Bonus Chapter

562 47 10
                                    

Aku selalu mendengar cerita tentang sepasang sahabat sejak kecil yang disaat mereka beranjak dewasa, keduanya akan saling jatuh cinta.

Oke bahasaku begitu menjijikkan. Ewh. Walaupun semua yang kukatakan diatas memang terjadi padaku, padahal aku tidak pernah menduganya, bahkan mengharapkannya pun tidak. Well, setidaknya sebelum aku menyadari perasaanku ini kepada Greyson.

"Jadi dia yang namanya Sara?"

Aku menoleh saat mendengar seseorang menyebut namaku. Tatapanku hanya tertuju ke satu orang--Jessie. Masih ingat? Dia gadis disekolahku yang maniak make up dan suka mencari keributan. Termasuk denganku. Big mistake, dude. Jangan pernah mencari keributan denganku karena kau akan menyesali perbuatanmu itu beberapa saat kemudian.

Mereka secara terang-terangan membicarakanku dengan sinis--padahal aku jelas-jelas ada didepan mereka. Bahkan jarak kami tidak sampai 1 meter!

"Maaf, bukan namanya membicarakan kejelekan seseorang dari belakang jika kalian melakukannya didepanku, for your fucking information," tegurku. Begitu halus namun sarkastik. This is me. Don't judge.

Jessie tertawa meremehkan, begitu pun teman-temannya yang selalu kuanggap peliharaan Jessie. "Lihat. Sebelumnya dia invisible namun hanya karena menjadi kekasih murid baru dia langsung sok seprrti sekarang. Apakah aku harus memberinya pelajaran?" sinisnya ketus.

"Ya, hajar dia, Jessie."

"Buat dia menyesal."

Dan mereka kira aku takut? Pft. No, darling. No.

"Maaf, waktuku akan terbuang sia-sia jika bersama dengan kalian. So ... Bye," ucapku ramah. Saat aku berjalan melewati mereka, Jessie malah menahanku dengan cara mendorongku hingga tersudut ke loker.

Dia menatapiku sinis. "Jangan belagu, Sara. Semula kau hanya seseorang yang tak terlihat disekolah ini. Jangan kira kau bisa seenaknya padaku hanya karena berpacaran dengan murid tampan itu," bisik Jessie tajam, sekaligus menusuk.

"Kalian tidak tahu kalau aku sangat suka menjadi "yang tak terlihat". Setidaknya aku tidak perlu berurusan dengan orang-orang macam kalian."

"Sialan kau!"

"Wow, apa yang terjadi disini?"

Aku menoleh saat mendengar suara Greyson. Dia berdiri tak hauh dariku dan Jessie. Greyson melirik Jessie dengan ekspresi tak senang. "Siapa kau?" tanya Greyson dingin.

Jessie memutar bola matanya malas. Ia melepaskan lengannya yang menahan leherku, lalu memutuskan berjalan bersama para "peliharaan"-nya tanpa berkomentar sedikit pun. Kemudian, Greyson mendekatiku. Ia mengajakku berjalan pulang ke rumah.

Sudah tiga bulan semenjak kami berpacaran, dan Greyson sudah tinggal dirumah keluarganya. Jaraknya tidak jauh dari rumahku. Hanya terpisah lima bangunan, dan aku sudah sampai dirumahnya. Makanya kami selalu berangkat dan pulang sekolah bersama. Kecuali kemarin--dia, Danny dan beberapa teman sekelasku (yang lelaki) nekat kabur memanjat pagar sekolah saat akan diadakan Ujian Bahasa Perancis. Kalau saja aku tidak memakai rok saat itu aku akan mengikuti jejak mereka (aku bersungguh-sungguh).

"Jadi ..." Greyson menggamit tanganku dan menggerakkannya ke depan ke belakang selama kami berjalan. "Apa yang dia lakukan padamu?"

"Hanya menganggapku berubah karena berpacaran denganmu. Sudahlah abaikan saja, dia memang idiot," kataku kalem. Aku menoleh saat merasakan genggaman Greyson ditanganku mengerat. "Tenang saja, aku bisa mengatasi mereka."

"Tapi tetap saja aku cemas, Bodoh," sindir Greyson dengan senyum mengejek. Tapi tidak bisa kusangkal bahwa senyumannya memang manis.

"Well," aku menjinjit padanya untuk mencium pipinya. Aku tahu dia akan malu sekaligus menyukai ini-- saat aku mencium pipinya. "Terima kasih telah mencemaskanku, Idiot."

ProbablyWhere stories live. Discover now