24

23 2 0
                                    

"Karamel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Karamel... "

Karamel tidak mengindahkan panggilan itu, dia terus berjalan tanpa peduli pada Sean yang memanggilnya.

Sean menghela napas berat, mempercepat langkahnya mengejar Karamel.

Sudah seminggu gadis itu mendiamkan dirinya dan jujur saja, Sean tidak tahan lagi dengan sikap Karamel yang berubah sangat dingin padanya.

"Kara" Sean menarik pergelangan tangan Karamel membuat gadis itu terpaksa menghentikan langkahnya.

Karamel menatap tajam Sean, dia lelah dengan sikap Sean yang seperti ini.
Ada apa dengan cowo itu Karamel benar-benar tidak mengerti.

"Apa?!" Karamel menyentak kasar tangan Sean darinya.

"Kita perlu bicara"

"Bicara apa lagi sih Se, kita udah bicara seminggu yang lalu"

"Urusan kita udah selesai Sean" lanjut Karamel.

"Gak urusan kita belum selesai Kar"

"Cukup, gue gak mau bicara lagi sama lo Se jangan ganggu hidup gue"

Sean menggelengkan kepala cepat.

"Gak, gue gak mau"

Karamel mendorong tubuh Sean, membuat cowo itu mundur dari nya beberapa langkah.

"Mau lo apa sih Se, kenapa lo terus gangguin gue!!"

Sean menatap dalam mata Karamel lalu menggenggam tangan Karamel erat.

Karamel yang di tatap seperti itu langsung memalingkan wajahnya, ia tidak tahan melihat wajah Sean terlalu lama karena akan membuat gadis itu menangis nanti nya.

"Jangan menjauh lagi dari gue, hidup gue terasa hampa tanpa lo"

Karamel menolehkan wajahnya, setetes air mata mengalir di pipi Karamel.

Sean mengusap air mata Karamel lalu memeluk gadis itu, Sean begitu bodoh hingga tidak bisa untuk memahami bagaimana cara Karamel mencintainya dengan tulus.

"Maafin gue"

Karamel terisak, tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Karamel.

Sean menangkup wajah Karamel, mengusapnya dengan lembut.

"Gue sadar selama ini gue terlalu bego menyia-nyiakan semua ketulusan lo,"

"Jadi pacar gue ya, gue janji gue akan berusaha menjaga lo dan berusaha untuk gak nyakitin lo lagi"

Karamel tersenyum ia mengangguk kecil lalu memeluk Sean.

Sean mengusap lembut Karamel dengan senyum bahagia, saat Karamel setuju untuk menjadi kekasih Sean.

Seseorang dari kejauhan kini mengepalkan tangannya dengan kuat, bahkan matanya memerah melihat mereka bersama.

****

Radewa dan Devan di buat bingung dengan tingkah Sean yang sedari tadi terus saja tersenyum tanpa henti, apa cowo itu kesurupan.

"Kesambet lo"

Ucapan yang keluar dari mulut Radewa, sontak membuat Sean tersadar.

Sean memukul kepala Radewa dengan keras membuat Radewa meringis akan tidakan Sean padanya.

Sedangkan Devan hanya terkekeh melihat itu.

"Sakit bego"

"Syukurin, ngapain lo katain gue kesambet"

"Wajar aja lah Se, si Radewa bilang lo kesambet orang dari tadi lo cengar-cengir mulu"

Sean mendengus, kedua temannya itu menganggu kebahagiaan dirinya saja.

"Gue gak kesambet gue cuma lagi bahagia aja, salah emang" sahut Sean yang kembali menarik sudut bibir nya ke atas.

"Aneh aja lo sebahagia itu, apa emang yang bikin lo sangat bahagia?!" Radewa bertanya dengan penuh penasaran.

"Gue kasih tau tapi lo pada jangan pada kaget"

"Apaan?!" Timpal Devan dengan sedikit penasaran.

"Gue udah jadian sama Karamel"

"Uhuk... " Sontak Radewa tersedak ketika mendengar penuturan Sean, sedangkan Devan dia diam mematung.

"Seriusan lo!!"

"Seribu rius gue, mana ada bohong"

Devan menepuk bahu Sean singkat, sambil tersenyum kecut.

"Selamat, jagain Karamel dengan benar ya" Setelah mengatakan itu Devan meraih jaketnya lalu pergi dari rooftop.

Radewa menghela napas berat, ia kasian dengan Devan tetapi Sean dan Karamel juga berhak bahagia karena Cinta tidak bisa di paksakan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tentang Kita (ON GOING) Where stories live. Discover now