4. Pertengkaran

872 128 67
                                    

Saat ini Rigel dan kawan-kawannya tengah berkumpul di Warpen. Mereka tengah mengistirahatkan tubuh lelahnya, lihat saja bahkan peluh masih mengalir di pelipis mereka yang mana permainan futsal tersebut baru saja berakhir. Rigel, Chandra, Barry, Raka dan Dito seperti biasa duduk di meja yang sudah menjadi hak milik mereka di Warpen, sedangkan teman-teman yang lain duduk di meja yang lain.

"Guys, kalian pesen aja apa yang kalian mau ya. Hari ini gue yang bayar karena hari ini kita udah berhasil ngalahin si Marcel," seru Rigel yang langsung di sahuti heboh oleh teman-temannya namun tidak oleh Chandra dan yang lainnya yang hanya mendelik malas.

"Kebiasaan anjir traktir traktir mulu," sahut Chandra.

"Udah di bilang kita ga semiskin itu Rigel," timpal Barry.

"Tapi daks, mau sekaya apapun kita ya tetep aja lebih kaya tuan muda Rigel ga sie? Keluarga Nataprawira cok," ucap Raka yang di angguki lemah oleh ketiganya yang lain sedangkan Rigel nampak tak peduli dan malah fokus dengan ponselnya.

"Ya iya sih, tapi nih bocah kebiasaan banget suka traktir traktir, ya kalau kita mah mah sadar diri tapi kalau anak-anak yang lain? Bisa-bisa yang lain ngelunjak," sahut Dito.

"Yaudah sih sans aja ga usah di pikirin, selagi gue anak ayah Gibran dan ibu Nadine mah selow ae lah," dengan santainya Rigel menyahuti.

"Ck, kadang gue lupa kalau di bocah bagian terpenting dari keluarga Nataprawira," ujar Chandra yang baru saja selesai menyeruput es kopinya.

Mereka semua begitu asyik merayakan kemenangan permainan futsal hari ini, hingga tak lama dari itu terlihat ada sekitar 4 orang gadis yang tengah berjalan menghampiri Rigel dan barudaks.

"Yeee gue cariin lo semua malah pada ngasoy di sini," ucap salah satu dari ke-empat gadis cantik tersebut.

"Lo kemana aja anjir? Katanya mau dukung kita pas main futsal," sahut Barry.

"Gue ada urusan tadi bang, jadi agak telat. Gimana? Udah selesai futsalnya?" tanya gadis itu yang panggil saja namanya Widia.

"Udah bjirrrrr, si Marcel kalah telak Wid," jawab Raka mewakili teman-temannya yang lain.

Gadis bernama Widia itu mengangguk dengan kernyitan di dahinya, "gue kira pertandingan futsal nya belum selesai soalnya tadi gue sempet kesana terus gue liat Rigel– LAH IYA RIGEL KOK LU ADA DISINI SIH?!" pekik ya heboh.

"Gue dari tadi emang disini, buta mata lo Wid? udah sana pesen aja apa yang lo mau," sahut Rigel santai.

"Bukan gitu anjir, gue tadi liat lo ada di tempat futsal lagi by one sama si kak Marcel. Kenapa sekarang lu udah ada disini dah? cepet banget perginya," ucap Widia membuat semuanya terdiam untuk mencerna ucapannya.

"Ngaco lo, yang lo liat khodamnya si Rigel kali?" Chandra menyahuti.

"Kagak bang sumpah gue liat Rigel di tempat futsal tapi emang agak beda sih. Gel khodam lo kok rambutnya coklat kagak pirang kek lo?"

Mendengar hal itu semuanya pun kembali terdiam dan saling memandang satu sama lain.

"Gel, jangan bilang itu.." Dito berucap pelan menggantung.

Lantas tanpa mengatakan apapun Rigel beranjak dari duduknya dengan rahang yang sudah mengeras, tangan yang terkepal kuat serta tatapan nyalang membuat siapa saja yang mentap Rigel pasti akan menunduk takut.

"Anjing lo Marcel!" setelah bergumam hal tersebut, tanpa menunggu lama lagi Rigel langsung berlari kecil meninggalkan Warpen.

"Rigel kenapa tuh kayanya marah banget?" tanya gadis itu.

•What If Orion & Rigel Live Together•Where stories live. Discover now