08

15 1 2
                                    

"Al ayo bangun, Al. Alden bangun...". Aku menggoyangkan bahu Alden dengan cukup keras. Pasalnya ini sudah kali ketiga aku membangunkannya yang tak kunjung melek juga. Sebetulnya kasihan, aku bisa menangkap raut wajah Alden yang tertidur tenang seperti orang kelelahan ditambah kantung mata yang menghitam di area sekitarnya. Tapi bagaimana lagi, perjalanan kami sudah memakan waktu 2 jam lebih dan pesawatnya sudah hampir landing.

Alden mengerjap beberapa saat kemudian membuka matanya dan menoleh ke arahku, "Bangun yuk, kita udah hampir sampai".

Dia berusaha mengumpulkan nyawa nya kembali sambil mengucek mata bahkan sampai menguap beberapa kali. Kasihan. Jadi nggak tega lihatnya. Tapi masa mau ninggalin dia, kan gak lucu.

Aku merogoh tas ku dengan mengacak-acak isi yang ada didalam, "lap dulu mukanya, biar lebih segar". Ucapku sambil menyodorkan beberapa helai tissue basah yang langsung diterimanya dengan cepat.

"Terimakasih".

Setelah itu dia ikut-ikutan merogoh tas nya, dia mengambil botol air yang tinggal setengah yang aku berikan padanya tadi saat masih berada di hotel Bali. Alden langsung meneguknya tandas hingga dasar.

"Kamu bisa ambil punyaku kalau kurang". Aku menawarkan minum ku yang masih tersegel utuh.

"Gak apa-apa. Buat kamu aja".

Ck. Tuh kan dia ngeyel kalo dibilangin. Sok-sokan gak mau dibantu padahal aslinya butuh.

"Kamu lebih membutuhkan Al, lagipula aku minum gak sebanyak kamu. Udahlah ambil aja, dari pada beli kan". Aku mendesak sampai akhirnya dia mau juga. Dasar Alden, diem diem ternyata sok jual mahal.

"Iya. Terimakasih".

"Bella, setelah sampai di airport, nanti akan ada driver hotel yang menjemput kita disana. Saya akan antar kamu ke hotel supaya bisa istirahat dulu, setelah itu saya langsung pergi ke rumah sakit untuk bertemu Daddy".

"Dan ya, kebetulan jarak dari hotel ke rumah sakit cukup dekat. Kita hanya perlu berjalan kaki 20 menitan saja".

Aku menatap nya khawatir, "kamu gak istirahat dulu?".

"Saya kan udah tidur sepanjang jalan tadi". Dia tersenyum sampai menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. Soo Cute.

AUTHOR POV

Tak berapa lama, pesawat pun mendarat mulus tanpa masalah apapun. Begitu pesawat benar-benar berhenti sampai lampu seat belt tidak menyala lagi, mereka langsung bangkit berjalan keluar pesawat dengan Alden yang memimpin Bella di depan.

"Sshhh". Tanpa tersadar Bella mengeluh saat hendak menuruni tangga.

"Kenapa?". Alden yang mendengar segera berbalik ke belakang, menunggu Bella yang masih menuruni tangga.

"Panas banget". Ucap Bella sampai memicingkan mata menahan teriknya panas matahari yang melanda Changi Airport saat itu.
Jakarta memang panas, tapi disini rasanya beda, terasa menusuk sampai ke tulang. Apa mungkin emang panasnya lagi kebetulan aja?

"Sabar ya. Didalam pasti dingin, ayo". Alden memakaikan topi birunya di kepala Bella supaya wanita itu tidak merasakan silau.

"Thanks". Bella merasa baikkan meski masih kepanasan. Paling tidak dia sudah bisa melihat dengan baik tanpa harus merasakan teriknya matahari.

"Ayo". Ajak Alden dan lanjut berjalan didepan sembari menggeret koper milik Bella. Kini sling bag nya sudah dia tumpuk di atas koper, supaya lebih mudah dan tidak ribet.

Begitu keluar dari ruang kedatangan, sudah banyak orang yang menunggu di depan sana. Masing-masing berniat menjemput keluarga atau kerabat mereka. Sampai ada yang menuliskan nama orang yang sedang ditunggunya, kemudian di gantung dileher. Ada juga yang hanya di naikkan tangan setinggi-tingginya. Ya, kurang lebih begitulah aktivitas di bandara yang setiap harinya selalu ada saja orang yang berpergian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Try To Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang