The Girl 5

1.1K 124 9
                                    

Sepulang dari restoran, baik Ara maupun Shenaa tidak ada yang bicara, suasana di dalam mobil sangat hening sekali dan Ara tetap fokus mengendari mobil tersebut. Berbeda dengan Ara, Shenaa justru sibuk dengan pikirannya, dia merasa tidak enak dengan Ares tadi.

"Kenapa diam saja?, biasanya kau paling cerewet", tanya Ara, tapi pandangannya tetap fokus ke jalan.

Shenaa menatap Ara sekilas, "aku tidak enak dengan Ares", jawabnya.

"Kenapa?".

"Sepertinya dia kurang setuju dengan ini".

"Dia setuju".

"Kau tau darimana?".

"Karena ini perjanjian kami".

"Tapi perjanjian bisa saja batal".

"Apa kau juga ingin membatalkan perjanjian kita?.

Ara langsung menghentikan mobil di pinggir jalan dan menatap Shenaa, "apa kau juga akan membatalkan perjanjian kita?", Ara mengulangi pertanyaannya.

Gluppp...

Shenaa menelan salivanya, tunggu dia sedikit terintimidasi dengan Ara sekarang, Shenaa menunduk dan tidak berani menatap Ara karena takut dengan tatapan itu.

"Lihat aku", ucap Ara.

Shenaa tetap menunduk, astaga jantungnya bahkan berdetak kencang sekarang, dia langsung kehilangan nyalinya, padahal dia hanya perlu menjawab ia atau tidak, tapi lidahnya terasa berat sekarang.

Ara menyentuh pipi wanita itu dengan satu tangannya dan mengangkat wajah Shenaa agar bertatapan dengannya, Ara melihat ketakutan dimata itu, mata yang biasanya menggodanya kini terlihat takut padanya.

"Aku dan Ares memiliki perjanjian pra nikah dan itu disetujui oleh kami berdua, dia tidak akan menolak ini, kita hanya perlu menjani semuanya seperti apa yang sudah kita bicarakan", ucap Ara dengan tenang dan lembut.

Shenaa yang awalnya takut dan ragu menjadi lebih tenang sekarang, "maafkan aku, aku hanya tidak ingin membuat masalah di dalam rumah tangga mu", jawab Shenaa, dia memejamkan matanya saat Ara membelai pipinya dengan ibu jarinya.

Perlahan Shenaa merasakan sesuatu yang kenyal dan dingin menempel di bibirnya, dia ingin membuka matanya tapi dia tidak berani menatap Ara, sesuatu menyentuh bibirnya dan memaksa ingin masuk ke dalam, Shenaa lalu membuka mulutnya dan membiarkan lidah Ara menerobos masuk ke dalam dengan pelan, lembut dan tidak tergesa-gesa.

Ini adalah ciuman pertamanya yang berhasil membuat jantung dan purutnya serasa di penuhi oleh ribuan kupu-kupu, Shenaa membalas ciuman itu, mereka larut dalam ciuman yang dalam tanpa menuntut untuk berbuat lebih. Ara melepaskan ciuman itu dengan mata Shenaa yang masih tertutup, wajah mereka terlalu dekat bahkan hembusan nafas dapat mereka rasakan satu sama lain.

"Ciuman ini adalah tanda kalau aku tidak main-main dengan ucapanku", ucap Ara.

Shenaa membuka matanya dan mata indah itu langsung bertatapan dengan mata Shenaa, dia tidak berbicara tapi hanya mengangguk dengan perkataan Ara.

"Kita pulang yah".

"Kau akan menginap?".

"Hemm...aku sudah berjanji padamu bukan", jawab Ara.

Skip...

Ara dan Shenaa telah sampai di apartemen, ciuman di mobil tadi membuat Shenaa agak sedikit kikuk dan canggung, tapi Ara terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.

"Kau tidak mengganti bajumu?", tanya Ara pada Shenaa yang hanya duduk di kursi sofa dan enggan masuk ke kamar.

Shenaa agak sedikit kaget saat Ara bertanya padanya, karena pikiran Shenaa masih tertuju pada ciuman tadi.

"Ah...hemm iya, duluan saja", jawabnya dengan gugup.

Ara menatap Shenaa, dia menangkap ada kecanggungan pada wanita itu dan itu membuat Shenaa terlihat menggemaskan.

"Apa kau memikirkan sesuatu?", tanya Ara.

"Ah...haaa?, tidak, maksudku tidak ada".

"Apanya yang tidak ada?", tanya Ara lagi, wanita itu kemudian duduk di meja dan berhadapan langsung dengan Shenaa.

Glupppp...

Shenaa semakin terintimidasi dengan wanita di hadapannya ini, jantungnya serasa mau copot bahkan dia sangat susah menelan air liurnya sekarang.

"Jangan bilang kau memikirkan ciuman tadi?".

Shenaa menatap Ara dengan mata yang seolah memohon untuk jangan menggodanya lagi, tapi Ara tidak memperdulikannya, tatapannya malah tertuju pada dada Shenaa yang semakin memompa dengan cepat karena debaran jantung yang kuat.

"Ka...kau, hemmm berhenti bicara yang tidak-tidak", jawab Shenaa. "aku mau ganti baju dulu", tambahnya lagi.

Namun saat Shenaa hendak berdiri, tiba-tiba Ara menarik tangannya dan membuat Shenaa terduduk di pangkuan Ara....

Dug...dag...dug....dag

Jantung Shenaa sudah tidak aman lagi, wanita itu benar-benar akan pingsan sekarang, pasalnya Arabela berada sangat dekat dengannya saat ini.

Ara menyentuh wajah Shenaa dengan jari telunjuknya hingga ke bibir, hembusan nafas mereka sangat pelan tapi dapat dirasakan satu sama lain.

"Apa yang sering dilakukan sepasang kekasih selain berciuman?", tanya Ara dengan pelan.

Shenaa merasa seluruh tubuhnya menjadi sangat dingin dan kaku, bukankah dia menginginkan Ara?, bukankah dia yang meminta ini pada Ara?, lalu kenapa dia malah menjadi kaku seperti patung begini.

Shenaa tidak bisa menjawab lagi, mata dan pikirannya sudah terkunci sekarang, dia ibaratkan boneka yang hanya menunggu untuk dimainkan oleh Ara.

"Kau ingin kekasih yang seperti apa?", tanya Ara lagi.

"Yang suka begini?", tanya Ara sambil mengecup bahu Shenaa.

"Yang suka begini?", tanyanya lagi sambil mengecup singkat leher Shenaa.

"atau yang begini?", tanya Ara lagi sambil melumat bibir Shenaa dengan lembut namun begitu dalam.

Shenaa seketika meremang dalam diamnya, dia hanya mengalungkan tangannya di leher Ara dan membiarkan wanita itu mengekspose seluruh ruang di dalam mulutnya.

Nafas mereka beradu saat ciuman itu putus, sekali lagi ribuan kupu-kupu beterbangan di perut Shenaa karena mendapat perlakuan manis dari Ara. Mata mereka masih saling menatap, Shenaa memberanikan diri menyentuh bibir Ara, entah bagaimana dia memasukan jari telunjuknya di dalam mulut Ara dan wanita itu menghisap jari telunjuk Shenaa dengan pelan namun kuat.

"Kau menginginkan ini?", tanya Ara lagi, dia menahan jari telunjuk Shenaa dengan tangannya dan memasukan jari itu kembali ke mulutnya.

Shenaa masih tetap terdiam, otaknya tidak mampu lagi berpikir jerni sekarang, dia benar-benar telah jatuh ke dalam pesona seorang Arabela. Tiba-tiba sebuah sentuhan membuat tubuhnya bergetar, Ara mengelus pahanya dengan lembut, "kalau aku menyentuhmu disini, apa kau menyukainya?", tanya Ara dengan serak, tapi tangannya mulai naik ke bagian dalam paha Shenaa.

Sungguh Shenaa sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dia semakin masuk ke dalam pusat gairah yang membelenggunya, namun semua buyar saat Ara tiba-tiba tertawa.

"Bernafaslah sayang, kau terlihat sudah membeku", ucap Ara, wanita itu ternyata hanya menggoda Shenaa saja.

"Sialaan", jawab Shenaa sambil berdiri dari pangkuan Ara dan berlari menuju kamarnya.

Ara hanya tertawa melihat tingkah Shenaa, wanita itu sangat lucu sekali dan sepertinya Ara akan selalu menggoda Shenaa mulai sekarang.

The GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang