Half Boiling (⚠️18+)

97 4 0
                                    

Please, jangan jadi silent readers!
Tinggalin jejak vote dan komen

Apresiasi kecil buat author biar makin cepet update <3

Jangan lupa follow!


[Previously]

"Noona, kau mau aku melepaskanmu sekarang juga, atau melupakan status kita sebagai kakak adik dan mengubah malam ini menjadi malam yang luar biasa?"

***

     "Aaahhh."
     Luca mengangkat kepalanya dari leher Aera, meneliti setiap jengkal ekspresi wajah sendu dan cantik itu. Tidak ada cacat cela sama sekali. Bibir mungil tipis yang sangat pas ketika dilumat, hidung mancung, almond eyes yang indah, dan juga pipi apelnya yang minta digigit. Aera itu pembawaannya dewasa, namun pada beberapa waktu tertentu ia juga bisa menjadi sangat manis seperti wanita-wanita kebanyakan yang auranya lucu— meski sebenarnya tidak lucu sama sekali, justru berbahaya. Aera adalah tipe wanita yang membahayakan dan perlu diwaspadai.
     "Noona... cantik sekali."
     Aera menggigit bibirnya sambil melirik Luca yang masih betah menatap wajahnya. Sedikit memalukan ketika ia ditatap seperti itu. Perlahan kesadarannya mulai kembali, mabuknya sudah berkurang.
     "Berhenti menatapku," ujar Aera.
     Luca hanya tersenyum, lantas kembali menurunkan wajahnya di perpotongan leher Aera, menggigit sensual dan sedikit dihisap lembut. Membuat wanita itu diam-diam menahan erangannya.

 Membuat wanita itu diam-diam menahan erangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     "Jangan ditahan, Noona. Make your noise."
     Luca menurunkan sedikit blazer bagian atas Aera, memperlihatkan kulit dada atasnya yang sepucat pualam dan memancing untuk ditandai. Luca menjilat bibirnya sejenak, sebelum kemudian mendaratkannya di sana. Menghisap kuat hingga meninggalkan ruam merah gelap sedikit ungu. Dan ia mengulanginya hingga 3 kali hisapan, seolah tidak rela jika tanda itu akan menghilang.

"Aaahhh, s-stop..."
"Kau yang memulainya, Noona. Jangan menyuruhku berhenti."
"Lu-Luca, no, please... i-ini tidak boleh."

     Luca berhenti dan kembali memeriksa wajah Aera, menelusuri pipi putih yang sudah berkeringat itu dengan tatapan matanya. Perlahan, telunjuk Luca terangkat lalu menggesek lembut di sana.

"Apanya yang tidak boleh, hm?"
"Pertanyaanmu sangat aneh. Apa kau lupa? Kau adalah saudaraku."
"Tidak sedarah," koreksi Luca, masih dengan tatapan santainya.
"Lalu apa maumu?"
Luca terkekeh kecil. "Kau yang memulainya, Noona. Jangan bertanya seolah-olah aku yang ingin memperkosamu di sini."
"Itu karena aku mabuk, sekarang aku sudah sadar, ayo pulang."
"Hei... curang sekali."

     Aera mengerutkan dahinya tidak mengerti. Tiba-tiba wajah Luca turun ke arah telinga kanannya dan berbisik di sana dengan suara samar selembut angin malam yang begitu dingin. Membuat sekujur tubuh Aera meremang seketika.
     "Kau sudah membuatku masuk ke dalam kolammu, karena kakiku sudah keram, maka aku tidak akan bisa naik ke permukaan lagi. Aku benar-benar akan tenggelam denganmu..."
     Setelah berbisik, Luca mengecup lembut bagian bawah telinga Aera lalu perlahan kecupan itu mulai turun ke bawah. Dari leher, menuju bahu, lalu berlanjut ke sekitar dada, dan berakhir di perut. Hanya perut. Walau dengan pakaian mereka yang masih lengkap, Aera bisa merasakan seluruh persendiannya ngilu ketika Luca menciumi perutnya.
     "Luca, stop it... ini salah."
     Yang dipanggil sama sekali tidak merespon. Justru kini kecupannya semakin menjalar ke bawah, menuju bagian paling sensitif milik wanita manapun. Luca sedikit menyingkap blazer terusan warna hitam yang hanya sebatas paha itu. Memperlihatkan paha kecil dan bersih yang tidak bisa dipungkiri berhasil membuat miliknya sedikit mengeras di bawah sana.

EPHEMERAL [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang