P-2

558 72 4
                                    

Aku memasukkan agenda, beberapa buku tulis, kalkulator, schedule, dompet dan beberapa barang penting lainnya ke dalam tasku. Sudah beres. Besok, aku harus bangun jam 06.30 agar ada waktu untuk mandi dan merapikan diri untuk bersekolah.

"Sara," Mama masuk ke kamarku.

"Ya, Ma?" aku menarik risleting tasku.

"Coba kamu bantu Greyson."

"Why?"

"Just ... help him. Okay?"

Aku menatap Mama dan menurunkan bahuku tidak percaya. Dengan malas aku berdiri dan menuju kamar tamu, tepatnya kamar Greyson di sebelah kamarku.

"Greyson, kamu perlu ba ..." aku membuka pintu. Kamar tamu, yang bisa dibilang mirip kamar hotel bintang lima kini terlihat seperti medan perang. Kulihat Greyson hanya bengong di atas lantai. "GREYSON!! Apa yang kau lakukan?!"

"A-aku ..." Greyson mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Kau masih punya 'serangan panik'?" aku berlutut di depannya. Dia punya kebiasaan aneh-kalau panik, ia akan "menghancurkan" apa saja yang ada di sekitarnya. "Yang benar saja. Kita sudah kelas 1 SMU, kau tahu?"

Ia merungut padaku. Karena gemas, aku mencubit kedua pipinya hingga merah. "Sudah lama aku tidak lihat muka konyolmu itu, tahu?" gumamku geli. Aku mengambil ransel abu-abu, yang kurasa milik Greyson. "Ibumu sudah menyiapkan semuanya di sekolah. Schedule, buku pelajaran ada di lokermu. Kamu hanya perlu menyiapkan alat tulis, dan benda pribadi lainnya."

"Yah ..." Greyson melirikku dengan tatapan imuuut sekali. "Untung ada kau. Ya, kan?"

Kurasa wajahku memerah karena ia menatapku dengan tatapan serius. Aku pura-pura cuek dan tersenyum manis, "tidak. Ini karena ibumu, Bocah Tampan. Sekarang, bantu aku merapikan kamar ini."

Greyson tersenyum kecil. "Hoo ... sekarang kamu memanggilku tampan ternyata," komentarnya gembira. "Sebagus apakah perkembanganku?"

"Sangat bagus. Kamu berkembang pesat," sahutku tulus. "Ayolah, Greyson. Bisa tolong ambilkan lap di dapur?"

"Kalau jujur ..." gumamnya datar.

Aku menoleh. Tiba-tiba saja wajahku dan Greyson sudah berhadapan, dan dia tengah mencium rambut blondeku dan menatapku langsung.

Sontak aku kaget, namun aku hanya diam. Kutatap kedua matanya yang cokelat itu. Ya, dia benar-benar berkembang dengan sangaaat bagus.

"Aku sangat kagum dengan perkembanganmu juga," ia tersenyum manis padaku. Greyson memandang ujung rambutku yang dipegangnya. "Kulitmu tidak sepucat dulu. Juga, sekarang rambutmu mengikal, ya?"

Wajahku semakin memanas. Setelah sekian lama tidak bertemu, ia malah sukses membuatku malu seperti ini. Bagus, Greyson.

"Yang tidak berubah itu bibirmu. Pink, tapi sekarang lebih keriting, ya," dia tertawa.

"Pokoknya, semakin lama aku makin manis,bukan?" aku tersenyum senang.

"Ya, aku akui itu," Greyson mengangguk setuju. Ia meletakkan bantal yang berada di atas lantai ke atas kasur. "Tentang sekolah besok ...?"

"Sekolah dimulai pukul 08.00 sampai 15.00. Dan, besok ada pelajaran olahraga di jam kedua," jelasku santai. "Mungkin, agar teman-teman lebih cepat mengenal dan akrab denganmu, kamu tunjukkan saja kemampuan sepak bolamu."

"Ide bagus," Greyson tersenyum senang. "KAU MAU MENGINGATKANKU SOAL AKU YANG MENENDANG BOLA KEPADA ANAK KECIL YANG SEDANG PIPIS DI BAWAH POHON?"

"Hahahahaha maaf ... tapi, memang itu maksudku," aku tergelak. "Kau masih ingat ternyata."

"Tentu saja, Ms. Hart. Karena selanjutnya anak ingusan itu hampir mengencingiku di depan orang banyak."

"Ya. Masa kau kalah sama anak 2 tahun, sih?"

"Sudah diam. Kumohon Sweety, bantu aku merapikan ini."

***

Tomorrow, at school.

"Pagi. Namaku Greyson Michael Chance, aku pindah dari Oklahoma. Senang bertemu kalian," Greyson memperkenalkan diri dengan wajah berseri-seri.

Kupandang teman-teman sekelasku,khususnya para gadis yang memandang Greyson dengan mata bling bling. Dasar cewek. Greyson memang tampan. Salah. Maksudku SANGAT TAMPAN. Tapi, dia merupakan cowok paling usil dan idiot sedunia. Setidaknya menurutku.

"Oke Greyson. Disini tersisa dua kursi kosong," Mr. Hann membenarkan letak kacamatanya. "Satu dibelakang Dany Parker, juga disana, paling belakang di sebelah Sara Hart."

Greyson memandang kursi kosong di belakang Dany. Tapi, disekeliling kursi itu adalah teman-teman cewekku yang centil. Centil, namun baik dan rendah hati.

Kemudian, dia menoleh padaku. Aku duduk di sebelah jendela, dan memang, di sebelah kananku bangkunya kosong. Dibarisanku dan barisan bangku kosong itu campuran-cewek cowok maksudku. Di depanku, Allie Wand, teman baikku.

Greyson berjalan santai ke arahku dan duduk di bangku sebelahku. Tentu saja dia duduk disini agar sering menjahiliku. Tidak peduli saat jam belajar sekalipun.

***

Waktunya olahraga! Kami sudah mengganti pakaian di ruang olahraga. Aku, Allie dan teman-temanku yang cewek berkumpul di pinggir lapangan, menunggu para cowok yang masih mengganti pakaian.

"Kamu beruntung, Sara!" sorak Venny riang. "Greyson duduk disebelahmu."

"Iya! Menurutku, dia tampan sekali, lho."

"Dia memang tampan, tapi ..." gumamku geli. "Dia sangat usil, supaya kalian tahu saja."

"Kamu tahu darimana?"

"Kalian pernah bertemu sebelumnya?"

"Ya iyalah," aku tertawa kecil. "Dia ..."

"Sahabat sejak kecil."

Aku menoleh. Greyson berdiri dibelakangku dan mendekatkan wajahnya padaku. Ia tersenyum kecil, "kami sudah bersahabat sejak kecil."

"Ohyaaa?!" sorak teman-teman cewekku histeris sekaligus gembira.

"Hei, kalian! Berkumpul di lapangan! Waktunya basket!"

#Greyson Pov

Aku duduk di pinggir lapangan bersama teman-teman baruku. Pandanganku tak lepas dari Sara. Ia pandai sekali bermain basket! Selama bermain, ia terus tertawa bersama teman-temannya yang kagum dengan permainannya.

"Sahabat sejak kecil, ya?" Dany menyodorkan sekaleng minuman dingin padaku.

"Ya ..." aku meneguk minuman itu dengan rakus.

"Dari tadi, kamu terus ngelihatin diam lho," tegur Dany dengan tawa ejekan.

"Kelihatan jelas, ya?" tanyaku setengah malu. Aku melirik Sara yang melakukan slam dunk kelima kalinya, dan bolanya selalu masuk ke dalam ring. Kemudian ia mendarat di atas tanah, dan menoleh Ia menatapku. Ia tersenyum manis dan kembali bermain bersama teman-temannya.

"You like her?" tanya Dany penasaran.

Aku tersenyum kecil.

"Probably ..."

To be continued ...

ProbablyWhere stories live. Discover now