-12 : heal the scars-

496 45 4
                                    

"tell me, am i ever gon' feel again?
tell me, am i ever gon' heal again?
got a shot glass full of tears.
drink, drink, drink, say, "cheers"
- shot glass of tears by jeon jungkook.

-•••-

Chapter ini mengandung unsur dan topik sensitif mengenai self-harm.
Diharapkan kebijakan readers dalam membaca chapter ini.

Dan jika ada reader yang sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup, chapter ini tidak direkomendasikan. Silakan menghubungi 119.

-•••-

Setelah perjanjian terbentuk, kini Ardhi bertanggungjawab untuk memaparkan beberapa terapi yang akan beliau terapkan pada Sagara di pertemuan-pertemuan berikutnya.

Tapi sebelum Ardhi memulai, suara Sagara terdengar terlebih dahulu.

"Kalau saya boleh bertanya." Ujar Sagara. "Kenapa kontrak itu baru ditandatangi tadi ? Bukannya anda sudah meminta saya melakukan terapi CBT itu sejak minggu kemaren ?"

Ardhi sudah menduga Sagara akan bertanya seperti itu. "Yang saya minta kamu untuk kerjakan selama seminggu itu emang sebagian dari prosedur terapi CBT. Tapi tujuan saya bukan untuk terapi, karena selain kontrak belum terbentuk diantara kita, saya butuh informasi agar bisa mendapatkan hasil diagnosa yang jelas."

"Pertanyaan-pertanyaan pada CBT worksheet itu bersifat open question. Jadi dengan jawaban-jawaban kamu, bisa membantu saya mendapatkan gambaran akan kondisi psikis dan emosional kamu, Sagara."

Sagara mengangguk paham. Dan begitu mendapati respon itu, Ardhi siap untuk melanjutkan penjelasannya.

"If you choose to work with me, I think that first we will jump right in to concrete and practical tools to help with your problems in the moment." Ardhi memulai. "Karena ini adalah konseling pertama kamu, fokus kita di awal adalah untuk menangani anxiety kamu. Karena anxiety punya kaitan erat dengan PTSD and the therapy isn't complicated as the PTSD one, kita mulai dari sana dulu ya."

"We will explore the causes and triggers of your anxiety so we can play offense, not just defense. Jadi dengan kita udah tahu pemancing-pemancing dari anxiety itu sendiri, we will have a plan, and head them off."

Begitu Sagara mendengar kalimat explore the causes and triggers, dia seperti tersengat oleh listrik. Kalau begitu, dia harus membuka semua luka lamanya. Dan percayalah, hal itu amat ia takuti.

Melihat wajah sang klien yang mendadak tegang dan terlihat cemas, Ardhi tersenyum.

"I know that it won't be an easy thing for you." Ujar Ardhi. "But by doing this, kita akan bisa menemukan solusi untuk penyembuhan kamu. Dan kita bakal lakukan itu perlahan kok. We will do it slowly but sure."

-•••-

"First of all, kita akan mulai dengan CBT." Terang Ardhi. "Dengan terapi ini, kita akan bisa menelaah akan tiga hal."

"Pertama." Ardhi mengangkat jari telunjuk kanannnya. "The triggers. Karena penting bagi kita untuk mengetahui pemancing-pemancing dari anxiety itu. Tujuannya adalah untuk preventing, dan coping with the triggers itself. Karena tidak selamanya kita bisa menghindar dari trigger-nya."

"Kenapa saya katakan kalau kita tidak bisa selamanya menghindar dari pemancing anxiety ? Karena anxiety itu adalah rasa cemas dan takut. So to deal with it, you have to face it."

The Wounded Soul (ft.enhypen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang