11

1.2K 166 14
                                    

Dia sudah memiliki kekasih.

Wonwoo yang duduk di atas sofa ruang keluarga tengah dengan lekat memperhatikan Mingyu yang sedang mengecek hasil percobaan tes yang Mingyu berikan untuknya. Apa yang Wonwoo lakukan sekarang bukanlah tanpa alasan. Ia benar-benar bingung dengan sikap Mingyu yang seperti berubah kepadanya sejak beberapa hari ini.

Ketika berada di sekolah, pemuda Kim itu menghindarinya, Wonwoo sangat tahu ketika beberapa kali ia menyapa Mingyu saat bertemu, Mingyu hanya tersenyum tipis yang palsu dan pergi begitu saja. Lalu ia juga selalu menuju ke atap karena ia tahu Mingyu berada di sana saat istirahat kedua, tapi Mingyu langsung pergi begitu saja tanpa sepatah katapun.

Bahkan ketika keduanya bertemu setelah pulang sekolah untuk tutor, Mingyu akan diam dan hanya bicara mengenai hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari. Bahkan Mingyu selalu menolak dengan tegas jika Wonwoo ingin mengajaknya pulang bersama atau mengantarnya pulang ke rumah.

Wonwoo menghela napasnya panjang, ia menyandarkan dirinya di sandaran sofa dan masih memperhatikan Mingyu. Masih menerka kesalahan apa yang ia perbuat hingga membuat Mingyu sampai bersikap seperti itu. Wonwoo benar-benar bingung harus bagaimana, ia sudah berusaha berbicara dengan Mingyu tapi pemuda Kim itu selalu mengelak.

Sedangkan pemuda yang sedang diperhatikan Wonwoo, ia menyelesaikan pekerjaannya lalu menoleh ke arah Wonwoo. "Sudah hyung, pengerjaanmu sudah baik dan besok kita bisa melanjutkan materi." ucapnya, sembari meletakkan kertas soal tersebut di atas meja dan dirinya meraih tasnya di lantai, memasukkan buku-bukunya ke dalam tasnya.

"Mingyu." Wonwoo mengubah posisinya untuk duduk lebih tegap, panggilannya itu pun di jawab oleh Mingyu tapi tanpa menoleh. "Aku minta maaf jika aku berbuat kesalahan padamu." lanjutnya, karena ia tidak tahu harus bagaimana lagi.

Sementara Mingyu, gerakan tangannya berhenti dan ia terdiam. Ia sangat tahu, bahwa sikapnya terhadap Wonwoo adalah salah, bahwa ia mendiami Wonwoo yabg tidak tahu apa-apa padahal masalahnya ada pada dirinya. Ia yang menyukai Wonwoo yang sudah memiliki kekasih.

Namun, apa yang terjadi pada Mingyu sekarang adalah sikap sakit hati yang ia rasakan. Ia memang sudah dewasa pada kehidupannya, tapi tidak dengan masalah percintaannya. Baru pertama kali jatuh cinta, dirinya sudah sakit hati bahkan sebelum memulai perang. Apalagi dengan sikap baik Wonwoo yang sulit diartikan Mingyu, bahwa Wonwoo melakukannya karena kasihan.

Ia menghela napasnya lirih dan bangkit dari duduknya, menoleh ke arah Wonwoo yang mendongakkan kepalanya. "Kau tidak hyung, aku memang sedang ada pikiran saja." jawabnya, lalu melewati Wonwoo untuk pulang tapi tangannya di tahan oleh pemuda Jeon itu. Ia menoleh.

"Kau bisa bercerita padaku." ucap Wonwoo.

Mingyu menelan ludahnya dengan kasar, ia melepas genggaman tangan Wonwoo pada pergelangan tangan kirinya. "Tidak sekarang. Maaf." balasnya dan ia langsung melangkah pergi begitu saja dari rumah tersebut. Bahkan tanpa pamit.

Wonwoo tak mengejar, karena ia tahu Mingyu akan menghindar dan jika ia menawari untuk mengantar Mingyu pun, pasti Mingyu menolak seperti beberapa hari ini. Ia menghela napasnya dan bangkit, membenahi bukunya dan membawanya menuju ke kamarnya. Wonwoo meletakkannya di atas meja belajarnya.

Ia terdiam lagi, tentu saja memikirkan Mingyu. Mungkin pemuda Kim itu membutuhkan waktu hingga Mingyu mau bercerita padanya. Mungkin, untuk sekarang ini, Wonwoo hanya perlu menunggu hingga Mingyu siap. Entah itu kapan.

Ia yang sedang melamun sedikit terperanjat ketika mendengar pintu kamarnya dibuka, ia segera menoleh dan mendapati ayahnya yang berdiri di ambang pintu, ia tahu sang ayah baru saja pulang kerja. "Ada apa ayah?" tanya Wonwoo.

Unless It's YouWhere stories live. Discover now