14|all that happened in a night

309 46 3
                                    

"keluarga atau bukan, aku akan membantahmu. mereka yang mengatakan 'tapi mereka-lah keluarga,' tidak-lah berarti apapun jika keluarga itu toxic dan tidak membawa
kebaikan untuk dirimu."
-morgan sharee

-•••-

Saturday
19.25 PM

Semua orang yang berada di ballroom lantai tujuh pada sebuah perusahaan tengah sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Orang dari berbagai kalangan usia dan jabatan tengah berbaur dengan satu sama lain. Sebagian dari mereka ada yang duduk manis di dalam sebuah aula yang sudah terdapat deretan kursi dengan model susun theater. Dan sebagian dari mereka masih ada yang berbincang-berbincang di luar aula.

Namun, semua obrolan santai itu berhenti begitu empat pemuda dengan setelan jas datang dari arah selatan, dan terdapat seorang pemuda lain yang berjalan di depan mereka.

Mayoritas dari orang-orang tadi memilih untuk berdiri, bahkan ada yang sedikit menundukkan kepala hormat begitu melihat siapa rombongan pemuda tersebut.

Rombongan tersebut tak lain adalah Harsa beserta ketiga adiknya. Mereka baru saja tiba setelah menempuh perjalanan selama setengah jam dari rumah.

Kehadiran mereka sebagai paket komplit karena hari ini adalah acara anniversary perusahaan mendiang ayah mereka, yang sampai hari ini masih berjalan sukses dibawah pimpinan Harsa.

Seorang pemuda yang mendampingi empat kakak beradik itu menatap Harsa, lalu mengembangkan senyum sopan.

"Pak Harsa dan para Tuan Muda, Silahkan menikmati acaranya."

-•••-

Sagara berusaha mengusir hawa dingin dengan sesekali menggosokkan telapak tangan kepada lengan jasnya, ketika dia beserta si kembar tengah duduk di atas sofa VIP yang terletak paling dekat dengan panggung.

Acara anniversary perusahaan dimulai dengan kata sambutan dari Harsa selaku pemegang jabatan tertinggi di perusahaan. Dan sebagai keluarga inti, maka ketiga adiknya mendapati posisi paling dekat dengan panggung tempat ia berbicara sekarang.

"Sagara." Panggil Javier yang duduk di sebelahnya. "Ngapain kamu gosok-gosok tangan daritadi ?"

Dengan mata yang terasa pedas dan berat, dia menoleh pada Kakaknya lalu menggeleng. "Engga ada."

"Bohong. Mata kamu juga sayu." Ujar Javier, yang kemudian memegang leher Sagara dengan telapak tangan kirinya. "Kamu demam ya ?"

"Belum sampai demam." Balas Sagara yang mengucek mata kirinya. "Baru mendingin dikit. But so far I'm fine."

Javier menghela napas pelan. Dia kembali mengalihkan pandangannya kepada Harsa yang masih berbicara di depan podium. "Nanti pas night party, kamu numpang istirahat aja di kantor Kak Harsa."

Sagara hanya menjawab dengan anggukan. Dia juga kembali melihat sang Kakak sulung yang masih berbicara di depan podium.

Di atas panggung sana, Harsa berdiri dengan tegap, dengan suaranya yang tenang, mata yang menunjukkan unsur sahaja dan wibawa, berhasil memancarkan kharismanya yang luarbiasa.

Kedua netra gelap Sagara emang memperhatikan Harsa, tapi tidak dengan pikirannya yang sudah berkelana entah kemana.

He looks the same as father. Semua orang melihat mereka sebagai sosok yang luarbiasa, tanpa mereka tahu gimana the real side of them, di saat mereka hanya bersama dengan keluarga, tanpa ada mereka yang ikut menyaksikan.

The Wounded Soul (ft.enhypen)Where stories live. Discover now