Bab 22 : Pelarian Keisha

0 0 0
                                    



Pada saat yang penuh kebimbangan ini, Keisha harus memutuskan setelah ia mendengar niat licik musuh. Demi menyelamatkan Kerajaan Engrasia, orang yang ia cintai, dan bayinya sendiri, ia harus meninggalkan istana dan bersembunyi di sebuah pedesaan.

Keisha meneguk nafas dalam-dalam, lalu berkata dengan penuh tekad, "Aku harus melindungi bayi ini terlebih dahulu."

Keisha kemudian memanggil pelayannya yang setia, "Yoana!".

Yoana segera menghampiri Keisha dan menjawab, "Iya, Yang Mulia!"

Sambil menatap tajam, Keisha bertanya, "Apa yang sedang kamu lakukan, Yoana?"

"Saya sedang membersihkan ruangan ini, Yang Mulia," jawab Yoana dengan lembut. "Ada yang bisa saya bantu?"

Keisha berbicara dengan suara tegas, "Yoana, tolong persiapkan semua barang-barang kita. Kita akan segera meninggalkan istana ini!"

Yoana terlihat terkejut dan bingung, lalu bertanya dengan lemah, "Kita akan pergi ke mana, Yang Mulia? Bukankah di luar istana lebih berbahaya?"

"Tidak perlu khawatir, Yoana. Aku telah memikirkan segalanya dengan matang. Sekarang, ikuti saja perintahku dan bersiap untuk berangkat!" jawab Keisha dengan tegas, lalu melanjutkan, "Perjalanan ini adalah untuk keselamatan kita dan masa depan Kerajaan Engrasia. Percayalah padaku."

Yoana dan Putri Keisha mulai mengemas barang-barang mereka. Langkah kaki bergema di sekitar istana Putri Mahkota, Yoana dan Putri Keisha meninggalkan istana tanpa sepengetahuan siapapun.

Mereka melangkah dengan hati-hati, berusaha untuk tidak menarik perhatian penjaga dan para pelayan lain yang mungkin merasa curiga dengan rencana mereka. Keisha, dengan mantel tebal yang menutupi kepalanya, berpegangan erat pada tangan Yoana, menuntun mereka melalui jalan-jalan sempit dan lorong-lorong gelap di balik istana.

“Jangan khawatir, Putri,” bisik Yoana, melihat bayangan keraguan di wajah Keisha. “Apa pun keputusan yang Anda buat, saya yakin itu yang terbaik untuk kita semua.”

Tiba-tiba, seekor burung hantu menghinggap di bahu Keisha, meloncat dari pepohonan di dekatnya dan membawa pesan yang penting. Keisha mengambil gulungan kertas yang terikat pada kaki burung itu, membukanya dengan hati-hati, dan membaca isi pesan tersebut.

“Seseorang membantu kita,” Keisha lirih kepada Yoana, harapan tersirat dalam suaranya. “Ada tempat aman di Desa Serena, di hutan yang tersembunyi di balik Pegunungan Awan. Kita harus mencapai sana sebelum pasukan musuh bergerak lebih jauh dan menemukan kita.”

Yoana mengangguk. “Baik, Putri, mari kita melanjutkan perjalanan kita. Tidak ada waktu yang bisa terbuang lagi.”

Dominic, Putra Mahkota Kerajaan Engrasia dilanda kebingungan. Ia tengah mencari Keisha, Putri Mahkota yang menghilang secara tiba-tiba.

Dominic menghampiri ayahnya, “Ayah, Keisha menghilang.”

Raja Abhiseva yang duduk di singgasana ikut khawatir, “Kau sudah mencarinya di seluruh istana?”

Dominic menunduk, “Iya, Ayah. Ini semua karena aku. Aku sudah marah dengannya hingga ia pergi dari istana ini.”

Ratu Shourina muncul di aula istana, mendekati singgasana raja. “Anakku, jangan khawatir, ibu baru saja mendapatkan surat dari istrimu, bahwa dia baik-baik saja. Dia hanya ingin keluar istana sementara untuk menenangkan hatinya.”

Dominic balik melihat wajah ibunya, “Benarkah? Kenapa dia tidak memberitahu kita hanya dalam surat?”

Dominic ditenangkan oleh Raja Abhiseva meyakinkannya bahwa Keisha baik-baik saja, “Kau tidak perlu mengkhawatirkan istrimu dan juga jangan mencurigai istrimu lagi.”

Ratu Shourina mengajak Pangeran Dominic ke kamarnya untuk menenangkan diri. Ratu Shourina yakin apa yang dilakukan Keisha adalah yang terbaik untuk mereka dan kerajaan.

Malam yang sunyi, di iringi dengan suara jangkrik dalam hutan. Putri Keisha memutuskan untuk istirahat di tengah hutan lebat. Yoana pamit untuk mencari kayu bakar untuk mereka beristirahat.

Putri Keisha sendirian di tengah hutan menjaga tempat mereka. Putri Keisha walau merasa takut tetapi ia merasa terlindungi berkat bayi yang ada di dalam kandungannya.

Yoana telah mendapatkan kayu bakar dan juga daging rusa yang ia hasilkan dari berburu. Yoana segera membantu Putri Keisha untuk mengurus persiapan mereka makan dan tidur.

Yoana mempersilahkan duduk, “Yang Mulia Putri bisa duduk di sini.”

Suara aneh dari dalam rumput panjang terdengar. Yoana ketakutan seperti merasakan kehadiran sosok monster.

“Yang Mulia, makhluk apa itu? Saya ketakutan!” ungkap Yoana.

“Tenang saja, Yoana. Aku akan menggunakan sihirku untuk melindungi kita,” kata Keisha.

Setelah mereka saling berjaga, Keisha semakin merasakan adanya kehadiran sosok makhluk di tengah hutan tersebut.

Monster itupun dalam langkah lambat memunculkan sosoknya.

GRAAA!!

“Itu serigala!”

“Yang Mulia, ayo cepat kita meninggalkan tempat ini!” cepat-cepat Yoana mengajak sang putri kabur.

Putri Keisha menolak untuk kabur ia memilih untuk melawan. Yoana mengkhawatirkan Keisha yang tengah hamil.

Putri Keisha tidak bisa menggunakan kekuatan kalung liontin untuk situasi yang ia anggap masih bisa dicegah sendiri.

Putri Keisha mengeluarkan tenaganya untuk melawan serigala. Ia menggunakan tangannya untuk melawan segerombolan serigala itu.

Yoana mengajak Keisha pergi dengan menarik tangannya.

Dua ekor Centaur makhluk setengah manusia setengah kuda menghampiri Keisha dan Yoana untuk kabur dari para serigala itu.

“Ayo, naik ke punggung kami Yang Mulia!” pinta Centaur itu.

“Kalian mengenal kami? Kalian siapa?” tanya Keisha.

“Sudahkah Yang Mulia percaya kami saja!” pinta Centaur yang lain.

Keisha bingung karena ia baru melihat sosok makhluk Centaur itu.

Para serigala mengejar mereka dengan Centaur yang lari sangat cepat. Serigala itu hampir saja menyerah. Centaur dengan kecepatan kakinya melangkah demi langkah ke lokasi mereka dan menjauh dari para serigala.

Sampailah mereka di sebuah desa tempat tinggal para makhluk fantasi. Keisha merasa takjub dengan para makhluk di sana.

Centaur mengantarkan Putri Keisha dan Yoana ke hadapan pemimpin mereka, peri hutan.

“Salam, Yang Mulia Keisha. Saya adalah peri pemimpin semua makhluk di sini,” kata peri itu.

Keisha masih bingung melihat sosok peri cantik dengan gaun ungu di peri lain mereka menampilkan warna warni gaun masing-masing menambahkan kecantikan dan pesona mereka juga tubuh mereka yang sempat dilihat seperti manusia.

“Ibu anda adalah guru sihir kami. Maka dari itu, silahkan Yang Mulia bersembunyi di desa ini dulu. Sampai masalah bisa kita pecahkan satu per satu,” jelas pemimpin peri.

“Terima kasih karena kalian menerima kami,” Keisha bersyukur akhirnya bisa mendapatkan tempat untuk bersembunyi.

Pemimpin peri mengajak Putri Keisha sampai ke atas langit karena di desa mereka, para peri bisa terbang sampai ke langit. Keisha juga di ajak bertemu dengan para makhluk di sana yang sudah menjadikan ibu Keisha sebagai panutan mereka.

Keisha benar-benar merasa seperti di surga. Ia merasa nyaman tuk tinggal di sana.

Di dalam kamar yang sudah disediakan oleh pemimpin peri, Keisha teringat oleh suaminya, Pangeran Dominic, ia merasa bersalah karena meninggalkannya tanpa memberitahu.

Keisha melukis wajah Dominic di sebuah kertas yang disediakan. Lalu, ia menulis diary yang biasa ia lakukan.

Di Kerajaan Amania, Charlotte senang karena Keisha sudah pergi dari istana itu. Ia lebih suka Dominic pria yang ia cintai jauh dari Keisha. Sementara Gilbert tidak sabar untuk menculik Keisha. Raja Ernest dan Carlos menyuruh keduanya untuk waspada karena mereka belum tahu tempat apa yang disinggahi oleh Putri Keisha.

Mereka berempat berdiri di atas istana Kerajaan Amania sambil menatap dari luar. Berharap rencana mereka untuk kehancuran telah dekat.

Bersambung




The Secret Of LiontinsWhere stories live. Discover now