29. Special Day

248 18 13
                                    

Mereka berada di parkiran rumah sakit. Diana terlihat masih syok saat ini barus saja dinyatakan hamil, bahkan usi kandungnya sudah masuk minggu ke-6. Ini di luar rencananya. Ada sedikit rasa takut.

Tidak, bukan karena ia membenci janin yang saat ini berkembang di perutnya. Ia hanya belum siap. Dia dan segala traumanya. Ia takut tidak bisa mengasuh anaknya dengan benar, memperlakukan anaknya dengan baik, memperlakukan manusia sebagaimana mestinya. Surat kehamilan masih berada di tangannya.

Semenjak keluar dari ruangan dokter, Diana sama sekali tidak mengeluarkan suara. Hal itu membuat Darren kebingungan. Dalam hatinya Darren sedikit kecewa.  Diana seperti tidak terlihat bahagia mengandung anaknya.

"Di ?"

Tak ada jawaban.

"Apa kamu baik-baik saja ?"

Diana masih memandang lurus ke depan dengan pikiran berkecamuk. Memikirkan apa saja yang harus ia lakukan setelah ini, apa saja yang harus ia persiapkan. Ini kali pertamanya ia menjadi seorang ibu, ia sama sekali belum belajar.

"Apa kamu menyesal mengandung anakku ?"

Mendengar kalimat itu, lantas Diana langsung menoleh ke samping kanannya. Matanya tepat bertatapan dengan Darren. Dengan jelas ia dapat melihat air mata lelaki itu. Sepertinya 'diam'nya barusan berhasil menggores perasaan Darren.

"Kalau kamu masih belum bisa nerima aku, setidaknya terima dia sebagai anakmu."

Tidak, jangan salah paham. Dirinya sama sekali tidak menyesal, mana mungkin ia menolak rezeki yang paling di inginkan seorang perempuan. Buru-buru Diana menggeleng, ia melepaskan seatbelt nya. Lalu mendekat ke arah Darren, menyeka air mata suaminya, "Sama sekali tidak Darren, aku hanya takut."

Ini adalah kali pertamanya ia melihat Darren menangis, dan Diana sedikit terharu.

"Aku hanya takut tidak bisa mengurusnya dengan baik. Aku takut tidak bisa memberinya kasih sayang," ungkap Diana.

"Kenapa hanya kamu ? Dia anak kita berdua. Aku dan kamu, harusnya kita berjuang buat dia bahagia. Kenapa kamu pesimis di awal ?"

"Maaf Darren." Diana sedikit menunduk. Menyadari kesalahannya. Seharusnya ia tidak begini, banyak wanita di luaran sana yang menunggu hingga bertahun-tahun demi mendapatkan keturunan. Sedangkan ia hanya butuh satu bulan lebih, harusnya ia bersyukur.

"Kita urus dia bareng-bareng." Darren memeluk tubuh istrinya. Diana pun membalasnya.

"Tapi kamu harus janji, mau se nakal apapun dia jangan pernah bentak apalagi sampe mukul, kalau ada masalah omongin baik-baik. Jangan paksa dia untuk belajar terus-menerus, biarin dia nentuin cita-citanya sendiri. Pokoknya aku bakal sedih banget kalau sampe kamu nyakitin dia," ungkap Diana.

Darren diam sejenak. Ucapan Diana barusan bukan hanya nasihat semata, ternyata Diana begitu menyayangi anaknya. Wanita itu seolah menceritakan kisah hidupnya dulu.

"Apa yang selama ini kamu sembunyikan dari aku Di ?"

"Apa orang-orang memperlakukanmu dengan baik ?"

"Beri tahu aku, biar aku yang membalasnya," ucap Darren pasti.

"Kamu tidak mungkin memukul mertuamu sendiri Darren, bukankah kalian begitu akrab ?"

Daren tidak begitu kaget. Sejak dulu ia mencurigai ayah mertuanya. Ia juga pernah melihat ibu membentak Diana. Ia sudah menyelidiki hubungan antara Diana, Irwan, san Vina. Diana bukanlah anak adopsi, Diana anak kandung mereka. Tapi apakah mungkin orang-orang seperti mereka memperlakukan anak bungsu, apalagi seorang perempuan, dengan begitu kejam ?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married With a Strange ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang