13. Penyusup

140 18 3
                                    

Semilir angin menerpa wajah Diana. Ini yang paling Diana sukai dari olahraga yoga, ia tidak perlu capek-capek menggerakkan badannya, ia hanya perlu fokus. Ia begitu tenang. Untuk menambah sensasi olahraga yoga, sengaja mama memutar lagu. Diana mengikat rambutnya seperti donat. Hal itu ia lakukan agar rambutnya tidak menggangu pandangan. Pakaiannya kali ini cukup ketat, itulah kenapa sebelum olahraga, ia menyuruh para pengawal tidak ke area kolam.

Hampir lima belas menit Diana duduk sila sambil meletakkan tangan di pahanya. Agar sensasinya lebih terasa, Diana memejamkan mata. Namun tiba-tiba sapuan benda kenyal seperti terasa di pipinya.

"Apa ini ? Kenapa bisa ada setan mesum di rumahnya ?" Batin Diana. Semalam ia juga merasakan keningnya dikecup oleh seseorang. Kenapa ia bisa bermimpi mesum seperti itu ? Ia masih belum berani membuka mata. Sebisa mungkin ia menggumamkan bacaan doa. Ia terlalu takut untuk membuka mata, scene ini sering terjadi di dalam film horror. Saat membuka mata, maka si hantu akan berada tepat di depan wajahnya, mending kalau wajah si hantu itu good looking, tapi kalau semua wajahnya hancur kan jadi takut. Apalagi setelah menikah pun, ia masih tidur sendiri.

"Loh Darren, sejak kapan kamu ikut olahraga ?" Tanya Delia heran.

Ucapan Delia berhasil membuat Diana membuka mata seketika. Betapa kagetnya Diana melihat Darren sedang duduk di sampingnya dengan posisi sama dan mata yang terpejam.

"Diam, Darren sedang fokus ma." Balas lelaki itu sambil tetap menutup matanya.

"Yasudah lanjutkan." Ucap Mama sambil berbalik. Ia merasa heran, sejak kapan Darren suka dengan olahraga yoga ? Sejak kecil anak itu tidak pernah mau ikut karena yoga adalah olahraga yang membosankan. Darren lebih memilih bermain golf bersama papanya. Entah setan mana yang merasuki anak itu, Delia tidak tahu.

Sementara Diana ia membuka matanya sedikit, berniat untuk melihat suaminya dari samping. Apa Darren yang mencium pipinya ? Lancang sekali lelaki itu.

"Aku memang tampan, tidak perlu mengintip, kamu bisa leluasa melihatnya  dengan mata sipitmu itu!" Ucap Darren dengan pelan.

Ia langsung menatap jengkel ke arah suaminya. Tunggu, sejak kapan jarak mereka begitu dekat ? Ingin sekali ia memindahkan matras ke dekat mama, agar telinganya tidak mendengar ucapan ngawur suaminya.

"Akhirnya selesai juga, gimana Darren, asyik kan ? Nanti mama ajak lagi kalau sekarang kamu mulai menyukainya." Ucap mami sambil menekan tombol off di speaker.

Sementara Darren, lelaki itu sama sekali tidak menanggapi ucapan mamanya. Mata itu malah terfokus kepada Diana yang sedang menikmati jus stroberi di kursi kayu. Di nampan putih itu masih tersedia segelas jus. Ia berjalan mendekati istrinya. Ia ikut duduk, tangannya sudah siap mengambil gelas itu, namun...

"Eh itu punya mama." Cegah Diana buru-buru.

"Punyaku mana ?"

"Aku hanya membuat untuk dua orang." Balas Diana sekenanya.

Mendengar percakapan kedua anaknya, Delia langsung mendekat. Mencoba menengahi mereka, dari gerak-geriknya Delia tahu kalau Diana sedang marah kepada putranya. Ia bukanlah tipe mertua yang langsung menuduh menantu, ketika Diana marah, pasti ada sebabnya. "Gapapa, minum punya mama aja, mama udah bekel infuse water."

"Tapi maa..." Sanggah Diana. Ia masih marah kepada Darren, gadis itu tidak suka Darren meminum jus buatannya. Ia sengaja membuatnya untuk Delia. Orang yang saat ini berada dalam daftar orang tersayangnya, dan Darren tidak termasuk.

"Tapi apa ?!!" Tanya Darren sambil melotot.

"Loh kok jadi dia yang marah si?" Batin Diana heran. Alisnya mengernyit.

Married With a Strange ManWhere stories live. Discover now