Chapter 7

892 136 60
                                    

Ada tiga fase yang dialami seseorang saat tenggelam. Ketakutan dan kecemasan melahap seluruh rasionalitas sehingga tubuh akan merespon dengan bergerak tidak beraturan. Pada kasus-kasus tertentu, tak jarang tubuh bergeming hingga lidah terasa kelu. Ketika paru-paru mulai terisi air, pernapasan ikut menjadi berat. Oksigen tak dapat mengalir dengan benar, kulit mulai membiru, dan organ dalam tubuh perlahan-lahan mengalami kerusakan secara signifikan. Ini seperti ... meremukkan tubuhmu dari dalam hingga kau mati lemas karenanya.

Andai Dewa tak memihaknya hari itu, dia pasti sudah mati. Tak terpikir bahwa seorang Shimura Sai—pria yang sejak awal ramah padanya—mampu mengacungkan pedang hingga menyayat lengannya tanpa ampun.

Tak terbersit pria itu menjadi sosok paling menakutkan dalam hidupnya. Dia adalah serigala yang memelihara seekor domba kecil untuk dimangsa.

.

.

River Flows In You

.

.

"Hinata ... putriku Hinata ...."

Resonansi tersebut berdengung-dengung di telinga. Suara lembut disertai rintihan memilukan mengiris indra dengarnya. Suara itu milik seorang wanita yang memohon agar ia lekas bangun. Bukan tak ingin, hanya saja kelopaknya terasa sulit untuk diangkat.

Butuh waktu guna matanya dapat mengerjab; menangkap lanskap putih di langit-langit yang terasa begitu asing. Seharusnya, panorama yang dia temukan pertama kali adalah langit-langit kayu.

Dia juga menyadari ada yang berbeda dari tempat tidur dimana ia terbaring sekarang. Ketua tidak memiliki ranjang di rumahnya. Semua alas tidur menggunakan futon. Lantas, ini apa? Menoleh ke samping-hatinya nyaris jatuh.

Dia seperti tercekik. Ini lebih berat dibanding saat Sai melemparnya ke sungai. Napasnya tersendat-sendat hingga ke telinga. Tangannya mengepal-secara spontan menepuk dadanya berulang kali.

"Hinata? Oh, Tuhan apa yang terjadi dengan putriku?"

"Kak Hinata! Kakak!"

Jeritan yang familier membuat Hinata terbatuk. Air matanya luruh melalui kedua pelupuknya. Tubuhnya bergetar hebat. Hikari hanya bisa menangis melihat kondisi sang putri. Secara fisik gadis itu tampak baik, kecuali leher, terlebih sebelah lengannya yang menganga hingga dokter harus menjahitnya.

Hanabi memeluk raga sang kakak. Hiashi dan Hikari menangkup keduanya dalam pelukan yang dramatis. Mereka tak berpikir bahwa putri sulungnya akan ditemukan selamat setelah lima bulan menghilang.

"Putriku, kemana kau selama ini? Kami nyaris mati merindukanmu."

"Ibu ... Ayah ... Hanabi? Ini benar kalian?"

"Ya, Nak. Kami semua merindukanmu ...."

Dari nama-nama yang dia sebut, Hinata mulai menyadari satu hal. Bahwa, realitas tengah menjungkir-balikkannya. Lidahnya yang seperti tergigit, menarik tubuhnya untuk melepaskan pelukan itu.

Ingatannya diajak mengarungi ruang dan waktu, kembali ke masa sebelum dia terbangun.

Sai yang membabi buta menyerangnya dan tak segan mengancam Naruto. Pemuda itu kesetanan. Lalu bagaimana kondisi ketua sekarang?

Hinata buru-buru bangun dari ranjang-di tengah usaha itu-semua berupaya mencegahnya.

"Tuan! Aku harus tahu kondisi tuan sekarang. Aku harus kembali ke tempat itu!" Tremor, Hinata menangis. Jantungnya seakan diremas.

River Flows In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang