02

693 65 23
                                    


"Buka pintunya pak," pinta Yushi saat dirinya sudah tepat berada di depan gerbang keluar.

Orang yang bertugas menatap dengan penuh penyesalan. "Maaf Yushi, nyonya tidak mengizinkan kamu keluar."

Yushi memejamkan mata sebentar, entah kenapa tiba-tiba dia merasa lelah, bahkan sudut matanya sedikit memerah nyaris tidak terlihat, padahal saat didalam rumah, mata itu dengan berani menatap ibu dan ayahnya dengan pandangan menantang.

Berharap orang di depannya akan berbaik hati, Yushi berucap lembut, "Pak saya lagi gak pengen berantem su—"

"Apalagi saya!" orang ini memotongnya dengan cepat, seolah jika dia telat satu detik saja maka nyawanya akan terancam.

Yushi :"..."

Ya siapa yang mau berkelahi dengan anak tampan ini? yang ada nanti dia juga yang akan di salahkan dan berujung pada pemutusan kerja oleh orangtuanya. Dan perlu di ketahui, anak dari majikannya ini dibekali dua bela diri, Karate dan Taekwondo, meskipun sudah lama sekali tidak terdengar latihannya, tetap saja berhadapan dengan anak sulung ini akan sedikit menyusahkan dan merugikan.

Saat Yushi mencoba membujuknya lagi, pintu gerbang di ketuk. Orang di depannya bergegas membukanya sedikit, dan menghampiri orang di luar. Yushi bisa melihat di sana seorang pemuda tinggi yang ia kenal, walau wajahnya tertutupi helm yang di kenakan, dan hanya matanya yang terlihat.

Itu Sion.

Yushi lalu melirik waktu pada ponselnya, 08.26. Terlambat 11 menit, tapi ini merupakan rekor tercepat, ya untuk sejauh ini.

Saat Yushi kembali mengangkat kepalanya pandangan mata mereka bertabrakan. Yushi menghela nafas dan menggeleng, mengisyaratkan bahwa ia tidak bisa keluar untuk saat ini, tapi detik berikutnya dahinya mengernyit saat Sion mengedipkan satu matanya.

Yushi belum mengerti, dia memperhatikan gerak-gerik Sion yang sekarang sedang berbincang dengan orang yang berjaga, hingga Sion mengeluarkan sebuah kertas kecil dari saku celananya dan menunjukkannya, dia juga membawa orang tua itu untuk maju beberapa langkah dan tangannya menunjuk ke beberapa arah seperti menanyakan sesuatu.

Heh, trik murahan, dengan peluang keberhasilan tidak menentu, tapi patut untuk di coba.

Dia berjalan dengan perlahan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun, menyelinap diantara sempitnya gerbang yang hanya terbuka sedikit, dan secepat kilat berlari menuju motor milik Sion yang dilihatnya tak terlalu jauh, lalu bersembunyi di baliknya.

Tak butuh waktu lama Sion menyudahi aksinya, kembali ke motornya dan memberi isyarat pada Yushi untuk segera naik.

Keduanya segera melarikan diri.


.

.


"Makasih," suara Yushi sangat pelan, tidak peduli orang yang di depannya ini mendengar atau tidak. Dia hanya ingin mengeluarkan isi hatinya, sebelum pikiran berkecamuknya kembali mengambil alih.

Perkataan ibunya tadi dengan kurang ajar membekas begitu saja, membuat tenggorokannya kembali tidak enak.

Sion merasakan beban di pundak kirinya, matanya melirik spion dan menemukan kepala Yushi bersandar di sana, lebih tepatnya dahi Yushi yang bertumpu pada pundaknya.

Sudah tiga tahun Sion mengenal Yushi, cukup mengetahui setidaknya, baik-buruknya anak itu. Namun dengan waktu yang bisa dibilang cukup lama itu tidak bisa membuatnya mengetahui sampai hal yang terdalam.

Sion tahu bagaimana keadaan keluarga Yushi, bagaimana orang tua Yushi menekan anaknya dengan semua aturan yang menjerat, bagaimana Yushi yang sekarang menjadi pelanggar nomor satu, bagaimana marahnya orang tua itu saat perintah tidak di patuhi, dan melayangkan hukuman untuk itu. Juga bagaimana si bungsu Sakuya yang selalu mencoba untuk patuh dan menjadi dinding kuat untuk melindungi kakaknya saat semuanya berada dititik puncak yang tidak terkendali. Dia tahu semuanya.

Spread Of Angel Wings Where stories live. Discover now