12

1.2K 161 8
                                    

'Tidak.. kau tidak bisa membalasnya.'

"Katakan siapa yang melakukannya Mingyu." Wonwoo masih membujuknya dengan tegas, agar Mingyu mau mengatakan padanya siapa yang telah merundungnya hingga menyebar video seperti itu dan luka yang sekarang ada di ujung bibir Mingyu. "Haruskan aku bertanya pada Jisoo?" tanyanya lagi karena di grup sekolah, akun Jisoo lah yang mengirimnya dan ia tahu Jisoo dan Mingyu dulu dari satu sekolah yang sama.

Sedangkan yang di ajak bicara, tengah terdiam, berdiri membelakangi Wonwoo dengan gerakan tangannya yang mengaduk ramyeon yang sedang ia masak. Ia menelan ludahnya dengan kasar. Masih begitu tiba-tiba ketika Wonwoo datang dan langsung memeluknya tadi di ambang pintu. Kini pemuda itu terus bertanya siapa yang melakukannya.

Dan dirinya, tidak tahu harus bagaimana, video itu tersebar di grup sekolah, lalu ia mengetahui fakta bahwa Wonwoo berkencan dengan Seungcheol, kini Wonwoo menanyakan siapa pelakunya, akan seperti apa reaksi Wonwoo jika tahu? Dan Mingyu, ia tidak ingin memberitahukannya pada Wonwoo, bukan tanpa sebab, alasan kecilnya adalah ia tidak mau Wonwoo tersakiti.

Ia yakin, perasaan Wonwoo akan campur aduk, ia yakin bahwa Wonwoo memang benar-benar mencintai Seungcheol dan jika Wonwoo tahu bahwa kekasihnya yang merundung Mingyu, maka Wonwoo akan kalut, membalas bagaimana? Keduanya kekasih. Malah bisa jadi jika Mingyu memberitahunya, Wonwoo akan meninggalkan dirinya karena lebih memilih kekasihnya. Tak hanya itu, Seungcheol juga pasti akan berbuat lebih.

Mingyu mematikan kompor dengan pelan, ia kemudian berbalik. "Hyung belum makan kan?" tanyanya, mencoba untuk mengubah topik pembahasan yang membuat tatapan rubah itu menjadi kesal terhadapnya.

"Mingyu." Wonwoo menghela napasnya, malah pemuda Kim itu berbenah dengan meletakkan panci ramyeon di atas meja makan yang tak terlalu besar, lalu mengambil dua gelas dan teko, lalu dua mangkuk dan juga dua pasang sumpit, memberikan satu untuk dirinya. "Kenapa kau tidak mau bercerita Mingyu?" tanyanya lagi.

Mingyu mendudukkan diri di seberang Wonwoo, ia menatap pemuda Jeon itu dengan lekat. "Makanlah hyung, aku juga sudah lapar." ucapnya dan ia mengambil ramyeon dengan sumpitnya, memasukkannya ke dalam mangkuk kecil yang ada di tangan kanannya.

Wonwoo menghela napasnya lagi, ia terdiam dan hanya memperhatikan Mingyu yang malah makan dengan biasa saja. "Aku akan meminta bantuan ayah untuk menempuh jalur hukum. Ayah sponsorship-mu dan aku yakin ayah akan membantu." ucap Wonwoo lagi, tapi sama sekali tak di gubris oleh Mingyu yang terus makan. "Kita tidak bisa membiarkan begitu saja pelukannya Mingyu." lanjutnya dengan nada penuh kekhawatiran.

Mingyu meletakkan sumpitnya, ia meriah gelasnya dan menuangkan air minum lalu meneguknya separuh, mendongak untuk menatap Wonwoo. "Itu masa lalu dan aku tidak mau mengungkitnya." balasnya.

"Tapi tidak bisa seperti ini terus Mingyu, kau tidak boleh terus diam. Bagaimana jika--"

"Hyung, itu bukan urusanmu." ucap Mingyu, lirih tapi begitu tegas sampai membuat Wonwoo langsung terdiam. "Makanlah, jika tidak, pulanglah. Aku akan memberi hyung tutor besok." ucapnya kemudian dan ia kembali mengambil ramyeon dari panci di tengah meja makan itu.

Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar, ia menatap tidak percaya Mingyu yang hanya diam dengan apa yang terjadi padanya dan malah secara tidak langsung mengusirnya. Wonwoo lalu bangkit dari duduknya. "Baiklah, jika kau tidak mau bantuanku, aku pulang." lirihnya dan ia segera berbalik, berjalan ke arah pintu dan setelah memakai sepatunya, ia langsung keluar dari rumah tersebut.

Hati Mingyu tersentak begitu saja ketika mendengar pintu rumahnya di tutup cukup keras oleh Wonwoo. Ia diam dan tiba-tiba air matanya mengalir begitu saja. Sumpit di tangannya terjatuh ke atas meja. Mingyu menunduk dalam dan ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menangis dalam diam, memikirkan apakah dirinya besok akan bertahan seperti biasa?

Unless It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang