09.

1.9K 127 5
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.


"Emang ayah yakin renjun bakal baik baik aja sama dominant itu? Ayah gak takut renjun di macem macemin yah?"
Xiaojun anak sulung Nakamoto itu terus mengeluarkan suaranya di meja makan di saat winwin dan jaemin tengah mempersiapkan makan malam itu di meja makan.

"Ayah yakin guanlin gak bakal macem macem sama renjun, ayah kenal keluarganya. Lagian guanlin gak bakal berani sama renjun kak... adik kamu itu galak" balas yuta pada anak sulungnya.

"Iyasih.. tapi tetap aja yah, renjun itu submisive!" Kekeh xiaojun pada ayahnya.

"Lalu ayah harus bagaimana kak? Membiarkan renjun terus berkeliaran di luar sana saat tengah malam? Atau bagaimana? Kamu ada saran untuk renjun?" Tanya yuta, pertanyaan sang ayah itu mampu membuat xiaojun terdiam.

"Kak dejun gak usah khawatir tadi Nana sama echan kesana kok, injun baik baik aja sama dominant itu.." ucap jaemin menimpali mengambil posisi di samping sang ayah.

"Apartemen nya gede tau kak.. mewah.." celetuk jaemin lagi, "renjun baik baik aja kan na?" Tanya winwin pada jaemin.

"Baik Bun.. ahh itu.. tapi sepertinya injun sedang sakit, soalnya tadi waktu Nana sama echan kesana tunangan injun tiba tiba datang terus ngasih injun salep.. katanya suruh pakai gitu Bun" adu jaemin pada ibunya.

Pergerakan tangan xiaojun terhenti, "kan apa kakak bilang yah...!" Ucap xiaojun dengan sedikit kuat kemudian mengambil jaket dan kunci motornya dan berjalan dengan cepat melewati keluarganya.

"Kamu beneran na?" Tanya winwin dengan ekspresi serius, jaemin mengangguk cepat sambil memakan makan malamnya tak memperdulikan ayahnya yang kini pergi menyusul xiaojun.

"Emang nya kalau pakai salep sakitnya parah ya Bun?" Tanya shotaro yang dari tadi tanya menyimak pembicaraan di antara keluarganya.

Winwin menggeleng sambil tersenyum kecil pada anak bungsunya. "Gak patah kok dek, adek makan aja ya.. kak injun biar ayah sama kak dejun yang ngurus" ucap winwin pada shotaro.



Disisi lain, xiaojun mengendarai motornya dengan kecepatan penuh menuju apartemen milih guanlin.

Rasanya dia tak sabar ingin menghantam wajah tunangan adiknya itu, apa apaan! Baru sehari sudah berani melakukan hal itu pada adiknya pikir submisive itu.

Hingga tak lama motor itu terparkir di depan gedung apartemen mewah itu, xiaojun berlari ke dalam menuju unit kamar guanlin dan renjun.

Sedang kan yuta yang tadi nya menyusul kini tertinggal jauh di belakang.

Kini xiaojun berdiri di depan unit apartemen yang bertulis kan angka 109, dengan cepat xiaojun menekan bel itu dengan terburu buru.

Hingga tak lama pintu apartemen terbuka menampilkan guanlin yang mengenakan kaos serta celana pendek di hadapannya.

Tumbukan kuat di layangkan oleh xiaojun untuk guanlin hingga membuat dominant itu terjatuh sambil memegang rahangnya.

"Mana adek gue!"
Ucapnya dengan kuat pada dominant itu.

"Kakak?" Panggil renjun dari belakang, xiaojun menoleh ke arah renjun dan langsung melihat kondisi adiknya.

"Lo gak papa kan njun? Apa yang sakit? Kasih tau gue? Ini..? Ini..? Ini sakit gak? Apa yang sakit jawab renjun...!" Tanya nya dengan menggebu gebu pada adiknya.

Sedangkan guanlin hanya menatap kakak beradik itu dengan bingung dari bawah sambil memegang rahangnya yang terasa sakit akibat tumbukan kakak tunangannya itu.

"Kenapa sih kak?" Tanya renjun bingung menatap kakaknya sesekali melirik guanlin.

"Dejun.. hah.. hah.."

Ketiganya menoleh saat mendengarkan suara itu, yuta datang dengan terengah.

"Ayah?" Ucap renjun dengan pelan, "ini kenapa sih? Kenapa kakak sama ayah tiba tiba kesini coba?" Lanjut renjun dengan tatapan bingung nya.

"Kamu? Kenapa?" Tanya yuta menatap guanlin, si dominant menggeleng pelan sambil melirik xiaojun yang masih menatapnya tajam.

"Ayah mau ngomong sama kalian berdua" ucap yuta kemudian berlalu masuk ke dalam apartemen itu.

Kini, renjun dan guanlin duduk berhadapan dengan yuta dengan xiaojun duduk di samping ayahnya.

"Tadi jaemin kesini?" Ucap yuta memulai pertanyaan pada anaknya. Renjun mengangguk pelan "sama haechan juga kesini tadi yah" balasnya singkat.

Yuta kembali mengangguk, "tadi.. saat mereka disini.. guanlin tiba tiba pulang dan memberi salep untuk mu.. itu salep untuk apa?" Tanya yuta berusaha santai.

Mata guanlin melebar setelahnya, "salep? Itu salep buat.."

"Ayah..." ucap guanlin memotong ucapan renjun, dominant itu kemudian berlutut tepat di hadapan yuta membuat renjun kebingungan.

"Maaf... saya tidak sengaja menampar renjun tadi pagi.. maaf ayah.."

"Hah?" Bingung xiaojun menatap guanlin.

"Menampar renjun?"

"Iya.. dia nampar aku yah, sakit tau.."

"Kenapa?" Tanya yuta menatap anaknya.

"Aku ngigo jadi dia sadarin renjun pake tamparan." Jelas renjun dengan sebal mengingat kejadian tadi pagi.

"Jadi bukan salep itu bukan..?" Ucap xiaojun menggantung ucapannya.

"Sialan jaemin!" Umpatnya dengan kecil, "makannya kamu jangan ngambil keputusan kayak gitu kak, salah paham kan" ucap yuta pada si sulung.

"Ck, siapa yang gak mikir ke sana sih yah, dejun yakin bunda pasti juga mikir kayak gitu" balas nya tak mau kalah.

"Heh.. berdiri Lo" ucapnya pada guanlin, "anggap aja tumbukan gue tadi balasan karna Lo nampar adek gue"





TBC

dijodohin! (guanren)Where stories live. Discover now