Sorrow

153 6 0
                                    

Please, jangan jadi silent readers!
Tinggalin jejak vote dan komen

Apresiasi kecil buat author biar makin cepet update <3

Jangan lupa follow!
  
  
  


  
  
  
     Hujan di pagi hari adalah hujan yang banyak dibenci oleh siapapun. Apalagi jika itu terjadi di West Phynestone. Kota kecil di bagian barat Korea Selatan yang kerap kali diguyur hujan. Nyatanya West Phynestone masih memiliki predikat nomor satu sebagai kota terbasah sepanjang tahun.
     Meski langit sudah mulai menangis sesenggukan diselingi kilatan petir tipis yang berkilau menembus gumpalan awan, namun hal itu tak menjadi penghalang sama sekali bagi kerumunan manusia yang masih berdiri di area pemakaman— mengelilingi satu makam, melantunkan nyanyian-nyanyian rohani dengan pakaian serba hitam dan bola-bola tisu di tangan mereka. Suasana duka yang perih.

     Sejak satu jam yang lalu, hampir keseluruhan media berita di West Phynestone telah menyiarkan berita kematian seorang pria berdarah Italia yang namanya cukup dikenal oleh beberapa kalangan petinggi perusahaan besar di Korea Selatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

     Sejak satu jam yang lalu, hampir keseluruhan media berita di West Phynestone telah menyiarkan berita kematian seorang pria berdarah Italia yang namanya cukup dikenal oleh beberapa kalangan petinggi perusahaan besar di Korea Selatan. Tuan Arthur ditemukan meninggal dunia secara misterius di bathtub kamar mandi apartemennya yang berada di Kota Seoul. Kematian Arthur tentunya langsung menghebohkan seluruh warga dari dua kota tersebut. Polisi dan detektif mulai bergerak dengan hati-hati untuk menyelesaikan kasus yang jika tidak ditangani dengan baik, kemungkinan besar akan berdampak sangat buruk dan bisa menimbulkan pecah belah antar dua negara. Korea Selatan dan Italia.
     Setelah cukup lama diselimuti hawa berkabung dan lantunan lagu-lagu yang menyayat hati, akhirnya upacara pemakaman tersebut selesai. Semua orang berbondong-bondong pergi, kembali ke rumah masing-masing, menyisakan dua manusia yang tampak belum ingin beranjak lantaran masih sangat sulit melepas kepedihan.
     "Ayo kita pulang, kau belum mengisi perut sejak pagi."
     Seorang pria berkulit pucat dengan setelan jas dan celana serba hitam tampak berdiri tak begitu peduli, memperlihatkan wajah datarnya sambil menyembunyikan tangan kiri di saku celana. Benar-benar tidak peduli. Lebih tepatnya tidak peduli pada suasana duka dan kematian ini. Kematian ayahnya sendiri.

"Siapa yang melakukan ini padanya?"
"Aku tidak tahu."
"Kau hanya tidak peduli."
"Aku peduli, sekarang kau harus pulang dan makan."
"Sebentar saja."

     Pria itu terdiam, memberikan selang waktu agar wanita yang masih meringkuk di sebelah makam, tepat di bawah kakinya bisa sedikit melepas kesedihan sebelum mereka benar-benar pulang dan kembali ke rumah.

     Pria itu terdiam, memberikan selang waktu agar wanita yang masih meringkuk di sebelah makam, tepat di bawah kakinya bisa sedikit melepas kesedihan sebelum mereka benar-benar pulang dan kembali ke rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
EPHEMERAL [M]Where stories live. Discover now