P-3

562 67 2
                                    

#Sara Pov

"Priiitt!!"

Aku berhenti men-dribble bola basket. Teman-teman sekelompokku bersorak senang.

"Kamu jago basket gini kenapa enggak masuk ke klub basket sekalian?" tanya Greyson ketika aku duduk di sebelahnya.

"Hmm ..." aku menengok kiri-kanan, kemudian berbisik di telinga kanannya. "Pelatihnya galak. Anggotanya pun menurutku sombong sekali."

"Well, the important is ..." Greyson tersenyum geli. "You're good."

Aku tersenyum. Kudongakkan kepalaku ke atas. Langit mendung dan angin berhembus sangat kencang.

"Sepertinya malam ini akan badai," kataku lesu.

"Eeh ... Mamamu katanya sekarang kerja, ya," kata Greyson seraya memberikanku sekaleng minuman yang telah terbuka.

"Yap ... editor majalah," aku meneguk minuman tersebut. Namun, baru minum sedikit, ternyata kaleng tersebut sudah kosong. "Hei ... minuman ini ...?"

"Punyaku. Belum habis. Dari pada mubazir jadi aku memberikannya saja padamu."

"Sialan kau Grey. Memberiku minuman sisa."

"Hahaha sorry._. Kubelikan smoothie saja sepulang sekolah. Deal?"

"Okay."

***

"Waaah hujan!!" keluhku kesal.

Greyson yang berdiri disebelahku hanya diam. Dia baru saja mentraktirku smoothie sesuai janjinya. Kami mau pulang, hujan deras mulai turun.

"Bisa nggak, minta tolong Mama atau Papamu biar jemput kita?" tanya Greyson datar.

"Mama lembur! Papa kan, lagi rapat di Seattle, baru pulang minggu depan," jawabku kesal. Pulangnya gimana, nih?

Aku tertegun ketika merasakan tangan hangat mengenggam tanganku erat. Aku menoleh. Greyson tampak tersenyum padaku.

"Mau terobos?"

"Apa?!"

Aku terpekik kaget ketika Greyson tiba-tiba menarikku dan berlari menerobos hujan. Larinya sangat cepat, jadi aku harus menyamai kecepatan lariku dengannya.

Greyson tiba-tiba berhenti melangkah. Aku menengok ke depan.Kami berada di taman bunga, taman yang sering kami kunjungi ketika kami kecil! Taman luas yang dilengkapi berbagai macam bunga berwarna-warni, kolam air mancur, jembatan kayu, sungai berair jenih dan kursi kayu yang dirambati bunga. Tempat ini sangat indah. Sudah lama aku tidak kesini.

"Greyson ..." panggilku pelan.

Greyson menoleh. Aku tiba-tiba berdebar kencang. Ia malah terlihat semakin tampan! Rambut dan wajahnya yang basah karena air hujan. Ia menatapku dan tersenyum lembut.

"Maaf ... Dingin, ya?" tanya Greyson dengan tawa geli.

"Enggak apa-apa!" seruku gembira. Aku berjalan, berjingkat menghindari genangan air di sekitar taman. "Makasih Grey, ngajak aku kesini!"

"No problem, Sweety," Greyson mengusap kepalaku pelan. "Lagi pula sudah lama kita tidak kesini, kan?"

"Hahaha, iya!" aku duduk di pinggir kolam.

Aku memejamkan mata. Kurasakan air yang turun semakin deras membasahi kepala dan tubuhku. Rasanya nyaman. Jarang aku mengalami perasaan seperti ini.

#Greyson Pov

Aku berdiri dibelakangnya. Gadis itu duduk di pinggir kolam ikan sambil memejamkan mata.

Aku mengeluarkan jaket yang masih kering dari dalam tasku. Kemudian aku menghampiri Sara, dan menutupi kepalanya dengan jaket.

"Kamu bisa sakit, kan?" gumamku heran.

Sara tersenyum kecil. Aku duduk di sebelahnya dan langsung berhadapan dengannya. Sara menatapku dan mengusap wajahnya yang basah.

"Gimana?" Sara tersenyum. "Hari pertamamu di sekolah?"

"Menyenangkan," jawabku jujur. Ya, teman-teman baruku disini menurutku unik dan sangat periang, atau kusebut saja gila. Contohnya ketika kami ganti baju di ruang ganti tadi, Dany menyembunyikan celana olahraga milik Hal di pintu ruang ganti putri. Itu sebabnya kenapa kami lama berganti baju tadi._.

Untuk cewek-cewek, kukira mereka akan kecentilan (seperti disekolah lamaku). Namun ternyata mereka tenang dan mengobrol banyak padaku tadi.

"Sungguh?" mata Sara berbinar. Ia tersenyum riang, "mereka juga sepertinya senang mempunyai teman baru sepertimu."

Aku tersenyum seadanya.

Dan aku beruntung, dia ada disampingku sekarang. Dia merupakan orang yang berharga bagiku. Ya, walaupun kami sering bertengkar dan saling melukai diri sendiri-_-

Aku tertegun. Sara mengusap dahiku dengan tangan kanannya. "Ayo kita pulang. Kita udah basah kuyup, nih," ujar Sara seraya memberikan jaket padaku. "Ini. Thanks."

"Tidak. Pakailah," aku menutupi punggung Sara dengan jaketku. "Kau hanya perlu membuatkanku cokelat panas dan mengerjakan semua PR jika saja aku sakit."

Sara cemberut. "Huh sudah kuduga kebaikanmu pasti ada saja alasannya," ia melengos kesal.

Aku tersenyum dan mengecup dahinya. Sara kaget dan terdiam menatapku. Wajahnya pucat karena kedinginan, tapi terlihat sedikit rona merah di pipinya.

I love you ...

Ya ...

Kuharap aku bisa mengatakan itu kepadanya secepatnya.

***

#Sara Pov

Aku melirik Greyson yang sedang berbincang dengan Mrs. Lisa di telepon. Rambutnya yang basah karena kahujanan tadi sudah lumayan kering.

Rasanya aku tidak percaya apa yang kulihat sekarang. Dulu, dia lebih pendek dan manja dariku. Tapi, sekarang? Sikapnya lebih dewasa dan ia jauh lebih tinggi dariku! Juga yang utama: TAMPAN. Aku tidak bosan menatap wajahnya lama-lama. Tapi, malu kan, kalau kepergok?-_-

"APA?! Dua bulan lagi?!"

Aku menatap Greyson yang duduk di sofa ruang tamu. Ia terdiam, kemudian menatapku yang juga menatapnya. Ia tersenyum dan menoleh, "tidak, sebenarnya tidak sama sekali. Ya, Mom. Apa? Iya, kami hanya be ... hah?! YA ENGGAKLAH! Mom mulai ngawur! Bye!"

Greyson membanting gagang telepon ke tempatnya semula dan berdiri.

"Ada apa?" tanyaku kalem.

"Rumahku yang sedang direnovasi gagal total gara-gara badai sialan ini," Greyson merengut kesal. "Jadi, aku menginap disini sampai satu bulan selanjutnya."

"Berarti, untuk satu bulan selanjutnya aku akan menderita."

"Hei bahkan sejak kemarin aku kan, belum menjahilimu."

"Belum?! Berarti, bakalan ngejahilin, nih?!"

Greyson tertawa. Ia menepuk-nepuk rambutku. "Lihat saja nanti."

Pendek? Sorry :3

ProbablyWhere stories live. Discover now