13. Orion bangun?

680 127 48
                                    

Gibran, Nadine dan ke-empat anaknya yang tak lain adalah Alaska, Aletta, Kavin dan Zayn melangkahkan tungkainya dengan tergesa mengikuti dokter Arlen menuju UGD dengan perasaan was-was berharap bahwa informasi yang mereka dapatkan dari sang suster salah, berharap nama yang di sebutkan oleh sang suster tadi bukanlah nama si bungsu Nataprawira, berharap kesalahan itu ada, di sepanjang jalan mereka terus berharap akan kesalahan kesalahan yang kemungkinannya akan terjadi. Hingga sesampainya di ruang UGD mereka pun masuk ke dalam untuk memastikan bahwa harapan mereka mengenai kesalahan itu memang benar adanya.

"ARGHHHH RIGEL, RIGEL ANAK IBU.." teriak Nadine histeris saat melihat sang anak tengah dalam tindakan di salah satu bilik disana. Dan hal itu membuatnya menjadi pusat perhatian seketika.

Ternyata harapan mereka pupus seketika saat melihat pasien kecelakaan tersebut benar-benar si bungsu Nataprawira yang tak lain adalah Rigel. Dapat mereka lihat disana beberapa dokter termasuk dokter Arlen yang baru saja bergabung serta beberapa suster tengah menangani kondisi Rigel yang keliatannya sangat parah dengan luka di sekujur tubuhnya juga berlumuran darah dimana-mana, apalagi di bagian kepalanya.

Tubuh Nadine limbung seketika, beruntung ada Gibran yang menopang tubuhnya. Aletta pun sama, tubuhnya benar-benar sangat lemas saat ini bahkan lidahnya terasa kelu, tenggorokannya seperti tercekat hanya ada air mata yang mengalir di kedua pipinya. Alaska yang menahan tubuh Aletta pun merasakan hal yang sama, begitu juga dengan Kavin dan Zayn yang mematung.

"ENGGA ADEK, ITU BUKAN ADEK.. ADEK INI IBU NAK hiks.." tangis Nadine pecah seketika, ia mencoba untuk mendekat ke bilik tersebut namun di halangi oleh suster yang melarangnya untuk mendekat dan menyuruh mereka untuk menunggu di luar.

"Adek.." lirih Gibran diiringi dengan air matanya yang mengalir.

"Nggak, nggak mungkin.. itu bukan adek hiks.." isak Aletta.

"Ini pasti mimpi, iya kan?" Plak! Zayn menampar pipinya sendiri, "ayo bangun Zayn! Bangun!"

"Dek.." lirih Kavin.

Sedangkan Alaska hanya mampu terdiam, 'dek.. bukannya tadi adek ada di rumah ya? Mas baru aja ngobrol sama adek, tapi kenapa sekarang adek ada disini..' batinnya lirih.

"Gibran hiks.. Gibran anakku kenapa Gibran, Rigel hiks.. ini ibu Rigel ayo bangun jangan buat ibu takut nak," isak Nadine pilu membuat sang suami memeluk tubuhnya dengan erat.

Mereka benar-benar shock melihat apa yang terjadi. Ternyata pasien kecelakaan tersebut benar-benar si bungsu Rigel Arsenio Nataprawira. Terlebih Alaska yang beberapa jam lalu baru saja mengobrol dengan adik bungsunya serta mengobati lengan adiknya hingga tatapan Alaska terus tertuju pada perban di tangan sang adik yang kini sudah berlumuran dengan darah.

"Adek hiks.." isak Aletta.

"Mas, bukannya tadi adek lagi ada di rumah ya? Zayn bahkan liat mas lagi nemenin adek tidur, kenapa sekarang adek kaya gini?" tanya Zayn lirih pada sang kakak sulung.

Alaska tak mampu menjawab, ia hanya menggelengkan kepalanya seraya menunduk dengan air matanya yang mengalir.

"KITA PINDAHKAN PASIEN KE RUANG TINDAKAN!" seru salah satu dokter disana yang kembali meraih perhatian mereka.

"BAIK DOK!"

"ENGGA, ANAKKU MAU DI BAWA KEMANA?!" teriak Nadine histeris saat beberapa suster menggiring ranjang pesakitan yang terdapat Rigel diatasnya menuju ruang tindakan dengan cepat.

Terlihat dokter Arlen pun berjalan menghampiri keluarga Nataprawira.

"Arlen, apa yang terjadi dengan anak saya? Bagaimana kondisi Rigel?" tanya Gibran to the point.

•What If Orion & Rigel Live Together•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang