Chapter 15: Gathering

1.5K 197 31
                                    

Vote dan komen yang banyak juseyoooo~~~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vote dan komen yang banyak juseyoooo~~~


"Lo yakin nggak ikut, Len?" tanya Otniel, mengonfirmasi sekali keikutsertaan Galendra pada acara gathering bersama para staf malam ini. Suasana hati dan sikap Galendra yang berubah-ubah membuat Otniel harus berulang kali melakukan konfimasi. Acara tersebut bertujuan untuk mengakrabkan seluruh staf satu sama lain. Bukan acara yang mewah memang, hanya makan malam biasa di sebuah restoran barbeque, yang memenangkan peroleh suara dari para staf.

"Nope," jawab Galendra singkat, dengan pandangan masih lurus ke arah laptop, menyibukkan diri mengetik sesuatu yang entah apa. 

Menurut Otniel, Galendra memang galak dan terkadang bersikap semena-mena. Namun, kali ini adalah yang terparah. Ditambah lagi ia tahu betul, Galendra saat ini hanya berpura-pura sibuk. Bukan benar-benar sibuk. Sebab ia sempat melihat, yang dibuka oleh Galendra di layar perangkatnya adalah sebuah halaman kosong, dengan jari-jemarinya yang hanya asal mengetik di atas keyboard laptop.

"Kartunya udah gue kasih kan tadi?" 

Mendengar pertanyaan Galendra, Otniel hanya mengangguk, meski tidak dilihat juga oleh Galendra. "Kalau gitu kita pergi dulu," pamit Otniel. Tidak ada gunanya membujuk Galendra yang sejak beberapa hari lalu bersikap acuh. Bahkan, pamitnya hanya dibalas oleh dehaman oleh Galendra.

***

"Si Bos nggak ikut, Bang?" tanya Hugo, salah satu juru masak Gaudi's yang duduk berseberangan dengan Otniel. 

"Gitu, lah," jawab Otniel singkat, tidak ingin membahas banyak tentang Si Bos alias Galendra dengan suasana hati yang bisa seenaknya berubah.

"Kalau gue bilang alhamdulillah, kurang ajar nggak nih?" sahut Wira, juru masak Gaudi's lainnya. Lidwina sedikit terkejut mendengarnya. Kemudian, Otniel menjelaskan pada Lidwina dan Gio bahwa Galendra pernah mengikuti gathering serupa dan berakhir membuat suasana menjadi canggung. Tidak ada staf yang banyak bicara, beberapa juga malah takut untuk bicara. Pun Galendra hanya diam menyantap hidangan. 

Berbeda ketika tidak ada Galendra di sana, suasana menjadi hidup. Dengan lelucon dan cerita yang tidak habis-habisnya dilontarkan dari satu orang ke orang lainnya. Lidwina tidak heran itu semua. Meski ada Otniel yang merupakan atasan mereka, mereka menghormati Otniel karena itu, tetapi di gedung Gaudi's, Otniel bisa langsung berbaur dan akrab dengan staf. 

Namun, Galendra memang tidak mudah didekati. Pribadi yang memperlakukan staf dengan baik, tetapi tidak ingin melakukan pendekatan di luar pekerjaan. Semua keluhan dan harapan staf pada ketidakhadiran Galendra di sana, semuanya adalah wajar. Lidwina pun merasakannya, sebuah keinginan untuk Galendra enyah dari pandangannya. Mungkin juga pikirannya. 

Kata-kata Galendra tempo hari masih menyisakan kekesalan dalam hatinya. Yang dapat berakar menjadi dendam. 

Mungkin Lidwina terlalu percaya diri, tetapi dirinya merasa selalu dijadikan samsak kemarahan Galendra. Kesalahan sedikit apapun, akan terlihat besar apabila ia yang melakukannya. Apa karena masa lalu mereka? Atau Galendra memiliki masalah baru yang membuatnya begitu emosional dengan hal kecil? Atau mungkin juga karena ... Richard? 

Taste of You | YOUniverse #1Where stories live. Discover now