Vote, oke?!!
•
•
•
•
["Dipendam, dan dirasakan sendiri, adalah cara aku menerima takdir ku saat ini"]
•
•
••••HBM🤍💐
••••
Sampai di rumah, Ceisya langsung membersihkan diri dan menata barang bawaannya. Meskipun ia hanya ingin 3 hari, ia tak bisa menepati itu. Rasa sakit nya masih sangat membuat dadanya terasa sesak dan air mata yang mengalir tanpa di minta, jika mengingatnya. Di rumahnya, ia benar-benar akan bertekad melupakan orang yang telah menyakiti perasaannya.
Selama di rumah, ia berniat membantu orang tuanya di toko, mereka mengatakan bahwa toko selalu ramai pengunjung. Mereka juga sedang mencari karyawan tambahan. Oleh karena itu, Ceisya berpikir, jika ia disibukkan dengan toko dan hal lain, mungkin ia akan melupakan orang yang tak sengaja ditemuinya malam itu.
Lama terdiam di kamar, akhirnya Ceisya memutuskan untuk pergi toko roti milik kedua orang tuanya. Namun, ia mengurungkan niatnya setelah menghubungi mamanya dan mengatakan mamanya akan pulang segera, saat jam makan siang.
"Sayang, Mama kangen banget. Mama pikir kamu udah ngga inget kalo ada Mama yang selalu nungguin kamu." Ucap Retta, Mama Ceisya seraya memeluk Ceisya.
Ceisya mengukir senyum di bibirnya, setelah mendengar ucapan Retta, mamanya. "Cece juga kangen banget sama Mama. Dan satu lagi, Cece bakalan selalu inget Mama ataupun papa, selamanya. Jadi, Mama nggak boleh ngomong gitu, ya."Mereka melepaskan pelukan mereka. Lalu, Retta mengajak Ceisya makan siang di rumah dengan masakan kesukaan Ceisya yang telah di masak Retta.
Selesai makan siang bersama, mereka melanjutkan obrolannya di taman belakang milik keluarga Ceisya.
"Ya makanya, sering-sering pulang. Biar Mama nggak kangen banget sama kamu. Lagian cafe tempat mu kerja deket dari sini."
Ceisya menghela nafas. "Ma, deket dari mana si. Cafe dari rumah itu butuh empat jam. Masa aku harus berangkat subuh gitu buat ke cafe?"
Retta terlihat berpikir. "Ya tetep aja, Mama itu pengin kamu selalu di rumah."
"Mama kan kesepian kalo nggak ada orang di rumah, belum lagi papa yang lagi sering ke Jogja buat urus masalah toko kita yang di sana." Lanjut Retta, masih terus membujuk Ceisya agar tetap bersamanya.
Ceisya hanya bisa tersenyum mendengar ucapan sang mama. Sebenarnya, ia ingin sekali tinggal lebih lama di rumahnya. Namun, keadaan tak membiarkannya. Ia mempunyai banyak impian. Ceisya ingin mandiri, ingin berdiri sendiri tanpa banyak campur tangan kedua orang tuanya. Dan paling penting ingin meluapkan Dia.
Iya, melupakan! Dia, orang ya ditemui Ceisya pada saat Ceisya hampir lulus SMA. Ceisya hanya bertemu dengannya sekitar 1 bulan. Tak lama memang. Tapi, Dia adalah orang yang pernah memberikan harapan pada Ceisya. Orang yang pernah selalu ada untuk dirinya. Namun, ia justru meninggalkan Ceisya, tanpa alasan yang jelas.
Malam hari di rumah yang besar ini, Ceisya hanya duduk manis di balkon kamarnya, setelah makan malam tadi. Ia memandang langit yang penuh bintang malam ini. Indah, bintang itu indah bagi Ceisya.
"Kenapa aku harus ketemu sama kamu?" batin Ceisya.
Tanpa sadar, saat ia sedang menikmati indahnya bintang malam ini. Ia meneteskan air matanya. Entahlah, Ceisya hanya merasa sesak, jika kejadian di malam itu teringat kembali, tanpa keinginannya.
Lamunan nya buyar, ketika ada yang mengetuk pintu kamarnya. "Ceisya, Mama masuk ya."
Ceisya dengan cepat menghapus air matanya dan mengatur napasnya.
"Kenapa, Ma? Nggak mungkin udah kangen aku lagi, kan?" tanya Ceisya, menggoda Retta.
Retta tersenyum dan menghampiri Ceisya. "Ngapain di luar? Masuk sini, dingin."
Ceisya akhirnya masuk kembali ke kamar dan naik ke atas kasurnya, sambil menyalakan televisi.
Retta menghampiri Ceisya dan duduk di sebelahnya. "Kamu lagi ada masalah?"
"Nggak, Ma. Emang kenapa?"
Retta terlihat mengamati dengan teliti gerak gerik anaknya. Retta tahu betul, bahwa anaknya pasti sedang ada masalah.
"Bohong, Mama tau. Kamu pasti lagi ada masalah. Nggak mungkin, kamu tiba-tiba pulang ke rumah."
Ceisya meraih tangan sang Mama. "Ceisya nggak apa-apa." Jawab Ceisya meyakinkan Mamanya.
"Sayang, dengerin Mama. Kalo kamu sembunyikan sesuatu, apalagi masalah yang bikin kamu nangis, Mama sedih. Mama jadi ngerasa gagal jadi orang tua yang baik buat kamu."
"Nggak, Ma. Mama kok ngomong gitu?Mama orang tua paling baik, paling Ceisya sayang pokoknya."
Retta tahu, putrinya sedang tidak baik-baik saja. Tak mungkin Retta tak mengetahuinya, naluri seorang Ibu menurutnya tak pernah salah.
Gerak-gerik Ceisya hari ini juga sedikit aneh menurut Retta. Tak biasanya anaknya pulang kerumah. Memang benar, Retta menyuruh Ceisya pulang beberapa hari yang lalu. Tapi, setahu Retta, Ceisya jarang sekali pulang kecuali urusan mendadak yang ia dengar.
"Maaf ya, sayang. Mama gagal bikin kamu percaya, kalo Mama bisa jadi tempat cerita buat kamu." Ucap Retta, lalu meneteskan air matanya.
Ceisya yang melihat langsung memeluk Mamanya. "Nggak, Ma. Mama jangan ngomong gitu, Ceisya baik-baik saja."
"Beneran, Ma. Ceisya nggak bohong. Mama percaya kan sama Ceisya?" lanjut Ceisya masih terus meyakinkan Mamanya.
Ceisya memeluk Mamanya dan berkata dalam hati. "Maaf, Ma. Ceisya terpaksa bohong sama Mama."
"Dipendam, dan dirasakan sendiri, adalah cara aku menerima takdir ku saat ini." Batin ceisya.
••••
Kalian ketemu sama cerita ini dari mana nih?
Direkomendasikan atau nggak sengaja nemu aja gitu.
VOTE & FOLLOW ✨💟
YOU ARE READING
Hi, Bye Mantan [ LENGKAP ]
RomanceMenceritakan sebuah hubungan yang lebih dulu berakhir, bahkan tanpa kata mulai. Namun, mereka dipertemukan kembali setelah bertahun-tahun tanpa ada sapa pada pertemuannya? Masih ada rasa atau sama sama lupa? 100% pemikiran sendiri! 20 okt 23-09 Jul...