Mata Athaya spontan melebar memandang Philip tercengang, Athaya benar-benar terkejut dengan undangan pernikahan bercorak emas yang terlihat benar-benar mewah, dari mantan tunangan Philip, Adeline dan lelaki selingkuhan Adeline, Ian, nan juga menjabat sebagai salah satu direktur perusahaan Kathleen Wirata.
"Ini sungguhan?" Athaya tergeleng tidak percaya, sedikit ingin tertawa. Kembali Athaya, menilik tahan tanggal pergelaran pernikahan, di bawah nama sepasang mempelai. "Dan itu minggu depan? What?"
Philip menatap tenang, tidak ingin merespon lebih raut terkejut dari Athaya. Philip berkata, "Tidak perlu seterkejut itu, Athaya."
"Ma–Maaf. Tapi, ini sungguh aneh, Tuan."
"Sebenarnya, undangan ini sudah kuterima sekitar tiga bulan lalu, jadi aku rasa tidak ada yang aneh dalam undangan itu."
Athaya lantas membeku, terpatri dalam ingatan tentang sisi lain Philip beberapa bulan yang lalu. "Apa?!"
"Athaya?" Philip mengangkat dagu menatap jengkel Athaya, dengan sepasang mata menyipitnya.
"Ma–Maaf."
Sial! Athaya benar-benar lupa keadaan sekitar, saking kagetnya mendapatkan berita panas langsung dari mulut putra presiden direktur Kathleen Wirata. Namun, jiwa ingin tahu Athaya selalu meluap-luap, sampai perempuan itu memilih bertanya, "Bukankah, Pak Ian direncanakan akan dipindah tugaskan?"
"Perlu banyak syarat dan dokumen-dokumen yang harus diurus, untuk memindah tugaskan seorang direktur menjadi kepala cabang anak perusahaan, jadi ...."
"Keberangkatan itu sudah kami jadwalkan delapan hari lagi, dengan kata lain mereka ingin melangsungkan pernikahan di Jakarta, lalu setelah itu melakukan honeymoon di daerah itu juga," celetuk Chris yang kini membawa nampan berisi segelas kopi hitam pesanan Athaya. "Kamu paham, Ayara?"
Philip terkejut dengan kedatangan, asisten pribadi ayahnya itu. Mendadak berdiri tepat di belakangnya. "Paman?" bisik Philip.
Meletakkan cangkir, tepat di meja hadapan Athaya secara perlahan. Chris terbungkuk kemudian berkata, "Ada apa, Ayara?"
Melirik ke arah kopi sesekali ke arah Philip. Athaya menepuk pelan Pak Chris sambil berbisik, "Kenapa hanya saya yang dibuatkan kopi, Pak Chris?"
Pak Chris menekuk alis heran. "Bukankah ini pesananmu?"
Philip diam memperhatikan kedua orang itu, menunggu mereka selesai membicarakan hal yang tidak begitu penting di hadapannya.
"Bagaimana dengan Tuan Inglid?"
"Agh ... kamu tahu, Ayara. Sebab masalah yang Adeline dan Ian sebabkan akhir-akhir ini. Saya sudah jarang melihat Tuan Inglid aktif mengkonsumsi kafein, seperti biasanya."
"Lah? Ada apa?" Pandangan aneh Athaya langsung mengarah pada Philip, dan membuat pria itu yakin sekarang Pak Chris dan Athaya, sedang membicarakan dirinya. "Apa dia rindu kopi buatan sa-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Fiancé ||COMPLETED||
Romance"Tenanglah, hanya satu malam berakting menjadi kekasihku, aku rasa bukan hal yang sulit bagimu?" "Tidak." Athaya merasa merinding, ketika sisi dingin Philip berubah menjadi pria yang lebih menjengkelkan. "Jika pun saya bisa, saya tidak akan melakuka...