berlatih sekarang, minggu depan adalah babak pertama di lari jarak 200 meter.

Hari ini jadwal Jaehan untuk check up, obat yang ia konsumsi juga telah habis, Jaehan berjalan menuju rumah sakit dan menunggu antrian untuk menemui dokter. Setelah melakukan beberapa prosedur Jaehan duduk di depan dokter untuk mendapatkan hasil nya.

Jaehan tertunduk saat keluar dari ruangan dokter dengan membawa sebuah kertas diagnosa dari beberapa pengecekan yang dia jalani tadi, Jaehan  menyandarkan tubuhnya di sebuah dinding.

Stadium 2, penyakit itu mulai berkembang di tubuhnya harapan sembuh pun mulai mengecil, dokter sudah menegaskan nya untuk terapi agar kanker itu tidak lagi menyebar, namun perlombaan sudah dekat jika ia terapi sekarang ia tidak akan bisa mengikuti perlombaan dan juga sekarang ia belum sanggup dengan biayanya karena pasti biaya kedepan akan bertambah besar.

Sebelum berjalan menuju luar rumah sakit ia tak sengaja melihat Yechan keluar dari sebuah ruangan lalu tak lama Xen mendekatinya, mereka berdiri dan mengobrol, Jaehan menghentikan langkah nya dan bersembunyi di balik tembok agar tidak di lihat Yechan karena satu-satunya jalan keluar hanya dengan melewati dua orang itu.

Yechan datang tak lama setelah Jaehan masuk ke ruangan check up, ia menemui psikiater yang sudah lama tidak ia kunjungi.

"Yechan sii, sudah lama tidak bertemu dengan mu" ucap Dokter tersebut.
Yechan tersenyum dan duduk di sebuah kursi yang telah disediakan.

"Akhir-akhir ini aku tidur dengan mudahnya, aku juga tidak mimpi buruk lagi" jelas Yechan.

"Sepertinya kondisi anda sudah mulai membaik, aku akan menurunkan dosis obatnya untuk jaga-jaga jika kambuh, jika gejala nya memburuk lagi anda harus menghubungi ku segera" ujar dokter setelah pemeriksaan.

Yechan akhirnya lega ia tak bergantung lagi dengan obat-obat yang membosankan tersebut, ia kelar dengan wajah sumringah, Xen melihat temannya tersebut langsung mendekat.

"Shin Yechan" Xen merangkul pundak Yechan.
"Lee Jinwoo sii" tawa Yechan.

"Bagaimana?, apa masih perlu obat untuk tidur?" Tanya Xen menghentikan langkah mereka.

"Aku masih di beri obat tapi hanya untuk jaga-jaga" jawab Yechan yang tampak senang.

"Perkembangan yang baik" Xen menepuk pundak Yechan.
"Omong-omong kau tidak ada pasien?" Tanya Yechan dan melanjutkan langkah mereka.

Melihat kedua orang itu pergi Jaehan berjalan kembali ia keluar dari rumah sakit setelah melihat mobil Yechan pergi. Jaehan berjalan menuju stadion untuk berlatih, ia berlari hingga batas kemampuan nya, ia berharap semua pemikiran buruk pergi dari otaknya sekarang. Jaehan berhenti dan menatap lintasan lari yang kosong karena sebenarnya hari ini tidak ada jadwal latihan, semua memori tentang masa kecil berputar, Jaehan masih ingat bagaimana ia pertama kali mencoba untuk berlari.

Setelah sadar dari lamunan nya, Jaehan memilih beristirahat di tribun lapangan.

"Kau berlatih sangat keras" Yechan mendekati Jaehan dan duduk di sampingnya.
"Wae?, kau sepertinya sangat senang" celetuk Jaehan.

"Ada berita baik, aku sudah tidak perlu minum obat tidur lagi" Yechan terlihat sumringah.
"Benarkah?, kau sudah sembuh?" Jaehan tersenyum.

"Belum sepenuh nya, tapi aku tidak bergantung lagi dengan obat itu"

Yechan hampir berhasil melawan penyakit nya namun Jaehan sedang berjuang, ia melihat senyum Yechan yang membuat semangat nya kembali datang.

"Ini semua berkat mu" senyum Yechan menatap Jaehan.
"Mwoya?" Ucap Jaehan.
"Terlepas kau percaya atau tidak kau benar-benar mengubah hidupku" timpal Yechan.

"Ah ya. .teman mu yang waktu itu bekerja dimana?" Jaehan teringat saat di rumah sakit Xen juga ada di sana bersama Yechan.
"Nugu??" Yechan menaikkan alisnya.

"Pria yang memiliki tahi lalat di leher" jelas Jaehan.
"Aa. .Xen?, ani, nama aslinya Lee Jinwoo" ucap Yechan.
"Wae?" Timpal nya.

"Ani, aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat" bohong Jaehan.

"Dia Dokter Gigi di Rumah sakit HanSung" ucap Yechan.
"Jangan bilang kau menyukainya?" Selidik Yechan.

"Yaa. .ani" Jaehan mendorong Yechan.
"A syukur lah" Gumam Yechan.
"Mwo?" Tanya Jaehan seperti mendengar sesuatu.
"Aku akan kembali ke kantor" Yechan menepuk pundak Jaehan.

Yechan meninggalkan Jaehan dan kembali ke kantor. Jaehan menggaruk kepalanya yang tak gatal, bagaimana jika Xen mengenali dirinya jika datang ke rumah sakit tersebut, bagaimana juga jika tiba-tiba ia bertemu Yechan di sana, apa ia perlu pindah rumah sakit sekarang sepertinya pemikiran nya malah bertambah.

"Tapi kenapa aku takut?" Gumamnya.

***

Hari ini adalah babak pertama kejuaraan lari jarak 200 meter dan 400 meter. Jaehan dan Hyuk sudah berada di stadion untuk melakukan pemanasan.

Beruntung nya mereka berdua berada di Nomor lari yang berbeda Jaehan berada di jarak 200 meter sedangkan Hyuk di 400 meter. Mereka tidak perlu bersaing.

"Jaehan ah hwaiting" Hyuk menepuk pundak Jaehan sebelum pria itu memasuki lapangan.

Jaehan berdiri di garis start semua penonton bersorak melihat para atlet sudah bersiap, Yechan tersenyum melihat Jaehan yang berada di lapangan.

Babak pertama berhasil di menang kan Jaehan, begitu juga Hyuk, babak kedua akan di laksanakan minggu depan.

Hyuk mengajak Jaehan untuk makan di luar sebagai perayaan, Yechan yang sebelum nya ingin memberikan selamat kepada Jaehan mengurung kan niat nya saat melihat kedua orang itu berjalan ke luar stadion, ia tidak ingin mengganggu mereka.

Setelah dari luar Jaehan membersihkan dirinya, ia menjatuhkan tubuh nya di sofa sambil menonton televisi, tak lama berselang ia mendengar ponselnya berbunyi.

"Sudah tidur?"

"Belum"

"Aku di bawah, bisa kau turun sebentar"

Jaehan langsung bangkit dan berlari menuju lift.

"Ya" Yechan melambai kan tangan nya melihat Jaehan sambil tersenyum.
"Ada apa?" Ucap Jaehan mengatur nafas nya.

Yechan membuka pintu mobil dan mengeluarkan sesuatu.

"Ini selamat untuk mu" senyum Yechan menyodorkan sekotak kue.
"Gomawo" Jaehan mengambil box tersebut.

"Istirahat lah kau pasti lelah" senyum Yechan mengacak rambut Jaehan.
"Jangan lakukan itu" cemberut Jaehan.
"Wae?" Kau terlihat lucu" tawa Yechan.

Jaehan kembali ke rumah nya dan membuka kue tersebut, senyum tak hilang dari wajah nya saat menyantap kue tersebut.

Next=>

Sunshine in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang