33

3K 276 31
                                    

_HTK_

Mama Zean menatap datar ke arah Zean dan Shani secara bergantian yang membuat Shani bertambah gugup dan juga takut. "Memangnya siapa yang ngizinin kamu buat pacaran, Zean?" Kata Mama Zean dengan datar.

Shani meremas tangan Zean yang masih saling bertaut. Matanya sudah terlihat berkaca-kaca mendengar perkataan Mama Zean. Apa ini artinya Shani tak akan mendapat restu untuk berpacaran dengan Zean?

"Mama," desis Zean sambil menatap Mamanya tak percaya. Zean menatap Shani yang berdiri di belakangnya. Shani melengkungkan bibirnya ke bawah sedih sambil menatap tatapan Zean.

"Kenapa kamu bisa pacaran Zean? Emang kamu udah minta izin ke Mama?" Kata Mama Zean lagi.

"Zean bisa pacaran karena Zean suka sama Kak Shani dan udah nembak kak Shani, jadi sekarang Kak Shani jadi pacar aku lah Ma," jelas Zean.

"Kamu ga minta izin sama Mama? Emangnya Mama udah izinin kamu buat pacaran? Kamu masih kecil loh Zean."

"Tahun depan Zean udah bisa bikin KTP kok Ma, udah legal," jawab Zean.

"Njawab terus kamu ini!"

"Mama," ucap Zean dengan muka memelas. Tolonglah, Zean merasa bersalah jika sampai Mamanya itu marah-marah dan berkata yang tidak-tidak di hadapan Shani.

"Plish, jangan suruh Zean sama Kak Shani putus ya? Nanti kalau Mama nyuruh Zean putus, Zean ga mau lagi nemenin Mama diacara arisan Mama setiap sebulan sekali lagi," kata Zean sedikit mengancam. Suasana hening. Mama Zean masih mempertahankan wajah datarnya. Zean sudah ketar-ketir, sedangkan Shani sudah mati-matian menahan tangisnya yang bisa kapan saja pecah.

"Hahahaha..." Tiba-tiba Mama Zean tertawa tak berdosa di hadapan Shani dan Zean yang membuat mereka berdua bingung, karena tiba-tiba saja Mama Zean itu tertawa.

"Mama kenapa?" Bingung Zean.

"Hahah, haduh haduh. Mama ga kuat liat muka kalian yang tegang ini. Hahhaa...mama cuma bercanda tadi," ungkap Mama Zean.

"Mama ga nyuruh Zean buat putus kan?" Tanya Zean masih takut.

"Nggaklah sayang. Apa pun yang bisa bikin kamu seneng, mama dukung selagi itu ga hal buruk. Mama tadi cuma bercanda, cuma ngeprank kalian aja hahaha... maafin Mama ya," ungkap Mama Zean yang membuat Zean dan Shani menjadi lega.

"Mama, bikin panik aja! Jadi mama ngrestuin Zean sama Kak Shani kan?" Tanya Zean lagi.

"Iya dong. Mama restuin. Sini-sini nak, Mama kasihan liat kamu mau nangis kayak gini." Mama Zean menarik tangan Shani untuk mendekat lalu mendekapnya dengan hangat. Mata Shani sudah berkaca-berkaca dan muncul isakan kecil. Hal itu membuat Zean dan Mama Zean gemas.

"Tuhkan Mama udah bikin pacar Zean nangis. Tanggung jawab sekarang!" Kesal Zean.

"Loh kok jadi Mama yang salah."

"Iyalah, siapa lagi kalau bukan Mama?"

"Udah-udah nak, jangan nangis. Mama cuma bercanda kok, jangan dibawa ke hati ya. Kamu boleh kok pacaran sama anak kecil ini. Kalau nakal ntar jual aja ga papa, uangnya bagi dua ya buat kita belanja ke mall," kata Mama Zean bercanda tentunya. Tidak mungkin serius, karena Zean adalah anak laki-laki kesayangannya.

"Jahat banget, Zean dijadiin korban," dengus Zean.

Mama Zean melepas pelukannya dan mengusap air mata Shani yang membasahi wajah cantiknya. "Senyum dong," pinta Mama Zean, yang membuat Shani tersenyum. "Cantik kan kalau senyum," puji Mama Zean.

"Udah jangan nangis. Ayo masuk ke dalem. Ayo Zean, ganti baju kamu sana." Mama Zean lebih dulu mengajak Shani untuk masuk ke dalam rumah, sedangkan Zean mengikutinya dari belakang.

Kedatangan Shani disambut baik oleh Mama Zean meski pun tadi ada sedikit drama yang membuat Shani menangis. Namun, setelah itu Shani merasakan kehangatan dan sisi lembut dari Mama Zean. Selama di rumah Zean, Shani membantu Mama Zean di dapur sambil berbincang mulai dari kapan dia dan Zean berpacaran dan juga apa saja kesukaan Shani. Ada tambahan lagi yang membuat Shani senang saat mendengarkan Mama Zean bercerita masa kecil Zean yang sangat absurd dan random menurutnya. Salah satunya, saat waktu kecil Zean pernah menangis sampai demam karena hanya ingin memanjat pohon cabai, setelah menonton sebuah kartun semut yang memanjat pohon cabai.

"Hahaha...lucu banget ya kamu waktu kecil," kata Shani sambil memeluk erat pinggang Zean, karena mereka sedang berada di atas motor perjalanan ke rumah Shani. Hari sudah sore, jadilah Zean mengantarkan Shani untuk pulang, meski pun Shani atau pun mama Zean masih ingin banyak berbincang. "Aneh banget, masa mau manjat pohon cabai," lanjut Shani.

"Aku mana inget, udah lama. Udahlah, aku malu tauu," balas Zean. Beberapa ingatan masa kecil Zean memang sudah mulai memudar.

"Aku besok mau ketemu Mama kamu lagi. Asik banget Mama kamu kalau diajak ngobrol," ungkap Shani.

"Boleh. Kamu belum ketemu sama kakakku sih, kalau ketemu palingan ntar kamu ngrasa kayak bestie."

"Oh ya?"

"Eh'heum. Dia lagi kerkom di rumah temen kuliahnya, jadi tadi ga di rumah deh."

"Nanti kalau ada kakak kamu, aku mau ketemu," kata Shani.

"Iya nanti aku kenalin kek Kakak aku."

"Jalanan sepi nih," celetuk Zean.

"Kenapa emangnya?" Tanya Shani.

"Aku mau nunjukin sesuatu."

"Apa?"

"Aku bisa lepas stang tau sayang, pas naik motor," ungkap Zean.

"Kamu jangan aneh-aneh ya," peringat Shani karena perasaanya mengatakan kalau Zean akan melakukan hal yang tidak-tidak lagi.

"Nggak kok. Tenang aja, aman ini," kata Zean. Lalu dia melepaskan kedua tangannya dari stang motor dan merentangkan tangannya menikmati angin yang menghembus tubuhnya.

"Zean!" Pekik Shani panik sambil mengeratkan pelukannya. Adegan yang dilakukan Zean ini jangan ditiru, karena hal ini cukup bahaya jika yang melakukan tidak ahli dalam bidangnya.

"Hahahah...." Zean tertawa setelah berhasil menunjukkan keahliannya pada pacarnya itu. Zean kembali memegang stang motor dan melajukan motornya dengan normal lagi.




















Jangan ditiru ya ges, apa yg dilakuin Zean itu bahaya.

Yang baca banyak, tapi yg ninggalin jejak ga ada setengahnya, keren banget sih👏👏👏👏👏

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang