Bab 1 - Menerima Hukuman

35 7 0
                                    


"Banun ...?"

Pak Yosef berhenti menjelaskan materi di depan kelas. Ia melihat, lagi-lagi Banun tidak memperhatikan penjelasannya, padahal di hari sebelumnya Banun telah melakukan hal yang sama.

Banun gelagapan. Ia tersadar dari lamunannya.

"Apa yang kamu lihat di jendela kaca itu?" tanya Pak Yosef. Banun hanya diam.

"Apa kamu punya masalah?" Pak Yosef bertanya sekali lagi. Kali itu Banun menggeleng.

"Lalu kenapa kamu melamun?"

Banun termenung. Tadi ia tengah membayangkan bagaimana jika contoh lukisan naturalisme yang dijelaskan Pak Yosef benar-benar hidup; sebuah gunung menjulang dengan dedaunan hijau terhampar di bawahnya. Seekor burung melintasi gunung itu lalu menukik mendekati sungai yang jernih.

Di permukaan air sungai itu ada bayangan capung yang lalu-lalang. Di tepi sungainya ada bebatuan, seekor kupu-kupu kuning bertengger di sana. Di pinggir sungai ....

"Banun, sekali lagi Bapak tanya sama kamu, kenapa kamu melamun?"

Banun tergagap karena gugup. Titik-titik keringat bermunculan di keningnya.

"Maaf, Pak."

Akhirnya suara Banun terdengar di telinga Pak Yosef. Melihat wajah Banun yang memelas, Pak Yosef pun terenyuh. Ia segera meminta Banun agar kembali memperhatikan pelajarannya.

Pak Yosef kembali memaparkan materi tentang macam-macam aliran seni lukis. Setelah sebelumnya menjelaskan aliran realisme, surealisme, dan naturalisme, selanjutnya ia menjelaskan aliran kubisme.

"Kubisme adalah salah satu aliran seni lukis yang banyak menggunakan bentuk-bentuk geometris." Pak Yosef menyebutkan beberapa nama pelukis aliran kubisme beserta lukisan mereka. "Banun!"

Suara Pak Yosef yang menggelegar mengagetkan seluruh kelas, beberapa murid sampai melongo dibuatnya. Banun pun sampai berjingkat dari tempat duduknya.

"Banun, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melamun lagi?" tanya Pak Yosef dengan nada tinggi, kentara sekali ia nyaris tidak bisa menahan emosi.

Banun merasa ada gembok yang mengunci mulutnya. Kakinya gemetar melihat kedua mata Pak Yosef yang menatapnya tajam.

"Jawab saya, Banun! Apa yang kamu lakukan selama saya menjelaskan di depan kelas?"

Banun kebingungan hendak menjawab apa. Sungguh ia tidak ingin memberi tahu Pak Yosef bahwa materi yang ia paparkan amat menjemukan hingga hampir saja meninabobokannya. Karena itu, Banun terpaksa menyibukkan diri dengan melamun daripada tertidur pulas di kelas.

"Banun, saya harus sesabar apa lagi sama kamu, hah?! Kamu sama sekali tidak mendengarkan saya. Ini kali kedua saya menegur kamu, dua minggu yang lalu pun kamu ketahuan melamun," sungut Pak Yosef. "Padahal sudah saya bilang, jangan melamun selama pelajaran saya, tapi kamu masih saja begitu! Tidak sopan!"

Pak Yosef yang kesal membombardir Banun dengan kata-katanya. Sementara itu, Banun hanya bisa menundukkan kepala tanpa menyampaikan sepatah kata pun juga.

"Baiklah, kalau kamu tidak mau menjawab pertanyaan saya, tidak apa-apa. Besok saya tunggu kedatangan orang tuamu seusai jam sekolah."

Perkataan Pak Yosef kali itu membuat Banun mendongakkan kepalanya.

"Tapi, Pak—"

"Tidak ada tapi-tapi. Silakan, saya tunggu."

Suara bel tanda pelajaran berakhir berbunyi. Pak Yosef bergegas meninggalkan kelas. Banun pun termangu.

***

Haiii gaes. Hari ini ada cerita romance baru yang datangnya dari Kak Dewul. 

Bercerita tentang kisah cinta anak remaja yang harus dipendam sampai ia dewasa. Bisakah cinta yang tersembunyi itu sampai kepada tujuannya?

Ceritanya sweet, yuk-yuk ikutin terus update-nya, yuk!

Hidden Love by D-WoelWhere stories live. Discover now