"Pak, kan, belom jam pelajaran Bapak," ujar Ferry menatap guru berkumis tebal itu.
"Terserah Bapak dong. Lagian kalian, kan, jamkos. Daripada nggak ngapa-ngapain mending Bapak ambil jamnya," jawab Pak Bondi—Guru mata pelajaran olahraga.
"Yaelah, Pak. Tinggal ambil aja. Nih pake kursi." Wusni menyodorkan kursi milik Difta pada Pak Bondi seraya menunjuk benda berbentuk bulat yang berada di dinding, tepatnya di atas papan tulis.
Difta menoyor kening Wusni. "Pinter!" Cowok itu menarik kembali kursi miliknya. Wusni menyengir seraya mengusap keningnya.
Pak Bondi menghela napas, "Bukan jam itu maksud Bapak, Kusni."
"Pak, nama saya Wusni bukan Kusni. Bapak jangan seenaknya ganti-ganti nama saya dong," ujar Wusni tak terima.
"Please deh, Pak. Di luar lagi panas banget. Bapak tega jemur kita? Nanti kulit saya kebakar!" ucap Riena dengan gelengan kepala seraya mengusap kedua tangannya.
"Iya, nih pak. Mana abis perawatan," timpal Alea.
"Ribet banget ye jadi cewek," sahut Wusni.
"Biasalah," timpal Erlan, menaikkan bahu.
"Dih, cowok tuh gak diajak, mending diem aja!" Riena melayangkan tatapan tajam pada mereka berdua.
"Bapak udah kenyang denger alasan kalian, nggak mau tau pokoknya Bapak tunggu di lapangan lima belas menit. Kalo yang nggak turun, siap-siap aja nilainya Bapak kosongkan," putus Pak Bondi, ia melangkah keluar kelas sembari membawa buku absen.
Defeat!
"Ah, anjir! gara-gara Bonday jadi kalah!" dumel Wusni, menatap layar ponsel yang sedari tadi ia genggam.
Tak! Erlan memukul kepala botak Wusni menggunakan ponselnya.
"Sakit bego!" desis Wusni, mengusap kepalanya pelan.
"Didenger Pak Bondi, habis lo, Ni," ujar Kanzia.
"Bilangin aja, Zi. Biar dihukum suruh bersihin toilet," timpal Difta.
Wusni melotot, "Jangan, Zi. Cepu lo, Dif!"
"Yok buruan ganti baju terus turun ke lapang. Pak Bondi udah nunggu tuh!" ucap Ferry menginterupsi teman-teman kelasnya. Kompak semua murid di kelas tersebut saling menghela napas, berjalan dengan gontai ke luar ruang kelas.
"Gue males olahraga." Kanzia melangkah lesu diikuti kedua sahabatnya.
"Iya, coba liat aja di lapang lagi panas banget," sahut Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanzia: Secret Admirer
Teen FictionPertama kali bertemu lewat tatapan mata membuat Kanzia penasaran dengan sosok cowok bertopi coklat itu. Bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali dia tak sengaja bersitatap dengan cowok itu. Sepertinya Kanzia telah jatuh cinta pada pandangan pertama...