Chapter 10

15 3 0
                                    


"Cinta memang terlihat dikara (Indah), tetapi, cinta juga bisa memberikan lara (kesedihan) yang tak terkira."

- Gerhana Madana Pradigta -

****

Rembulan nan dikara kini telah digantikan oleh sang mentari pagi, burung-burung yang berkicau turut meramaikan suasana di pagi hari kala itu.
Gerhana dan Arkana saat ini sudah siap dengan seragam sekolahnya masing-masing. Saat ini mereka tengah memakai sepatu dan bersiap untuk berangkat ke sekolah tercinta.

"Gerhana," panggil seseorang.

"Papa," ucap Gerhana ketika melihat sosok lelaki paruh bayah menghampirinya.

"Ada apa, Pa? Tumben pagi-pagi ke sini," tanya Gerhana penasaran.

Bara melirik ke arah Arkana sebelum lelaki itu mengajak Gerhana untuk sedikit menjauh dari sahabat putranya itu, Sementara Arkana, lelaki itu tidak begitu ikut campur dengan urusan ayah dan anak itu, ia hanya menatap kepergian mereka yang sedikit menjauh darinya.

"Ada yang mau diomongin ya, Pa?" tanya Gerhana, ketika melihat gelagat papanya, sepertinya ada hal penting yang ingin dibicarakan.

"Gerhana, Sepertinya bulan ini sampai dua bulan kedepan Papa nggak bisa kasih kamu uang bulanan."

"Perusahaan Papa sedang memiliki masalah, sementara pengeluaran di rumah semakin banyak. Papa harap kamu bisa mandiri dulu untuk dua bulan ke depan."

Gerhana sempat kaget dan terdiam setelah mendengar ucapan Papanya. Namun, dirinya tidak begitu mengkhawatirkan hal itu, lagi pula ia saat ini sudah berjualan kripik singkong dan ia rasa penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhannya untuk beberapa bulan kedepan, selagi ia bisa memanagemen keuangannya.

Gerhana mengangguk paham. "Iya, Pa. Nggak apa-apa, Gerhana ngerti keadaan Papa sekarang," ucap Gerhana dengan senyum di akhirnya.

Bara tersenyum, kemudian memegang kedua pundak putranya.

"Kamu memang anak yang baik. Terima kasih ya, Nak," ucapnya.

"Kamu yang rajin, ya, sekolahnya," ucapnya sembari menepuk pelan pundak Gerhana, sementara sang empu hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Oh iya, nanti sepulang sekolah kamu mampir ke rumah, ya. Adik-adik kamu udah kangen sama kakaknya."

"Iya, Pa. Nanti pulang sekolah Gerhana mampir kok. Lagian Gerhana juga udah kangen sama adik-adik," jawab Gerhana, karena terakhir kali ia bertemu kedua adiknya ketika neneknya meninggal, setelahnya mereka belum pernah bertemu kembali.

"Yasudah, kalau gitu Papa pergi dulu," Gerhana mengangguk lalu menyalami Bara.

"Hati-hati, Pa!" ucap Gerhana yang diangguki oleh Bara.

****

Sesampainya di sekolah, Arkana memarkirkan mobilnya di parkiran. Setelahnya, mereka segera pergi menuju ke kelas mereka.

"Na, gue kebelet nih. Lo duluan aja ke kalas," ucap Arkana yang diangguki oleh Gerhana.

"Yaudah, gue duluan ya," ucap Arkana sebelum pergi.

Gerhanapun melanjutkan perjalanannya menuju ke kelas. Namun, ketika di persimpangan koridor, Gerhana melihat Kaira yang sedang asik mengobrol bersama Keinan, kakak kelas segaligus ketua OSIS di sekolah mereka.
Entah kenapa suasana hati Gerhana berubah drastis, pemuda itu seperti terbakar api cemburu melihat Keduanya bercanda ria bersama.

"Sialan! Kenapa harus liat beginian, sih, pagi-pagi!" kesal Gerhana, ia menatap tajam ke arah Keinan.

Bruk!

PLUVIOPHILE ~SELESAI~ Where stories live. Discover now