BPIA36

110 5 0
                                    


Enjoy...

Carlo memarkirkan jeep Wrangler warna hijau kepunyaan Affan sepupu Vanesha yang sengaja dipinjamkan untuk dia pakai dengan Vanesha di trip nya ke bukit rimpi.

Dad kenapa kesini? Tanya Echa.

Saya mau mandi dulu baru Setelah itu kita ke rumah tante kamu jelasnya.

Tapi... Gumam Echa ragu-ragu.

Kenapa? Kamu takut masuk hotel sama saya? Tanya Carlo tidak percaya.

Ng... Nggak bukan gitu dad... Tapi...

Ini sudah mau jam lima babe, kita nggak banyak waktu bolak-balik rumah kamu. Makanya sekalian aja ujar Carlo menjelaskan. Karena memang waktu nya cukup mepet untuknya bolak-balik mengantar Vanesha pulang terus kembali ke hotel dan kembali lagi ke rumah tantenya Echa untuk memenuhi undangan makan malam dari Tante dan oom nya Vanesha.

Ya udah yuk saya cuma mau mandi sebentar ujar Carlo sambil keluar dari mobil. Echa mau tidak mau ikut keluar dari mobil. Lalu dengan langkah ragu-ragu gadis itu mengekori Carlo.

Dad aku tunggu di lobi aja ujar Echa yang membuat langkah Carlo terhenti.

Carlo menarik napas panjang lalu membuangnya keras sambil memandangi sekitar lobi yang lumayan ramai bahkan beberapa diantaranya banyak pria berjas tapi tentu saja Carlo tau tidak semua dari mereka itu para pengusaha yang mau menghadiri meeting melainkan beberapa diantaranya ada pria hidung belang yang sedang mencari dan menunggu mangsa.

Dan tentu saja keberadaan gadis cantik dan muda seperti Echa menarik perhatian mereka.

Cceekk Carlo mendecak geram sambil  mengalihkan lagi tatapan nya pada Echa yang tampak lugu karena belum memahami betul   kondisi hotel yang sesungguhnya.

Yakin ? Mau tunggu disini? Tanya Carlo lagi memastikan.

Ia dad jawab Echa pasti.

Pria itu akhirnya mengangguk dan membiarkan Echa menuruti keinginan nya.
Dan membiarkan gadis itu mendapatkan pelajaran hidup secara langsung,yang pasti akan jadi pelajaran yang baik yang akan dia kenang sepanjang hidupnya.
Carlo tahu sikapnya terlalu berlebihan dalam mengajari gadisnya tapi mengingat sifat keras kepala gadis itu tadi yang secara tidak langsung menganggap Carlo pria berbahaya untuknya.

Walaupun sebenarnya dalam hati ia juga memaklumi ketakutan gadis itu padanya setelah kejadian kemarin sore dirumah tantenya.
Tapi Carlo yakin. Ia bisa mengendalikan dirinya untuk tidak bertindak lebih jauh kepada gadis itu.

Sebelum meninggalkan Echa yang duduk sendirian di lobi Carlo terlebih dahulu meninggalkan kartu akses untuk masuk ke kamarnya pada Echa.

Ini ambillah ujarnya sebelum menghampiri resepsionis untuk mendapatkan kartu lain.

Ia juga membisikkan sesuatu kepada gadis yang kebetulan bertugas itu.

Setelah selesai berbicara dengan resepsionis Carlo lagi-lagi melihat kearah Echa yang menampakkan raut yang tidak terbaca.

Mungkin antara kesal karena cemburu serta sedih, karena Carlo mengajak resepsionis berbicara sambil bisik-bisik yang ditanggapi si resepsionis itu dengan senyum simpul.

Sebenarnya tidak ada yang berlebihan dari gesture Carlo dan resepsionis itu tapi karena posisi Echa yang duduk lumayan jauh dari meja resepsionis membuatnya tidak mendengar maupun melihat ekspresi keduanya dengan jelas.
Apalagi Echa melihat resepsionis yang satu lagi tidak pernah mengalihkan matanya dari wajah Carlo yang menawan meskipun tampilan pria itu cukup urakan dengan ransel dan celana cargo pendek serta boots yang dipenuhi lumpur.

Bu, pelakor Itu Aku ( Completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora