Chapter 11 : Kejujuran

11 6 0
                                    

Hari kesebelas, mereka kembali berunding bagaimana caranya mereka keluar dari vila itu. Lalu, dengan beraninya Jaeyun mengusulkan untuk mencoba sekali lagi keluar dari vila melewati hutan. Saran Jaeyun awalnya ditolak, namun tak ada salahnya jika mencoba, dan siapa tau aja mereka beneran bisa keluar dan mencari bantuan di luar sana.

"Baiklah kalau itu saran mu. Tapi kamu jangan pergi sendirian, mungkin diantara kita bakal pergi bersamamu," ucap Nicho.

"Kalau gitu, bagaimana dengan K dan juga Junghwan?" tanya Jaeyun.

"Huhh, ya tak ada salahnya mencoba kan," jawab Kei.

"Apapun akan lebih baik daripada mati di tempat terkutuk ini," timpal Junghwan.

"Emhh, aku ikut deh sama kalian," ucap Rua.

"Aku juga," sahut Junkyu.

"Baiklah, kalian berlima kapan akan pergi?" tanya Nicho.

"Mungkin siang nanti," jawab Jaeyun.

"Kalau begitu berhati-hati, jangan sampai kalian kenapa-napa," peringat Nicho.

"Pastikan kalian selalu bersama, lindungi satu sama lain," sambungnya.

"Itu pasti Nic. Makanya lebih baik pergi siang hari. Hutan tak akan terlihat gelap karena sinar matahari. Jadi, kalaupun bertemu dengan pembunuh itu, kami pasti bisa menghalaunya," jawab Jaeyun.

"Huff, okay."

Siang itu juga, Jaeyun dan keempat temannya pergi ke arah hutan dan ingin menuju halte. Di awal perjalanan, mereka tak menemukan hal yang mengganjal. Lalu, saat mereka berada di tengah perjalanan. Tiba-tiba saja sebuah anak panah menancap di sebuah pohon, yang berada pada samping Junkyu.

Mereka terkejut melihatnya dan berusaha lari untuk mencapai titik luar. Namun sayangnya, entah dari mana datangnya anak panah itu, panah itu kembali di lontarkan dan kali ini mengenai Junkyu.
Setelah bertanya-tanya ada apa, panah kembali mengarah pada mereka, dan kali ini, panah mengenai Rua dan juga Jaeyun.

K dan Junghwan yang tak terkena pun berusaha melarikan diri. Mereka berlari dalam satu arah, yaitu keluar dari hutan dan menuju halte. Tapi, entah dari mana asalnya sebuah tembakan mengenai tepat di jantung Junghwan. K terperanjat jatuh dan tak percaya. Ia kembali bangun dan mencoba berlari, tapi kakinya terkena tembakan dan saat ia menoleh ke arah depan, sebuah peluru tepat mengenai keningnya.
Alhasil, K pun tewas.

Di sisi lain, tepatnya di vila. Teman-teman mulai merasa cemas karena sudah hampir 2 jam kelima temannya belum kembali juga.

"Akkhh, kemana mereka?" tanya Nicho.

"Apa jangan-jangan, mereka sudah berhasil mendapat bantuan, dan pergi begitu saja?" tanya Ji-Won.

"Tak mungkin mereka meninggalkan kita begitu saja," ucap Jo yakin.

"Tapi kenapa mereka belum juga kembali?!" tanya Yoshi cemas.

Tak berapa lama, Erin juga Cio menghampiri yang lain dengan ekspresi panik.

"Kita harus menyusul mereka semua ke hutan!" sahut Erin tiba-tiba.

"Apa? Kenapa kita harus menyusul mereka?" tanya Yuma.

Erin tak mengatakan apa-apa dan hanya meletakkan 2 kartu di atas meja. Kartu pertama bertuliskan 'Mati Terpanah' dan kartu kedua bertuliskan 'Mati Tertembak'.

"Apa ini?" tanya Nicho.

"Sepertinya ini ada hubungannya dengan mereka. Mereka mungkin sedang dalam bahaya sekarang, jadi kita harus menyusul mereka," jelas Erin.

"Lo gila atau gimana sih Rin? Lo percaya gitu aja sama kartu-kartu gak jelas ini?!" tanya Ji-Won meledek.

"Lalu lo mau apa?!! Ngebiarin mereka semua mati?! Kalian mau menyusul mereka apa enggak?!" tanya Erin kesal.

Misteri Vila || [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang