Chapter 20

117 14 4
                                    

~~~

Suara musik terdengar berdengung kencang, membuat seisi ruangan yang hanya diisi oleh beberapa orang itu bergema.

Cadisson Bar.

Sebuah Bar yang cukup terkenal, karena berbagai macam fasilitasnya. Rasanya sudah cukup lama juga, mereka tidak berkunjung ke tempat ini. Biasanya, mereka akan datang kemari di beberapa momen tertentu, seperti untuk sekedar melepas penat.

Dan untuk di momen kali ini, sepertinya hanya Angkasa yang menikmati waktunya di sini. Sementara kedua sahabatnya, yakni Hazril dan Fikar, hanya duduk disamping lelaki itu sembari mengawasinya.

Melihat beberapa botol wine yang sudah kosong di meja, membuat Hazril dan Fikar mulai khawatir akan kondisi sahabatnya. Masalahnya, meski sudah mengonsumsi alkohol dalam jumlah banyak, tetapi sekarang Angkasa justru terlihat baik-baik saja, tidak seperti orang mabuk pada umumnya.

Hanya satu yang tampak jelas. Wajah tampannya kini tampak redup dan murung, jauh dari seperti biasanya.

"Sa, udah!" suara Hazril terdengar mengingatkan. "Dengan lo nyiksa diri kaya gini, itu ga akan ngerubah apapun!"

Angkasa yang mendengar ucapan tersebut, hanya tersenyum kecut, menatap lurus ke depan.

"Soal Queen yang ga ngasih tau lo tentang apa yang terjadi sebenernya, itu murni keputusan dia. Dan lo, harus bisa hargain itu. Ini semua bukan salah lo!" tutur Fikar.

"Tetep aja," ucap Angkasa serak. "Mau dari sudut pandang mana pun, tetep aja gue bodoh. Gue brengsek. Gue-" ucapan Angkasa tertahan, saat ia memejamkan matanya.

"Gue bahkan selalu kasarin dia. Gue selalu keluarin kata-kata yang ga seharusnya dia terima. Lo berdua inget itu?" lanjut Angkasa getir.

Hazril dan Fikar bungkam, sembari menghela nafas beratnya. Mau bagaimana pun, tampaknya kali ini memang akan menjadi situasi sulit untuk Angkasa dan juga Queenby.

"Bahkan, setelah beberapa tahun, begitu dia pindah ke Cakrawala, gue ga pernah memperlakukan dia dengan baik. Gue selalu ngerasa jadi orang yang paling sakit hati atas semua tindakan dia. Tapi faktanya, sekarang justru gue yang udah bikin dia makin sakit."

Fikar memalingkan wajahnya ke arah lain, begitu melihat Angkasa menundukkan kepala dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. Sementara Hazril, lelaki itu tampak tak berhenti menenangkan Angkasa dengan menepuk-nepuk pundaknya hingga beberapa kali.

"Gue kurang brengsek apa?!"

"Brengsek, cowo brengsek! Bajingan!" racau Angkasa semakin menjadi.

Angkasa benar-benar dilingkupi oleh rasa bersalah pada Queenby. Setelah semua yang terjadi, Angkasa bisa kembali membayangkan perlakuan buruk seperti apa saja yang telah ia layangkan kepada Queenby.

Selain itu, Angkasa juga merasa telah menjadi laki-laki pengecut, karena sebelumnya tidak pernah mau meluruskan atau bahkan sekedar mencoba untuk berhubungan baik dengan Queenby. Ia sepenuhnya sadar, bahwa dari peristiwa kemarin egonya memang lebih tinggi.

"Belum terlambat Sa, kalo lo masih sayang sama Queen, lo masih bisa perjuangin dia, lo masih bisa berusaha buat memperbaiki semuanya." saran Hazril.

"Bahkan sekarang, buat ketemu sama dia aja gue ngerasa malu." balas Angkasa pelan.

"Posisinya, kalian berdua itu sama-sama nutupin luka masing-masing." ucap Fikar. "Jadi, ya mau gimana pun, sekarang waktunya lo belajar dari semua itu. Intinya saling aja sih, karena komunikasi itu bakal jalan kalo datangnya dari dua arah."

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang