31

161 10 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.


Jam istirahat telah tiba. Alana keluar dari kelasnya bertujuan untuk mencari seseorang. Saat ia menyusuri koridor sekolahnya. Ia tak sengaja melihat sosok yang ia cari.

'Duh gimana nih, Alana kayaknya mau kesini,' batin Aresh menyadari Alana yang berjalan menuju dirinya.

'Kalau gue cabut ya gimana? Pasti dia merasa ada yang aneh sama gue,' lanjut batinnya.

Dan benar saja Alana menghampiri dirinya, "kak Aresh," panggil Alana memulai pembicaraan.

"Makasih ya kak," terima kasih Alana kepada Aresh.

"Buat apa?" Tanya Aresh tak mengerti.

"Buat rotinya kemarin."

"Oh. Sama-sama."

"Jalan-jalan yuk kak," ajak Alana.

'Kalau gini caranya, gimana gue bisa ngelupain lo? Tapi gak pa-pa. Karena, momen ini akan aku jadikan kenangan untuk yang terakhir kalinya. Kenangan terakhir sebagai penutup kisah ku bersama mu,' batin Aresh sambil menatap Alana.

"Ayo," ucap Aresh.

"Oh ya kak," ucap Alana ketika dirinya dan Aresh mulai berjalan menyusuri koridor sekolah.

"Kenapa cuma ditaruh di gerbang? Kenapa gak masuk ke rumah terus ngasih ke gue langsung?" Tanya Alana.

"Ya kan lo lagi sakit. Jadi gue gak mau ganggu istirahat lo," ucap Aresh terpaksa berbohong lagi.

'Maaf Na, gue harus bohong, karena gak mungkin kalau gue ngomong yang sebenarnya. Dan kalau gue ngomong yang sebenarnya, itu artinya, gue bakal membuat keadaan semakin sulit. Lagian gue juga udah berusaha buat lupain lo, jadi gak ada lagi harapan gue untuk memiliki lo, batin Aresh.

"Kemarin gue gak sakit kak, kemarin tuh cuma belum dibolehin ke sekolah," komplain Alana.

"Oh. Ya gue kan gak tau, Regan aja gak bilang," balas Aresh.

"Oh ya kak, kue nya enak banget. Rasanya masih sama kayak dulu, gak ada bedanya gitu," puji Alana.

"Iya lah sama, kan orang yang bikin rotinya juga sama, kak Aresh, laki-laki yang dulu kalau mau ikut lomba harus ada rasa penyesalan dulu, habis itu baru deh mau ikut lomba," lanjutnya seraya tertawa dan Aresh pun juga ikut tertawa untuk menutupi rasa malunya. Momen akhir dari kisah mereka begitu indah, dan itu menjadi kenangan manis sebagai penutup kisah mereka.

Mereka sangat bahagia diiringi dengan tawa yang mereka ciptakan. Sedangkan di ruangan BK suasana begitu menegangkan. Geng Frigos baru saja menerima panggilan untuk diintrogasi masalah mengenai penculikan Alana.

"Kemarin saat Alana hilang. Yang lainnya udah pada pulang terus Regan, Derren sama teman-temannya masih di sana karena untuk mencari Alana. Tapi kenapa kalian masih di sana? Kalian ada keperluan apa di sana? Mau mencari Alana juga?" Tanya pak Sarto menatap tajam tiga orang di depannya yang duduk di sofa.

"Kalau kalian di sana buat mencari Alana, itu gak mungkin. Karena saya dan pak Sarto tidak melihat kalian sedang mencari Alana," sahut Bu Devi.

"Jawab!" Tegas pak Sarto.

"Ya kalau mau nyariin kan gak harus ijin dulu sama bapak ibu guru. Lagian kami juga gak akan tersesat, pak," jawab Alfi.

"Iya kalian bertiga gak tersesat, tapi kalian udah menyesatkan orang lain," ucap Derren tiba-tiba. Ya ia bersama teman-temannya berada diambanh pintu BK.

"Maaf pak buk, kami ber-empat terlambat," lanjutnya.

"Oh gak pa-pa nak Derren. Masuk-masuk. Silahkan duduk sini," pinta Bu Devi dengan ramah.

“Sebelum lanjut membahas penculikan Alana. Bapak mau bertanya sama murid bapak yang ada di sini, kecuali Derren.

"Kenapa kemarin tawuran?" Tanya pak Sarto dengan tatapan seriusnya.

"Kemarin saya sama teman saya gak tawuran pak, tapi meminta keadilan," komplain Xaver.

"Meminta keadilan dengan cara seperti itu tidak lah baik, ingat itu," tegas pak Sarto.
"Nanti setelah pulang sekolah, kalian yang terlibat tawuran kemarin, membersihkan toilet. Tidak ada tapi-tapi-an. Mengerti!" Ucapnya kembali dengan hentak pak Sarto.
"Mengerti pak," jawab mereka serentak.

"Oh ya Gan. Tadi kamu cerita, saat kamu temui Alana. Kamu juga melihat Difta di tempat itu?" Tanya pak Sarto tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. ia bertanya begitu karena ia ingin memastikan. Dan benar saja tadi Regan sudah menceritakan.

"Iya pak benar," jawab Regan.

"Sekarang mana Difta-nya?" Tanya pak Sarto.

"Difta belum ke sini pak," jawab Regan.

"Oh ya sudah, kamu cari Difta sana. Suruh dia ke sini," pinta pak Sarto kepada Eijaz yang duduk dekat pintu.

"Loh-loh pak. Biar saya saja yang mencari adik saya sendiri, pak" protes Alfi.

"Udah gak usah banyak protes. Duduk!" Hardik pak Sarto.

"Saya permisi dulu ya pak," ijin Eijaz.

"Oh ya silahkan," ucap ramah pak Sarto.

Eijaz terus berjalan menyusuri koridor sekolah. Langkahnya terhentikan di depan kelas 11 IPA 1. Ia melihat isi kelas itu sambil memanggil namanya Difta.

Namun ia terkejut di saat melihat Difta hanya duduk sendirian. 'Kamu pasti kesepian ya Dif, ditambah gak ada yang mengajakmu berteman,' batin Eijaz.

Difta yang Merasa dipanggil menoleh ke sumber suara, ia sudab mengetahui siapa yang yang memanggilnya karena ia sudah hafal suara dari mantan kekasihnya ini.

'Kak Eijaz? Mau ngapain ya nyariin gue' bath Difta diambang pertanyaan.

Difta menghampiri Eijaz dan bertanya, "ada apa ya kak?"

"Ikut gue," perintah Eijaz.

"Kemana?"

"Udah ayo ikut," jawab Eijaz dingin.

Murid-murid yang berada di kelas itupun saling bertatapan satu sama lain. Pasalnya mereka di buat bingung, karena baru saja seminggu yang lalu Eijaz dan Difta putus ditambah tadi pagi Eijaz datang kekelas mereka untuk melabrak Difta. Tapi ini malah Eijaz mengajak Difta.

Difta masih berjalan dengan Eijaz. Ia merasa senang, hatinya bergejolak gembira, 'kayaknya kak Eijaz belum mave on deh dari gue. Yess. Itu tanya-nya gue sama kak Eijaz masih bisa buat balikan.'

"Jangan GR," ucap Eijaz secara tiba-tiba kepada Difta.

Ucapan Eijaz membuat kegembiraan dihatinya Difta seketika luntur.

"Gue cari lo itu karna disuruh pak Sarto."

"Nanti pak Sarto minta lo buat jelasin semuanya," lanjutnya.

Difta tak menjawab, ia masih tetap terdiam.

Sesampainya di ruangan BK. Difta langsung diberi pertanyaan oleh pak Sarto, "kamu pelaku penculikan Alana?"

"Bukan pak. Jadi sebenarnya begini pak. Setelah malam itu mendengar kabar bahwa Alana hilang. Saya langsung mencari Alana pak, saya mencari sendiri dengan memencar dari teman-teman. Setelah cukup memakan waktu. Malam hari saya menemukan bangunan tua, saya perasaan dengan bangunan tua itu. Awalnya saya takut pak, tapi saya beranikan diri saya. Di dalem gedung itu sepi dan gelap pak. Saya terjalan melihat-lihat isi bagunan itu. Saya terkejut pak karena ada seorang perempuan dengan rambut panjang. Saya takut, tapi saya juga penasaran pak. Jadi ya udah deh pak, saya samperin perempuan itu. Dan saya lihat ternyata perempuan itu adalah Alana pak. Saya berusaha membangunkan Alana pak, tapi Alana juga belum bangun. Sampai seketika kak Regan dan teman-temannya datang, pak," cecar Difta panjang lebar.

"Bapak gak tau, bapak harus mempercayai siapa. Tetapi biar adil. Diftaz Alfi, Ghata dan Arga, bapak skor selama 1 Minggu," kara pak Sarto.

"Loh pak gak bisa gitu dong pak," protes Arga.

TBC
.
.
.
.
.

22 OKTOBER 2023

DERNA [ON GOING]Where stories live. Discover now