Chapter 08

30 4 4
                                    

Tidak semua dikara (keindahan) itu tentang semua yang ada di nabastala (langit), bahkan Bentala (Bumi) yang kita injakpun memiliki dikaranya (keindahannya) tersendiri.

- Gerhana Madana Pradigta -


****

Pagi begitu cerah hari ini, matahari menampakan sinarnya dengan begitu sempurna. Gerhana yang sudah bersiap dengan seragam sekolahnya segera keluar dan ingin mengunci pintu rumah, tetapi, ketika ia hendak pergi, Gerhana melihat sebuah kotak berwarna hitam dengan balutan pita berwarna merah di atasnya.

Sebelah alisnya terangkat melihat black box itu berada di depan pintu rumahnya.

"Punya siapa ini?"

Gerhana mengambil black box itu dan mendapati sepucuk surat kecil di bawahnya.

'Untuk Gerhana,' baca pemuda itu dalam hati.

Gerhana bingung, siapa orang yang telah memberikan black box ini, ia mencari-cari nama pemberi black box itu. Namun, sayang ia tidak menemukannya. Karena penasaran dengan isi di dalamnya, ia langsung membuka black box itu dan melihat sepasang sepatu yang sedari dulu sangat ia inginkan.

"Ini kan .... sepatu yang gue mau sejak dulu." Gerhana mengingat ketika ia merengek ingin di belikan sepatu Nike Jordan itu kepada sang nenek, tetapi karena saat itu Sulastri tidak ada uang, ia jadi tidak bisa membelikan sepatu impian Gerhana.

"Tapi, siapa orang yang ngasih gue sepatu ini?" Gerhana terus berpikir, ia mencoba menerka siapa orang yang telah memberinya hadiah sepatu, jika di pikir-pikir Arkana ataupun Genta tidak mungkin memberikannya sepatu ini, meskipun mereka anak orang kaya, tetapi, mereka tidak mungkin membelikannya, selain harganya yang mahal cuma sang nenek lah yang tahu jika Gerhana menginginkan sepatu itu sejak dulu.

"Assalamualaikum! Woi, Na." Panggil Arkana.

"Waalaikumussalam, ngapain lo ke rumah gue pagi-pagi?" tanya Gerhana penasaran.

"Mau jemput lo lah, gue mau bareng sama lo." Gerhana hanya mengangguk membalas ucapan Arkana.

Sementara Arkana yang melihat sepasang sepatu di tangan Gerhana pun bingung, siapa yang memberi sepatu itu kepada sahabatnya. Jika di lihat-lihat dari merk-nya harga sepatu itu sangat mahal dan pasti tidak mungkin Gerhana mampu membelinya, bukan merendahkan tetapi secara finansial Gerhana memang tidak akan mampu membeli sepatu itu.

"Ini sepatu dari siapa, Na?"

Gerhana mengangkat bahunya tidak tahu. "Gue juga nggak tahu ini sepatu dari siapa, waktu gue mau berangkat sekolah gue lihat kotak ini udah ada di depan rumah, dan pas gue buka ternyata isinya sepatu ini," jelas Gerhana.

"Kira-kira, siapa ya, yang ngasih lo sepatu ini?" Arkana pun ikut penasaran siapa orang yang telah memberi sepatu itu kepada Gerhana.

"Kalau misalnya orang salah kirim. Tapi, di sini tertulis kalau ini memang buat lo, gue jadi penasaran."

"Gue juga penasaran, Ka." jawab Gerhana.

"Astaga!" Arkana menepuk jidatnya setelah melihat jam di pergelangan tangannya.

"Na, ayo buruan, kita udah telat nih," ucap Arkana panik. Kemudian lelaki itu menarik tangan Gerhana untuk segera menaiki mobilnya.

Benar saja, sampainya di sekolah di depan pintu Gerbang mereka berdua sudah di sambut dengan tatapan tajam dari Pak Ipul. Pak Ipul merupakan guru BK di sekolah mereka dan memiliki nama sapaan Pak gembul karena postur tubuhnya yang gendut.

"Bagus! Udah jam berapa ini?" ucap Pak Ipul dengan sorot matanya yang tajam.

"Kenapa kalian terlambat?" Bentak Pak Ipul kepada kedua remaja itu.

PLUVIOPHILE ~SELESAI~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang