Part 10- Desas-desus

100 16 0
                                    

Amel memberitahu bibinya soal rencana pernikahannya dengan Genta. Pada awalnya bibi dan sepupunya kaget, bagaimana mungkin Amel secepat itu memutuskan kembali menikah setelah rencana pernikahannya dengan Agam, mantan kekasih yang sudah berpacaran selama 7 tahun lamanya itu gagal.

Tapi disisi lain, mereka juga senang karena Amel akhirnya menemukan kehidupan barunya. Dan mereka bersyukur Amel bisa bangkit dan move on dengan cepat. Setelah itu, sesuai janji Genta, dia dan orangtuanya benar-benar datang menemui bibinya Amel di rumah sakit untuk ijin meminang Amel serta membicarakan rencana pernikahan.

Bibi Amel bahagia sekali Amel mendapatkan pria seperti Genta, apalagi keluarga Genta sangat baik dan menerima Amel. Dulu saat Amel bersama Agam, sebenarnya bibinya juga senang karena ibunya Agam sangat baik, beliau menyayangi Amel seperti anak sendiri. Tapi sayangnya ternyata mereka tidak berjodoh.

***

Kabar pernikahan Genta sudah tersebar luas, semua pegawai sibuk membicarakannya. Tapi mereka belum tahu siapa calon istri Genta, karena memang belum sebar undangan.

Amel masih tetap bekerja seperti biasa, meskipun sebenarnya calon mertua Amel sudah menyuruhnya untuk ambil cuti, biar mereka yang menguruskan masalah perijinannya, toh mereka yang punya perusahaan tempat Amel bekerja. Tapi Amel merasa tetap harus berangkat karena hari pernikahannya juga masih seminggu lagi.

Sedangkan Genta malah menyuruh Amel berhenti bekerja saja dan menjadi ibu rumah tangga, masalah uang akan Genta berikan sebagai pengganti gaji Amel saat bekerja. Itu di luar nafkah dan uang untuk pengobatan bibinya. Tapi tentu saja Amel tidak mau, dia sudah terlalu banyak menerima uang dari Genta. Amel juga ingin menjadi wanita mandiri, karena pernikahannya dengan Genta tidak akan berlangsung selamanya. Takutnya nanti Amel kaget saat bercerai dari Genta karena sudah biasa hidup enak.

"Good morning, cimit-cimitku!" sapa Michi yang baru saja datang, seperti biasa kehadiran Michi selalu heboh.

"Pagi, Queen perghibahan!" ujar Nindi.

"Ghibah panas pagi ini gaes, si Nina akhirnya jadian sama patner kencan butanya. Dia gak mau kalah karena Gio deketin sepupunya Nina." Baru datang saja Michi sudah mengajak berghibah.

"Parah banget Gio, sampai deketin sepupunya Nina. Pasti Nina murka banget deh, lagian Gio keterlaluan, kaya gak ada cewek lain aja!" celetuk Amel bersimpati pada temannya, Nina, yang kebetulan belum datang.

"Dari banyaknya cewek di muka bumi ini, bisa-bisanya Gio deketin sepupunya Nina. Kaya sengaja banget gak sih, parah." Nindi ikut menimpali.

"Kalau loe sama patner kencan buta loe gimana? Jadian?" tanya Amel kepo.

"Gak, Mel, dia bukan tipe gue. Lagian genit banget orangnya, sasimo, sana sini mau." Nindi menceritakan rasa kesalnya.

"Dih, cowok kaya gitu jangan dipacarin, Nin. Bisa-bisa tiap hari makan hati, pasti bosen 'kan? Padahal ada mie ayam, bakso, seblak, soto, sate, yang bisa dicobain!" ujar Michi diselingi bercanda."

"Betul kata Michi, gak sehat pacaran sama cowok kaya gitu. Makan hati mulu 'kan gak baik buat kesehatan, harus diimbangi makan buah dan sayuran." Amel ikut menimpali, kemudian mereka bertiga tertawa.

"Eh, ada gossip baru yang hot banget. Kata sepupu gue, Pak Genta mau nikah dalam waktu dekat ini. Kabarnya sudah tersebar di kantor pusat loh!" ujar Michi antusias membuat Amel yang tadinya tertawa-tawa riang mendadak diam. Dia tidak menyangka kalau kabar pernikahannya dengan Genta cepat sekali tersebar. Padahal undangan saja belum disebar, memang yang namanya netizen itu pasti ada aja bahan gossipnya.

"Hah, serius? Sama siapa? Kata loe Pak Genta jomblo." Nindi kaget mendengarnya.

"Iya, gue aja kaget banget. Semua karyawan di kantor pusat juga kaget. Gak ada yang tahu siapa calonnya, gue juga penasaran banget. Selama ini Pak Genta gak pernah kelihatan dekat dengan cewek manapun, tapi tahu-tahu menikah." Michi terlihat heboh.

"Paling juga dijodohkan, tahu sendiri keluarga kaya 'kan begitu!" ujar Nindi.

"Haha, benar, pasti keluarganya juga nyari yang selevel. Duh, baru juga senang ada sultan muda kaya raya yang jomblo di kantor ini. Eh, langsung pupus karena mendadak langsung nikah tanpa aba-aba." Michi ikut menimpali.

"Masih pagi udah ghibah aja, pasti ajarannya Michi nih!" ujar Nina yang baru saja tiba.

"Eh, Nina, baru sampai, tumben biasanya berangkat pagi terus," ujar Nindi.

"Halah, pasti kesiangan dia, semalaman teleponan sama ayang baru. Pajak jadian mana nih, pulang kerja bisa kali traktir seblak!" gurau Michi.

"Makanya punya ayang dong lu, Chi. Biar gak ghibah terus yang diurusin," ujar Nina.

"Nanti kalau ada yang kaya, ganteng, setia, perhatian, bertanggung jawab, jago bela diri, jago masak, perhatian. Baru deh gue mau, cariin dong!" gurau Michi.

"Gak sekalian bisa mengendalikan empat elemen?" cibir Nindi.

Mereka tertawa, sedangkan Amel sudah tidak bisa seceria tadi. Mau sekarang atau nanti, pasti akan ketahuan juga kalau calon istrinya Genta adalah Amel. Sebenarnya rencana awal Genta dan Amel ingin merahasiakan tentang pernikahan mereka. Jadi nanti di luar rumah mereka pura-pura tidak ada hubungan. Makanya Genta ingin menggelar pernikahan sederhana saja yang hanya dihadiri oleh keluarga. Tapi sayangnya orangtua Genta menolak, karena Genta anak semata wayang mereka. Sudah barang tentu kedua orangtua Genta tidak mungkin melewatkan pesta pernikahan anaknya yang sudah sejak lama dinantikan. Mereka memaksa menggelar acara secara mewah, dan hal itu tidak bisa ditolak oleh Amel dan Genta.

"Eh, Na. Masa kata Michi, Pak Genta bentar lagi nikah. Kaget banget gue, bukannya dia gak pernah kelihatan deket sama cewek. Desas-desus juga mengatakan kalau dia jomblo. Tapi tahu-tahu mau nikah dong, gue kepo siapa calon istrinya." Nindi menyebarkan gossip itu pada Nina.

"Oh, itu. Gue udah tahu, tadi pas gue beli kopi di kafe depan, banyak karyawan sini yang lagi ngomongin hal itu. Ya, gue rasa pasti calon istrinya Pak Genta bukan perempuan sembarangan. Secara tahu sendiri latar belakang Pak Genta, dari keluarga konglomerat. Secara penampilan dia gantengnya gak tertolong. Pasti calon istrinya juga berasal dari keluarga konglomerat dan cantik. Biasalah, bukan rahasia umum lagi kalau orang kaya pasti nyari mantu juga yang setara."

Jleb.

Batin Amel tertohok, rasanya berat dan sesak. Ekspektasi teman-temannya membebani Amel. Bagaimana reaksi mereka saat nanti tahu kalau calon istrinya Genta adalah dirinya. Yang jauh sekali dari bayangan dan harapan orang-orang.

Duh, takut banget, ekspektasi orang-orang pasti sangat tinggi terkait calon istri Mas Genta. Sedangkan aku jauh sekali dari ekspektasi semua orang. Bagaimana reaksi semua orang saat tahu nanti? Dibayangan semua orang pasti calon istri Mas Genta cantik, pintar, berpendidikan setinggi langit, dan dari keluarga kaya. Sedangkan aku? Gak cantik, gak punya orangtua, hanya karyawan biasa, dan berasal dari keluarga gak punya. Meskipun pernikahan aku dan Mas Genta hanya kontrak, tetap saja aku merasa tidak layak untuknya. Amel meratap sedih.

"Mel, bengong aja, awas entar kesambet loh!" ujar Michi yang menyadari perubahan Amel.

"Eh, emm, iya."

"Kenapa sih? Ada masalah? Cerita dong!" ujar Nindi.

"Mel, bibi kamu masih sakit? Aku turut prihatin yah, semoga bibi kamu cepat sembuh!" ujar Nina bersimpati.

"Eh, aku gapapa kok. Iya, makasih banyak yah."

Amel harus menyiapkan hati, karena pasti setelah dia menikah dengan Genta, aka nada banyak cobaan menghadang. Minimal Amel harus tebal kuping mendengar orang yang pasti akan mencibir dirinya.

Married Contract With CEO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang