6. SEBUAH KEHARUSAN

1.5K 129 67
                                    

6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


6. Sebuah Keharusan

***

Bele mundur perlahan karena lelaki di depannya yang maju mendekati dirinya.

Keduanya saling tatap. Mencurahkan banyak arti yang tidak bisa lagi diutarakan secara bebas dan rasa yang tetap ada.

Memikirkan jalan keluar agar bisa menghindar, perempuan itu hendak berbalik sebelum kalah cepat dengan pergerakan Sang Alpha yang menahan dirinya.

Bele mengaduh karena saat ia berbalik, Agno dengan tega menarik rambutnya dengan satu tangan.

"Kau tidak sopan sekali!" Gumannya rendah tanda sindiran halus.

Tangan gadis itu menahan rambutnya yang masih dicengkraman lelaki itu.

Agno yang menyadari Bele kesakitan karena ulahnya memilih mengalah. Tangannya berganti posisi memeluk perut gadis berambut orange itu dari belakang.

Ia memaruh dagunya di pundak Bele yang tertutup kain. Keadaan kembali hening di dalam lantai dansa itu. Suara berisik yang berasal dari luar seakan lenyap dengan kecanggungan yang dirasakan Bele.

"Malam ini aku tidak akan melepaskanmu." Ujar Agno dengan berbisik pas ditelinga perempuan dipelukannya.

"Ikut aku kembali Bele!"

***

Asen yang baru kembali melakukan suatu hal rahasia kembali pada tempat dimana dia meninggalkan dua gadis yang diajaknya kesini.

Dari kejauhan ia bisa melihat Indira yang sedang memperhatikan Raja Mahawira itu.

Asen menyentuh pundak gadis itu, "Hei."

"Oh, kau sudah kembali? Lalu dimana Bele? Dia belum kembali?" Tanya Indira menatap Asen yang bingung.

"Seharusnya aku yang tanya Dira! Kau ini, aku kan sudah bilang kalian harus tetap bersama!" Asen gemas pada Indira yang sesekali kembali menatap Mahawira yang sedang berbincang.

"Dia bilang akan mengisi Wine, untuk perjalan kita." Cengenges Indira yang disambut tatapan malas Asen.

"Sudahlah, dia sudah besar! Nanti kembali lagi kesini. Ngomong-ngomong kau darimana?"

***

"Itu tidak masuk akal!"

Bele menatap pria yang menyilangkan tangannya itu dengan tatapan antara tidak percaya dan marah padanya.

Bahkan Bele ingin tertawa.

"Kenapa?"

Oh astaga, kali ini Bele benar-benar tertawa garing. Frustasi dengan Alpha yang belakangan terakhir banyak dibicarakan karena visual dan kemampuan di atas rata-rata itu.

Tangan Bele mengepal, amarahnya membumbung tinggi dan meledak, "Pria egois seperti mu bagaimana bisa terkenal tegas dan berwibawa? Kau tidak lebih baik dari para bandit yang suka semena-mena! "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALPHA'S DESTINY 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang