Part 12- Sah!

107 17 0
                                    

"Mel, loe sekarang mau jadi youtuber yah setelah keluar dari kantor? Ini konten prank pasti. Serius, mana kameranya?" ujar Michi sambil celingak-celinguk mencari kamera tersembunyi.

"Gue yakin sih kalian pasti gak percaya, karena gue sendiri juga masih gak percaya dengan hal ini. Tapi gue beneran mau nikah sama Pak Genta, kalian lihat sendiri saja undangannya, gue harap kalian bisa datang."

Teman-teman Amel langsung membuka dan membaca undangan tersebut, di sana memang tertulis nama lengkap keduanya. Meskipun tidak ada foto diundangan tersebut, tapi ada lokasi dan serta waktu pesta pernikahan.

"Ini serius? Beneran loe mau nikah sama Pak Genta?" celoteh Nindi membeo, dia masih merasa kaget dengan hal tersebut.

"Kok bisa, Mel? Kalian kenal di mana? Dan kapan pacarannya?" tanya Michi kepo.

"Gue sama Pak Genta ketemu secara gak sengaja di rumah sakit. Waktu itu kami ngobrol banyak, dan diam-diam saling mengenal. Kami gak pacaran, soalnya Pak Genta langsung mengajak menikah. Karena merasa cocok satu sama lain, jadi kami nikah deh!" jawab Amel sekenanya saja, dia mencari alasan yang bisa terlintas di kepalanya saat ini.

"Gila, loe dikehidupan sebelumnya menyelamatkan Negara? Atau malah menyelamatkan dunia? Loe hoki banget, Mel, lepas dari Agam dapatnya Pak Genta." Nindi heboh.

"Benar, loe dapat Agam aja udah keajaiban banget, walau ujungnya dia gak baik sih. Tapi sekarang loe dapat ganti yang jauh lebih tinggi dari segala aspek." Nina turut senang dengan kabar itu, dia tidak menyangka sahabatnya beruntung mendapatkan lelaki kaya dan tampan.

"Kayanya Amel titisan Cinderella deh, magnetnya kuat banget buat narik perhatian pengusaha muda yang kaya raya sejak bayi. Mel, tapi keluarganya Pak Genta gimana? Mereka kasih restu?" tanya Michi penasaran.

"Iya, mereka kasih restu. Pada awalnya gue udah pasrah dan takut banget, secara tahu sendiri latar belakang gue dan Pak Genta bagai langit dan bumi. Gue udah siapin hati kalau-kalau ditampar atau disiram air. Tapi ternyata dugaan gue salah, boro-boro disiram air, diejek aja enggak. Mereka benar-benar baik, rasanya seperti bukan manusia, karena mereka dengan besar hati mau menerima gue. Asli deh, keluarga Mahardika baik banget, gak sombong sama sekali. Definisi udah kaya harta, mereka juga sangat kaya hati."

Amel bersungguh-sungguh memuji keluarga Genta, dari hati terdalamnya yang tulus karena menurut Amel keluarga Genta memang sangat baik.

"Mel, hoki loe banyak banget sih, bagi-bagi kenapa sih. Gue juga pengin seberuntung loe, dapat suami dan mertua yang baik!" pekik Michi merengek, sedangkan Amel hanya menanggapinya dengan senyuman.

Beruntung? Apa aku beruntung? Justru aku malah merasa tidak beruntung dalam banyak hal. Andai kalian tahu, semua ini hanya titipan yang akan segera dirampas lagi ketika waktunya tiba. Pernikahan tanpa cinta, hanya karena membutuhkan satu sama lain. Apanya yang beruntung? Kalau boleh memilih, aku lebih ingin dicintai dengan tulus oleh orang biasa. Amel hanya bisa merana di dalam hati.

"Gaes, maaf yah aku sudah mematahkan ekspektasi kalian tentang calon istrinya Pak Genta. Aku tahu dihari pernikahanku nanti pasti banyak yang kecewa, karena aku tidak seperti yang mereka bayangkan. Aku sama sekali tidak setara untuk bersanding dengan Pak Genta, aku tidak cantik, tidak berasal dari keluarga terpandang, dan aku juga tidak memiliki apapun untuk dibanggakan." Amel tersenyum miris.

"Mel, jangan ngomong kaya gitu, abaikan omongan orang yang menyakitkan. Langkah yang tepat loe memilih keluar dari perusahaan, dari pada nantinya loe makan hati." Michi menghibur Amel.

"Iya, tujuan aku keluar dari perusahaan juga karena hal itu. Bukan masalah gue pengecut, tapi Pak Genta yang nyuruh demi keamanan mental gue, dia gak mau gue dengar hal kurang mengenakan yang nantinya pasti akan heboh dibicarakan."

Married Contract With CEO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang