Chapter 2: What If

2.9K 248 23
                                    

Vote dan komen-komen yang banyak juseyoooo~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dan komen-komen yang banyak juseyoooo~~~


Restoran sudah tutup, tetapi Galendra masih saja berkutat dengan laporan-laporan yang perlu ia baca. Tidak berkutik sedikit pun dari kursi kerjanya, meskipun waktu hampir menunjukkan pukul sebelas malam. 

Gaudi's sedang tidak baik-baik saja. Respon kurang baik dari pelanggan semakin lama semakin banyak. Mengakibatkan jumlah pengunjung turut menurun perlahan, dan tentu mempengaruhi pendapatan restoran.

Padahal dirinya pun sudah berusaha untuk memperbaiki kekurangan restorannya. Lowongan pekerjaan sudah disebar melalui berbagai situs pemberi kerja, membuat lamaran kerja berbondong-bondong masuk ke sistem restorannya. Ia juga sudah menyeleksi berkas-berkas tersebut dan menyeleksi beberapa kandidatnya. Namun, belum ada satupun yang dianggap cocok oleh Galendra. Pasalnya, bukan hanya lingkungan kerja yang keras dan peralatan yang berat, mereka harus menghadapi head chef seperti Galendra di dapur yang panas itu. Ia mencari seseorang yang kuat fisik dan juga mental untuk menghasilkan hidangan yang menurut Galendra sempurna. 

Nasihat Otniel rupanya hanya dianggap angin lalu oleh Galendra. Dan inilah karmanya. Pening yang sedari tadi makin kuat menyerang kepala. 

"Tadi gue abis cek lagi, udah ada beberapa lamaran yang masuk," ujar Otniel seraya mendekati meja kerja Galendra. "Sorry, gue langsung masuk. Gue udah nunggu lima belas menit dan coba ketuk lagi, tapi lo tetap nggak jawab."

"Sorry," sahut Galendra lemas.

"Udah gue kurasi berkasnya. Ada lima orang yang kayaknya bisa masuk ke interview. Tapi coba lo cek ulang lagi."

Galendra menggeleng, "Gue sekarang ngikut lo aja, Niel. Gue serahin semua proses recruitment-nya ke lo. Termasuk interview nanti. Gue minta tolong, ya?"

"Loh? Jangan gitu lah, Len."

"Nggak apa-apa. Kalau sama gue nanti kita malah lama lagi dapat orang barunya," jelas Galendra sambil tersenyum tipis. Sedikit mengutuk sifat perfeksionisnya dalam hati. "I'm too picky, I know. Makanya gue serahin semua ke lo."

"Len, tapi nanti mereka bakal kerjanya kan di dapur lo. Bukan dapur gue."

"It's okay. I trust you, Niel. Lo pasti tahu standar gue. Dan gue tahu lo nggak mungkin asal milih orang."

"Tapi-"

"Buat keselamatan Gaudi's, Niel. Please do my favor." Membuat Otniel mendecih kasar. 

"Fine."

Senyum tipis akhirnya tersungging pada wajah lelah Galendra. Otniel memang selalu bisa andalkan, meskipun mungkin dirinya terpaksa, seperti saat ini. Melangkahkan kaki dengan lemas ke arah pintu dan kembali meninggalkan Galendra sendiri di ruangan yang tidak terlalu besar, tetapi nyaman itu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang masih tertunda.

Taste of You | YOUniverse #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang