-05 : one of his pain-

440 46 9
                                    

seorang anak tidak seharusnya merasakan kekurangan akan kasih sayang dari keluarganya, karena dari merekalah, seharusnya anak itu mengetahui arti ketulusan dan kasih sayang. kalau bukan dari keluarga, kemana anak itu akan belajar ?
-anonymous

-•••-

Haish.

Rasa sakit pada sisi kiri perut Sagara muncul begitu dirinya membuka mata. Dan betapa dia ingin mengerang begitu indra penglihatannya bertemu pandang dengan langit-langit sebuah ruangan berwarna broken white, yang kemudian disusul oleh bau disenfektan yang menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya.

Begitu Sagara ingin melontarkan pertanyaan, dia dapat mendengar suara yang ditimbulkan oleh seseorang yang hendak menuju ke arahnya.

"Astaga, Sa ! Akhirnya lo sadar juga !"

Dengan kening yang mengernyit, Sagara memaksakan dirinya untuk duduk, tapi tidak jadi lantaran tubuhnya masih lemas.

"Rey ?" Sagara hendak memastikan kalau orang yang berada di sebelah hospital bed-nya adalah orang yang ia kenal.

Sang pemilik nama mengangguk. "Ya ini gue. Eh sumpah hampir gue panggil perawat karena lo ga kunjung siuman. And btw, you're in the hospital incase you didn't notice."

Sagara terlihat bingung. "Emang gue pingsan berapa lama ?"

Reyhan berdiri lalu berjalan menuju jendela kamar rawat yang tertutup gorden, yang kemudian ia sibakkan. "Dari langit sekarang, kira-kira lo udah pingsan berapa lama, Sa ?"

Karena terkejut, Sagara otomatis terduduk. Dia tidak mempercayai apa yang ia lihat, yakni langit yang sudah gelap. Pertanda hari sudah malam. "Gila lama banget gue pingsannya. Berapa jam kira-kira ?"

"Around six hours." Jawab Reyhan yang menarik kursi di sebelah hospital bed untuk dia duduki. "Gue udah sampai balik ke rumah buat ganti baju segala, terus ke sini lagi. Ga bisa gue tenang sampai akhirnya lo sadarkan diri."

Sagara terlihat speechless begitu mengetahui lamanya dia tak sadarkan diri. "Buset lama banget." Dia kemudian menatap ruangan yang ia tempati itu. Suatu pertanyaan muncul di benaknya.

"Rey, dari tadi siapa aja yang udah ke sini ?"

"Well cuman gue, coach Hendrawan, sama itu..." Dia tengah berusaha mengingat nama seseorang. "Ah sama si Amanda. Dia mau ikut tadi."

Sagara hanya mengangguk. "Pasti berita tentang gue udah mulai bermunculan kan ?"

Mendengar itu, Reyhan terkesiap. Dia mengusap tengkuknya karena suasana yang mendadak canggung. "Yah ga usah pikirin itu dulu, Sa. Masa' baru siuman tapi udah overthinking ?"

"Ga gue pikirin gimana sih, Rey ?" Nada suara Sagara berubah menjadi nada kesal. "Ini semua bakal pengaruh sama hidup gue. Udah tenang gue hidup tenang tanpa disorot media selama tiga tahun. Dan sekarang ? Engga pula gue disorot karena kembali ke dunia olahraga, tapi karena kekurangan gue."

Reyhan terdiam seribu bahasa. Dia tidak bermaksud untuk menyinggung, dia sebenarnya ingin menenangkan Sagara. Tapi dia bisa berbuat apa kalau responnya ternyata seperti itu ?

"Iya juga sebenernya." Hanya itu yang mampu Reyhan katakan. "Cewek tu namanya Lidya by the way. Sampai detik ini gue ga dapet bocoran tu cewek dapet info kedatangan lo dari mana."

"Kalau menurut gue, besar kemungkinan salah seorang petugas yang ngasih bocoran ke dia."

"Kok se-yakin itu lo ?" Reyhan terlihat bingung sekaligus penasaran.

The Wounded Soul (ft.enhypen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang