Part 10 : Saudaramu Sendiri

1.8K 220 17
                                    

Chika menghela nafas berkali-kali, matanya yang sayu menatap sekeliling ruangan.

Ini adalah ruang kerja Cio selama menjabat sebagai presdir di perusahaan yang nantinya akan menjadi milik Ara. Bukan hanya Chika yang ada di dalam ruangan tersebut, tetapi Sandi dan seorang pengacara muda juga ada di sana.

Sudah 15 menit mereka duduk di dalam ruangan tersebut, akan tetapi selain sekretaris yang datang menyambut mereka tidak ada orang lain lagi.

"Ck, sepertinya mereka sengaja melakukannya" Keluh Sandi, raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan yang jelas.

Pengacara yang mereka bawa juga mulai tidak sabaran, sesekali dia akan menatap arloji mahal di pergelangan tangannya.

"Pak Sandi, apakah masih lama?"

Sandi dan Chika menatap pengacara di depannya, keduanya menghela nafas panjang.

"Om tunggu disini, aku akan keluar mencari tahu" Chika bangkit, Sandi ingin mengikutinya tetapi dia dengan tegas menolak.

Ceklek...

Pintu ruangan terbuka pelan membuat sekretaris wanita dengan wajah cantik mendongak menatap Chika.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?"

Chika mengigit bibir bawahnya, tidak tahu apakah permintaannya baik atau buruk.

"Hmm, apa boleh aku meminta nomor ponsel Ara?" Tanya Chika gugup.

"Untuk apa?"

Itu bukan sekretaris di depannya yang bertanya, melainkan sosok tinggi Ara. Chika berbalik dan tergagap, mata hitam Ara menatapnya dalam.

Keduanya bertatapan cukup lama dan tidak ada yang ingin memulai obrolan.

"Ara..."

Suara renyah dan menawan milik wanita cantik berkulit putih susu menyadarkan Chika dan Ara.

Marsha melangkah maju, dia tersenyum tipis ketika netranya menatap Ara tetapi saat beralih ke Chika hanya ada garis kebencian yang tergambar.

Alasan Ara terlambat untuk datang adalah, karena Marsha yang tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan jika dia ada di bandara menunggunya untuk menjemput.

"Lama tidak bertemu..." Marsha menyapa Chika dengan wajah datar.

"Iya..."

Tidak lagi memperhatikan Chika, Marsha beralih ke Ara. Dia dengan santai menggandeng Ara dan keduanya berjalan masuk ke dalam ruangan meninggalkan Chika dengan perasaan berdenyut di hatinya.

Saat Chika melangkah masuk ke dalam ruangan, suasananya sudah ada di tengah-tengah ketegangan. Sorot mata Ara tajam menatap Sandi, Marsha yang duduk di sampingnya tertunduk dengan mata basah.

"Om, ada apa?"

Otot tegang di semua wajah orang-orang yang berada di dalam ruangan tersiar.

"Apa buktinya?" Sandi tidak menjawab pertanyaan Chika, dia justru memeluk dirinya sendiri dan menatap Marsha marah.

Marsha yang mendengar itu semakin tertunduk, Ara menarik pinggangnya agar jarak diantara mereka berdua hilang.

"Hiks, aku tidak akan tinggal diam jika buktinya kuat. Tapi Chika dia...dia sangat licik" Marsha menjawab di tengah isakannya.

"Sha sudah, jangan bicara lagi" Kedua alis Ara terjalin erat, ekor matanya menatap Chika yang tetap diam tidak mengeluarkan keberatan atau pembelaan sama sekali.

Sandi tersenyum sinis, dia kemudian menyodorkan sebuah berkas ke Ara. Memintanya untuk memeriksa.

"Aku tidak ingin meminta banyak sebagai wali Chika, hanya ingin dia ikut andil dalam semua pekerjaan di perusahaan ini. Bagaimanapun dia adalah anak Bram" Sandi mulai menjelaskan saat Ara membaca isi dari berkasnya.

My Obsession 2 (ChikaxAra)Where stories live. Discover now