Chapter 16

179 33 16
                                    

~~~

Sabtu sore, Hazril dan Fikar rencananya akan menginap di rumah Angkasa. Bisa dibilang hampir kegiatan rutin memang, karena hanya di rumah Angkasa lah mereka bisa bebas.

Bisa bebas, dalam artian bisa bermain game sampai pagi tanpa mendengar omelan atau bahkan teguran dari ibu negara, seperti halnya yang sering dilakukan Ibu Hazril dan juga Ibu Fikar, setiap kali mengetahui mereka bertiga yang bermain game sampai tidak tahu waktu. Ya, sebetulnya itu juga menjadi salah satu alasan, kenapa Hazril dan Fikar bisa berakhir betah di rumah Angkasa.

"Aden, ini atuh cemilannya dimakan dulu, sama minumnya juga yaa..." ucap Bi Azmi ramah, seperti biasa. "Nanti kalo mau makan malam, sudah Bibi siapkan di meja makan, jadi jangan sampe kelupaan." pesannya kemudian.

"Ahh Bibi, suka bikin saya makin enak aja," canda Fikar yang memang senang menggoda.

"Oh iya gapapa atuh, Bibi juga ikut seneng, soalnya biar Aden-Aden semua makin sering main kesininya." balas Bi Azmi terkekeh.

"Sok atuh ya dilanjut, Bibi ke belakang dulu. Kalo butuh apa-apa, langsung dipanggil aja." lanjutnya berpamitan.

Angkasa menoleh sekilas, sembari tersenyum. "Makasih, Bi."

"Iya sama-sama Aden,"

Sepeninggalan Bi Azmi, khususnya Angkasa dan Fikar kembali terfokus pada layar besar di depannya. Iya, sedang apalagi jika bukan bermain play station.

Sedangkan Hazril sendiri, tampak mengamati dari belakang, sembari menikmati cemilan yang baru saja disajikan.

"Nyerah aja sih, Angkasa udah pasti menang itu," ledek Hazril tertawa senang.

"Mana ada? Harus sampe titik darah penghabisan!" balas Fikar semakin fokus.

"Gitu tuh, kalo udah kalah tapi masih ngelak,"

"Bajingan emang!"

Angkasa hanya terkekeh, mendengarkan perdebatan kedua sahabatnya yang jika kalian tanggapi memang tidak akan ada akhirnya.

Keseruan mereka jika sedang bermain game memang tidak bisa diremehkan. Terlebih lagi jika sedang dalam fokus yang tinggi, jangan harap game tersebut akan berakhir dalam waktu sebentar, karena ketiganya pasti akan berambisi untuk memenangkan pertandingan tersebut.

Sesaat terdiam dengan pikirannya, Hazril tiba-tiba saja teringat dengan kejadian di sekolah beberapa hari lalu. Fokusnya kini beralih kepada salah satu sahabatnya, yakni Angkasa, yang tentu tidak menyadari hal tersebut karena posisinya yang sedang membelakangi Hazril.

"Sa?" panggil Hazril pada akhirnya.

"Hmm?"

"Hari itu, kenapa lo ga buka suara buat belain Queen?"

Pertanyaan yang memang terkesan sangat tiba-tiba itu, sukses membuat Angkasa menaikkan sebelah alisnya saat menatap Hazril, begitu pula dengan Fikar yang memasang wajah bingungnya.

"Tiba-tiba?"

"Gue penasaran aja, menurut gue, lo keterlaluan sih, karena ga buka suara, buat sekedar klarifikasi kalo apa yang mereka bilang tentang Queen itu ga bener,"

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang