-prologue-

515 39 2
                                    

a familiar scenery
turns into a miracle.
even tears are beautiful.
it will be a memory.
- blossom by enhypen

-•••-

Unknown place
16.05 PM

Cahaya keemasan sore itu dengan malu-malu menyelinap masuk melalui roller blinds yang setengah terbuka, sehingga memberikan kesan indah di dalam ruangan bernuansa putih minimalis yang tengah dihuni oleh dua orang lelaki. Satu orang pemuda dan juga seorang pria yang mungkin berusia empat puluhan awal.

Selama kurang lebih sepuluh menit yang lalu, hanya suara detak jarum jam yang memenuhi ruangan dengan tata susun yang rapi itu. Hingga akhirnya, sang pria yang tengah memegang sebuah kertas dengan ketikan huruf dan goresan tinta itu memecah keheningan terlebih dahulu.

"Sagara." Panggil pria itu begitu dia menaruh kertas yang ia amati selama hampir sepuluh menit lamanya itu di atas meja kaca yang berada di hadapannya. "Before we end our first session, I want to ask you one simple question."

Pemuda pucat namun rupawan yang bernama Sagara itu menatap matanya, setelah sebelumnya menggulung-gulung selang tipis yang berasal dari dada kirinya itu diantara jemarinya.

Meskipun tidak berbicara, tapi gerak tubuh Sagara menunjukkan kalau dia tidak mempermasalahkan kalau pria yang duduk di hadapannya itu untuk bertanya.

Sebuah senyum hangat terkulum di wajah pria itu. Meskipun sudah berusia hampir setengah abad, namun pria itu terlihat muda di usianya, dan yang pasti, terlihat amat bersahaja.

"Menurut kamu, apa yang umumnya dilakukan orang kalau dia terluka ? Entah itu luka sobek, sayatan, patah. Intinya luka fisik."

Mendengar pertanyaan barusan, kerutan muncul di kening Sagara. Namun karena tidak ingin memunculkan sugesti tersendiri, akhirnya dia memutuskan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Jelas dia mau obati lukanya, karena engga mungkin dia diemin lukanya, karena bisa infeksi dan berakibat fatal." Jawab Sagara. Dia sendiri heran mengapa pria yang katanya adalah seorang terapis profesional itu memberikan pertanyaan yang dimana, bahkan anak kecil saja bisa menjawab dengan benar.

Sepertinya tahu kalau si pemuda yang berada di hadapannya itu heran dengan pertanyaannya, maka pria tadi memutuskan untuk segera menjawab rasa herannya itu.

"Nah sekarang saya ganti pertanyaannya. Apa yang bakal dilakukan kebanyakan orang kalau mendapati diri mereka itu ada luka batin ?"

Kali ini, ketimbang memberikan reaksi keheranan seperti sebelumnya, Sagara tertohok mendengar pertanyaan tersebut. Dirinya merasa habis tertusuk panah sehingga tidak tahu harus berkata apa.

Karena entah mengapa, Sagara yakin kalau pertanyaan pria itu ditujukan kepada dirinya secara tak langsung.

Meskipun tidak dilontarkan, Sagara merasa ada bisikan suara yang memenuhi kepalanya.

Sagara, apa yang bakal kamu lakukan kalau mendapati jiwa kamu terluka ?

Jawabannya sudah muncul di dalam benaknya, namun lidah Sagara terasa amat kelu sehingga sukar ia pakai untuk menarik kata-kata yang sudah dirangkai dengan baik oleh otaknya itu.

"Mereka... Pasti mau hapus luka itu sebisa mungkin." Ucap Sagara yang akhirnya berhasil menarik kata-kata itu keluar.

Bukannya karena malas berbicara, tapi Sagara tahu kalau jawabannya itu tidak mengatas-namakan tindakan kebanyakan orang.

The Wounded Soul (ft.enhypen)Where stories live. Discover now