07. Kamu Berubah

242 14 6
                                    


🌷🌷🌷

Alina mencoba menghubungi Atlas berkali-kali namun tidak ada jawaban. Alina mondar mandir di teras rumahnya sambil sesekali melirik jam di tangannya. Padahal kemarin Atlas sudah berjanji kalau hari ini akan mengantarkannya untuk melamar pekerjaan di salah satu kafe yang ada di Jakarta.

Kalau begini ceritanya, Alina bisa terlambat datang dan batal bekerja di tempat yang mereka singgahi kemarin.

"Atlas ke mana, sih? Katanya kemarin mau antar aku. Seharusnya kalau memang nggak bisa jangan dipaksain."

Alina mencoba mengirim pesan pada Atlas. Barangkali nanti kalau Atlas sudah mengecek ponselnya, lelaki itu bisa membaca pesan yang dia kirimkan.

Atlasku❤️

Kamu lupa ya hari ini mau antar? Seharusnya kalau kamu memang sibuk kamu bisa bilang ke aku. Jadi aku nggak perlu nunggu kamu kayak gini.

Nggak mungkin juga kamu lupa untuk hal sepenting ini, kan?

Kalau begini aku jadi repot, Atlas. Aku harus pesan taksi online dulu. Padahal waktunya udah mepet.

Aku berangkat dulu, doain semoga aku bisa keterima kerja dan aku bisa hasilkan yang sendiri.

Begitulah sederet pesan yang Alina kirim pada sang kekasih. Semoga saja dia lekas membacanya dan memberikan penjelasan kenapa tidak datang pangi ini.

Alina mengembuskan napas dan mulai meninggalkan pekarangan rumah. Tidak apa-apa kalau seandainya sekarang harus berangkat sendiri. Nanti setelah mendengar jawaban Atlas barulah dia mengambil keputusan untuk memarahi lelaki itu atau bisa menerima penjelasan yang dia berikan

🌷🌷🌷

Panas tubuh Anin tak kunjung turun, Atlas mulai khawatir karena Anin tampak mulai kehilangan kesadaran dirinya.

Berkali-kali Atlas menepuk pelan pipi sang istri. Namun tidak ada respon.

"Anin, kamu dengar aku, 'kan?" panggil Atlas lagi. Namun tetap tidak ada respon sama sekali.

Tanpa mengatakan apa pun lagi Atlas langsung membawa Anin ke rumah sakit agar dia bisa langsung mendapatkan pertolongan.

Jika sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Anin, dialah orang pertama yang akan disalah kan karena tidak becus menjaga istrinya sendiri.

Saat perjalanan menuju rumah sakit, Anin membuka dua bola mata. Dia memegangi perut bagian sebelah kanan yang terasa sangat nyeri.

Sebetulnya kemarin-kemarin dia sudah merasakan gejala seperti ini, tapi rasa sakit itu sempat hilang dan ia anggap tidak terlalu berbahaya.

Tapi kini rasa sakit itu malah kembali muncul bahkan lebih menyiksa dari sebelumnya.

"Anin, kamu kenapa?" tanya Altas ketika melihat rintihan yang keluar dari mulu

"Perut aku sakit banget, Mas."

"Sakit? Sakit gimana?" tanya Atlas yang semakin panik. Dia bisa melihat wajah sang istri yang sudah pucat pasi.

Anin tak menjawab lagi karena rasa sakit itu begitu menyiksanya. Keringat dingin membahasi pelipis Anin. Melihat reaksi yang diberikan sang istri, Atlas pun langsung menambah kecepatan mobil.

Setelah beberapa menit akhirnya Atlas sampai di rumah sakit. Cepat-cepat lelaki itu membopong tubuh sang istri dan berlari memasuki gedung rumah sakit.

Dear Atlas Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt