AZ || DUA PULUH

25.7K 2.5K 91
                                    

Azello mondar-mandir, ini sudah jam 9 malam tetapi bundanya belum pulang juga. Ditelpon juga tidak diangkat, Azello jadi khawatir.

"Bunda nggak ada hubungin Bi Jen?"

"Nggak ada Den, kemana ya Ibu teh? Aden mendingan duduk aja."

"Nggak bisa Bi, Aze nggak bisa tenang kalau Bunda belum pulang."

Tok tok tok

Azello buru-buru berlari menuju ke pintu, lalu membukanya. Betapa terkejutnya dia ketika yang muncul malah tiga polisi. Azello benar-benar takut sekarang.

"Selamat malam, apa benar ini kediaman Ibu Lola Pramudia?"

"Bener Pak, ada apa?"

Pikiran Azello sudah kemana-mana sekarang.

"Apa ada-"

"Pak polisi? Ada apa Pak?"

Bi Jeni muncul dari belakang.

"Maaf, kami harus mengabarkan kabar duka. Ibu Lola mengalami kecelakaan saat menyeberang jalan, saat itu muncul sebuah mobil minibus melaju dengan kencang dari arah utara, kecelakaan tak dapat dihindarkan. Pengemudi mobil tersebut mabuk. Ibu Lola meninggal di tempat kejadian."

Lutut Azello lemas, ini semua mimpi kan?! Ya, ini pasti mimpi. Azello harap dia segera bangun dari mimpi burul ini.

"Aden?"

Bi Jeni panik berusaha menopang tubuh Azello. Salah satu polisi juga membantu.

"Pak, bilang kalau ini cuma mimpi? Iya kan ini mimpi? Bunda masih hidup kan?!"

Polisi tersebut hanya diam, karena mereka tahu saat ini anak itu tengah syok.

"Bi, Aze mau ketemu Bunda sekarang!"

***

Tangan Azello bergetar saat akan membuka kain berwarna putih itu.

Benar saja, tubuh yang sudah kaku itu adalah bundanya.

"B-bunda...Hiks Bunda kenapa ninggalin Aze? Aze nggak punya siapa-siapa lagi. Bunda kan udah bilang ke-kemarin bakal nemenin Aze pergi ke pasar malem yang baru buka. Bunda... jangan tinggalin Aze... Aze nggak bisa hidup tanpa Bunda... Aze juga belum cerita kalau Aze ketemu sama Papa. Bunda, bangun... Katanya Bunda nggak akan tinggalin Aze, kita bakal tinggal bareng terus."

Rasanya hati Azello benar-benar hancur. Malaikat yang sudah melahirkannya pergi meninggalkannya sendirian.

Bi Jeni yang bersama Azello, merangkul Azello seakan memberi kekuatan. Wanita paruh baya itu juga tak bisa membendung kesedihannya, apalagi melihat Azello yang menangis tersedu-sedu seperti itu.

Azello berjalan dengan tatapan kosong di koridor rumah sakit. Dia menunggu Bi Jeni yang tengah mengurus berkas agar bundanya bisa dibawa pulang dan mengurus penguburannya.

"Prince?"

Seseorang memanggil Azello. Namun Azello yang tak fokus tak mendengar. Hingga dia berjengit kala orang itu memegang lengannya.

Dariel lah orangnya. Pria itu menatap Azello khawatir. Tadi papanya mengabarinya jika Azello pergi dari rumah. Lalu berkata jika mereka harus memberikan sedikit waktu untuk Azello menerima semua ini. Dan Dariel tidak menyangka jika malam ini bertemu dengan Azello di jam selarut ini, hampir tengah malam, di rumah sakit pula.

"Kamu sakit?" tanya Dariel. Azello menggeleng.

"Lalu kenapa kamu disini?"

Bukannya menjawab, Azello malah terdiam dengan mata berkaca-kaca.

AZELLO [END]Where stories live. Discover now