7

1.1K 41 3
                                    

"Huaaaaa!" Anjanie melompat meninggalkan semuanya. Termasuk celana panjangnya yang hanya sebatas paha. Ia kesulitan berlari karena celananya belum terpasang sempurna. Setelah berada di tepi jalan, Anjani terjatuh tersungkur di tanah. Sehingga bongkahan pantatnya yang putih terlihat seakan menantang rembulan yang mengapung di langit malam.

"Heeehhh,,, hussshhh!" Ahras mengusir makhluk itu dengan melempar kerikil. Makhluk itu kembali ke pedalaman hutan.

Sesaat Anjanie terbangun dan melirik makhluk berloreng layaknya harimau.

"Tuh, kan mbak! Harimau. Adakan Harimau di kalimantan." Ahras menyergah. Lalu Ahras diam tertegun ketika melihat bagian tubuh Anjanie yang ditumbuhi bulu halus. Lipatan liangnya lembab karena ia tak sempat mengelapnya. Matanya yang dapat melihat di kegelapan dapat meniti setiap detil liang kewanitaan yang belum tersentuh oleh orang lain.

"I—ituh macan akar!" Suara Anjanie membuyarkan lamunan Ahras. Ia berbalik dan mempersilahkan Anjanie merapikan celananya.

Anjanie cukup malu dengan kejadian itu. Ia berlari dengan celana melorot sehingga mungkin bagian dalamnya terlihat oleh Ahras. "Mbak, nggak apa-apa? Apa ada yang sakit?" Tanya Ahras yang khawatir.

"Ah,, nggak apa? Cuma bajuku kotor. Mau ganti baju dulu." Ungkap Anjani seraya membuka jaket jeans miliknya. Lalu Ahras kembali tertegun ketika melihat tubuh Anjanie yang hanya terbungkus tanktop berwarna merah muda. Buah dadanya tak terlalu besar, hanya saja ukurannya proporsional untuk tubuhnya. Belum lagi, lipatan belahan itu semakin membuat Ahras bergidik ngeri. Ahras berpikir ulang untuk menghabisinya malam ini. Jika ia tak dihabisi, tentu saja urusannya semakin runyam.

"Mas," suara itu kembali membuyarkan lamunan Ahras.

"Iya mbak!" Jawab Ahras.

"Bisa tolong ambilkan tas aku di belakang!" Pinta Anjanie.

"Oh, iya mbak!" Ahras memanjat bak truk dan lagi-lagi melemparkan tas Anjanie ke tanah. Anjanie hanya dapat menghela nafas panjang karena barang-barangnya diperlakukan tidak manusiawi.

Anjanie membuka dan mengeluarkan sepotong celana legging panjang dan kaus berwarna putih. Ketika Anjanie berjongkok, belahan dadanya terlihat begitu sempurna dan sesuai dengan bentuk tubuhnya. Anjanie tetap santai karena Ahras sibuk menyusun kayu untuk dijadikan api unggun. Terlepas dari itu, suasana yang gelap membuat Anjanie tak merasa canggung.

Anjanie membuka pintu truk untuk mengganti bajunya setelah sebelumnya ia mengintip Ahras yang masih disibukan dengan api unggun yang mulai menyala. Ia segera melepas tanktopnya dan terlihatlah tubuhnya yang hanya berlapis Bra berenda dengan kawat yang bisa membusungkan dadanya. Lalu sesegera mungkin ia memakai kaus putih ketat yang cukup menerawang jika terpapar sinar. Lalu ia juga melepas celana jeans sekaligus celana dalamnya.

Dilain itu, Mata Ahras kembali terpaku ketika mencium aroma feromon wanita yang mungkin keluar dari bagian kewanitaan Anjanie. Ia mencoba untuk menyadarkan dirinya sendiri karena belum waktunya. Lagipula, Ahras diminta untuk menghabisi Anjanie. Tak khayal ia menikmati dulu aroma itu. Aroma itu menghilang dan kesadaran Ahras bangkit ketika Anjanie melompat dari truk seraya membawa pakaian kotornya.

"Sudah hidup apinya!" Ucapan Anjanie semakin menyadarkan Ahras.

"Eh,,, iya mbak. Sudah hidup. Sekarang hangat, terus nggak banyak nyamuk." Ucap Ahras seraya membentangkan tikar untuknya. Sedangkan Anjanie diberikan hak istimewa untuk tidur di kasur portable miliknya.

Anjanie menghenyakan bongkahan pantatnya di kasur portable dan menutupi tubuhnya dengan kain rumbai yang dibelinya di Pulau Bali. Lalu matanya menatap jilatan api yang cukup untuk menghangatkan mereka berdua. Ahras juga melakukan hal yang sama.

"Mas," kata Anjanie. Ahras tak menjawab. Ia hanya menatap Anjanie. "Maaf soal tadi. Hihihi." Anjanie terkekeh ketika ia mengingat kejadian itu sebagai kejadian lucu. Ia sedang pipis lalu dikejar oleh hewan yang diduga seekor macan akar.

"Oh, itu. Kok ketawa. Mbak hampir aja diterkam Harimau." Ungkap Ahras keheranan.

"Itu macan akar mas." Ucap Anjanie. "Ia termasuk keluarga harimau, tapi kecil seperti kucing. Ia agresif karena termasuk hewan liar."

"Tapi kalau nggigit ya sakit mbak!" Ucap Ahras. "Apalagi digigit bokongnya!"

"Hahahahaha,,, mas bisa aja!" Gurau Anjanie. "Eh, mas. Boleh tanya nggak?"

"Iya mbak!" Jawab Ahras.

"Mas pernah denger tentang makhluk bernama Kuyan?" Tanya Anjanie yang cukup untuk membuat Ahras terdiam.

"Mnnn,,, ngeri sih kalau ceritanya disini." Gumam Ahras. Ia mencoba mengelak agar Anjanie tak meneruskan ceritanya.

"Ya nggaklah, Kuyan mana doyan sama kita. Kuyan itu doyannya sama wanita yang hamil muda. Nah, Kuyan itu doyan makan janin yang masih di dalam perut ibunya." Anjanie dengan santainya membicarakan makhluk yang selama ini tinggal bersama Ahras.

Ahras berpikir bahwa semakin lama, makhluk seperti dirinya dan Melanie akan menjadi mitos belaka. Seiring perkembangan teknologi, semua bisa mengakses dan bahkan mengoloknya melalui film komedi. Padahal berkat mereka jugalah, negeri ini terbebas dari para penjajah. Ia teringat ketika membunuh gubernur jendral kompeni dan mengusir seluruh pasukan itu dari Ardaka. Lalu menculik tentara putih yang bermata sipit dari Batavia. Lalu meledakan tank-tank musuh yang akan menghancurkan rumah-rumah penduduk. Gerakannya senyap dan tak terdeteksi. Sekarang malah makhluk seperti dirinya dan Melanie menjadi bahan eksploitasi berita. Sungguh kejam negeri ini. Mungkin apabila ia tak berjuang dulu kala, mungkin Anjanie tak dapat seperti ini. Hak-hak wanita dibatasi dan akses pendidikan untuk wanita juga dibatasi.

"Mas, kok diem!" Sergah Anjanie.

"Mnn,,, itu sih pernah dengar mbak. Tapi belum pernah ketemu langsung." Ungkap Ahras berbohong. "Menurutku, makhluk seperti tak seharusnya dicari tahu. Soalnya kalau kita cari tahu, nanti kita malah kena Balak-nya mbak."

"Selama ini aku mencari tahu tentang dunia tak kasat mata." Ucap Anjanie dengan santainya. "Tapi aku Fine-fine ajah!"

"Iya sih, tapi berbeda dengan disini. Soalnya banyak orang yang punya ilmu sihir yang nggak pengen diketahui banyak orang." Ucapnya Ahras menjelaskan.

"Hmn,,, bener juga ya. Soalnya menurut informasi Kuyan ini sebenarnya orang yang ingin mencari keabadian." Jelas Anjanie.

"Genderuwo juga ya mbak!" Celetuk Ahras untuk memancing seberapa pintar cewek ini.

Saklawase II : Orang-orang yang hidup selamanyaWhere stories live. Discover now