04

569 52 18
                                    

Yushi menggesek lembut Biolanya.

Dua tangannya begitu terampil dan wajah miliknya sangat damai.

Pemandangan ini sangat menenangkan siapa saja yang menyaksikan, apalagi dengan permainan biola yang indah.

Sakuya adalah orang yang menikmati itu.

Keduanya sedang berada di kamar Yushi. Mereka baru saja pulang dari sekolah setengah jam yang lalu saat jam menunjukan pukul 16.06 dan menemukan ayah dan ibu sedang tidak ada di rumah, jadi kakak adik ini sedikit bernafas lega dan sedikit bersantai menikmati waktu mereka.

Yushi bahkan masih memakai seragamnya, dia hanya menanggalkan jas dan dasi sekolah. Sedangkan Sakuya yang patuh sudah berganti sepenuhnya dengan baju santai.

Adik ini dari tadi hanya duduk di sofa kecil, menjelma menjadi bocah TK dengan binar mata kagum pada kakaknya yang terlihat sangat keren! dan seperti refleksi cermin, dia tanpa sadar mengikuti setiap gerakan kecil Yushi. Saat kakaknya mengerutkan dahi, dia juga akan mengerutkan miliknya, saat kakaknya menggerakkan kepalanya, dia juga mengikutinya, dan saat kakaknya tersenyum, dia juga akan tersenyum begitu cerah.

Sakuya sangat lucu.

Namun permainan lembut itu tidak berlangsung lama.

Tiba-tiba Yushi seperti mendapat mimpi buruk di tengah-tengah. Permainannya semakin cepat dan keras, dan setiap gerakannya penuh dengan tekanan, sampai dia bisa merasakan jari tangannya sendiri mulai terasa panas dan sakit. Tapi ia sama sekali tidak berniat untuk berhenti.

Sakuya berdiri dan mendekat, "Kak?"

Mata Yushi tertutup rapat sampai alisnya ikut tertarik kebawah, rambut halusnya bergerak sesuai hentakan, dan bibirnya meringis kecil. Dia sama sekali tidak pedulikan panggilan orang lain padanya.

Sakuya menatap khawatir. Dia memang mendekat, namun masih ada jarak yang luas di antara keduanya. Dia ingin kembali mendekat untuk meraih kakaknya itu, tapi di sisi lain menolak. Jadi, dia hanya diam: biarkan saja.

Kekhawatiran Sakuya bercampur dengan rasa kagum, meski sangat terasa ada emosi besar yang tak terkendali dalam permainannya, itu tetaplah menakjubkan. Musik yang menegangkan ini membuat merinding tubuh, dan rambut kepala seakan ditarik dengan keras ke atas sana.

Sakuya ikut meringis.

Setelah menunggu beberapa menit, pertunjukan luar biasa itu berakhir dengan putusnya senar tongkat bow yang menampar wajah tampan Yushi.

Suara yang ditimbulkan lumayan keras.

Sakuya dilema. Apakah dia boleh tertawa atau tidak?

Yushi sendiri memiliki ekspresi yang jelek saat di tampar oleh senar miliknya, hampir mirip dengan orang yang memakan jeruk lemon untuk pertama kali.

Itu sangat mendukung keinginan Sakuya untuk tertawa. Tapi anak ini semakin dilema...

Jika Sakuya tertawa sekarang, kemungkinan mendapat kekerasan dalam persaudaraan mencapai 80%. Namun jika dia menahannya, ah percuma saja, dia tidak pandai mengendalikan wajahnya, jadi pasti akan sangat terlihat. Dan ini juga memungkinkan ia mendapat tatapan tajam dengan sudut paling menyakitkan, lalu di asingkan dengan jangka waktu tertentu.

Jika sudah seperti itu, Sakuya harus ekstra mengerahkan jiwa dan raga untuk membujuk kakak tersayangnya itu.

Menjadi seorang Sakuya se-ribet itu.

.

Mata bening Yushi perlahan terbuka dan menemukan adiknya yang sedang memalingkan wajah. Kedutan di bibir adiknya terlihat dari samping membuat rasa ingin memukulnya sangat tinggi, tapi dia sendiri sedang diserang dengan kemalasan. Jadi Yushi hanya bersuara dengan kesal, "Ketawa aja gakpapa."

Spread Of Angel Wings Where stories live. Discover now