BAB 51. La Tahzan

1.2K 308 113
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tekan gambar bintang sampe berubah warna jadi oren 🤭 yuk tekan-tekan.

 

Udah? Makasih 💞

 

Selamat membaca!

 

 









Atlas menatap cangkir kopi miliknya, memikirkan Altan membuatnya tidak bisa tenang. Putranya tidak bisa dihubungi, hanya ada kabar dari menantunya yang mengatakan bahwa mereka baik-baik saja, namun hatinya merasa janggal.

Randi datang sembari membawa nampan berisi kentang goreng, dia menatap Atlas yang melamun. Randi tau pasti Atlas tengah memikirkan keadaan Altan, putra keduanya itu kan hanya memberi kabar seminggu lalu itu pun lewat Habibah.

“Nih Tlas,  makan camilan dulu biar gak stres.” Randi duduk di hadapan Atlas sembari tersenyum pada sahabatnya itu.

Atlas yang tadinya melamun, tersadar lalu menatap sahabatnya itu. “Makasih Ran.”

“Bi... Abi.”

Randi menoleh saat putrinya datang sembari membawa tas miliknya. “Pulang? Katanya mau jaga kafe sampe tutup.”

“Gak jadi lah, pusing nih kepala Bulan, tugas kuliah numpuk,  kafe rame terus, capek,” balas Bulan dengan wajah muram.

“Hus!” Randi mencubit pelan lengan putrinya. “Kafe rame malah pusing, elu di kasih rezeki malah ngeluh, dikasih tugas banyak ngeluh. Mau jadi apa nanti?! Kita harus banyak-banyak bersyukur, dasar anak akhir zaman aneh-aneh.”

Atlas yang mendengar obrolan Bapak dan anak itu, hanya mampu menahan tawa. Bulan menatap Abinya dengan wajah datar.

“Abi ngomongnya kayak orang bener aja.”

“Astagfirullah...” Randi mengelus dada sambil geleng-geleng kepala. “Ini anak siapa sih?!”

“Anak lo,” balas Atlas yang tak mampu menahan tawanya.

Melihat Atlas yang tertawa, Bulan jadi ikut tertawa, setelah itu dia pamit untuk pulang. Randi juga baru sadar jika tadi Atlas tertawa, ya setidaknya menghilangkan stres bapak empat anak itu.

Mereka kembali pada obrolan awal. Atlas yang sudah mulai curiga dengan keberadaan Altan karena baru kali ini putranya bertingkah aneh. Atlas tau jika urusan rumah tangga anaknya itu tidak boleh dia campuri, namun dia hanya berharap kalau semuanya baik-baik saja.

Kalau pun ada masalah, Atlas harap Altan mampu berbagi padanya jika putranya itu menemui jalan buntu.

“Mau diselidiki aja Tlas?” tanya Randi.

“Pengennya sih gitu, Cuma nanti gue tanya ke Althaf atau Alfan deh, siapa tau Altan terbuka sama mereka, gue Cuma khawatir aja Ran, gue gak mau anak gue salah jalan.”

Randi mengangguk. “Kalo nanti perlu diselidiki, tar gue bantu, lo bilang aja ya.”

“Iya Ran, makasih sebelumnya.” Terdengar helaan napas pelan dari Atlas.

“Umi kangen banget lho Nak.”

Di sisi lain, Habibah tengah menerima telepon dari Uminya. Habibah tersenyum saat mendengar ucapan Uminya,  dia juga merindukan Umi. Ingin pulang dan memeluknya.  Habibah ingin menceritakan betapa kesulitannya dia saat ini.

Trigonometri 2 حيث تعيش القصص. اكتشف الآن